‘Musim Semi’ Keranjang Parcel

Help Palestine !!

Hari Natal dan Lebaran memberikan harapan bagi para pedagang keranjang parcel. Mereka bersiap menjelang hari tersebut dengan ribuan unit dagangan di Cikini.

Hari Natal dan Hari Raya Idul Fitri identik dengan hantaran ke sanak saudara dan handai taulan. Berbagai jenis parcel – dari yang berisi makanan hingga peralatan dapur – telah menunggu untuk dipindahtangankan. Jelas penyedia jasa parcel bakal ketiban rejeki.

Kesempatan ini rupanya ditunggu para pedagang keranjang parcel yang mangkal di kawasan Cikini. Ibarat musim, saat menjelang natalan dan lebaran adalah musim semi yang penuh harapan. Mereka menggelar dagangan yang terdiri dari berbagai bentuk keranjang itu di depan Pasar Cikini, atau tepatnya di bawah Stasiun Cikini, Jakarta Pusat.

Tidak mengherankan jika Anda melewati kawasan itu ribuan keranjang siap menunggu konsumen. Area bawah stasiun yang biasanya sepi – hanya beberapa kios toko yang aktif membuka dagangan – kini padat dengan keranjang yang terbuat dari rotan, bambu, bahkan kayu. Kadang keranjang ini mengkombinasikan bahan bakunya dengan besi ataupun rami. Lengkap. Anda tinggal pilih, mau yang besar atau kecil.

"Dulu sekali pedagang dari Surabaya, Jawa Tengah, dan bahkan pembeli luar pulau ikut memborong disini, tapi sekarang kok tidak lagi. Mungkin karena daerah tersebut sudah memproduksi sendiri," tutur Mamad, salah seorang pedagang keranjang yang memulai usahanya di tahun 1975.

Para pedagang ini mengaku memasok dagangan ke berbagai swalayan dan penyedia jasa parcel, disamping menjual untuk konsumen perorangan yang datang ke Cikini.

"Saya memasok untuk Nabila dan Gift Parcel. Mereka setiap minggu rutin ngambil dagangan saya," kata pedagang lainnya yang biasa dipanggil Buyung.

Harga keranjang parcel ini bervariasi, dari yang Rp3.000 hingga Rp.20.000, semuanya ada. Tentu saja harga ini dipengaruhi oleh bahan baku dan besar kecilnya keranjang parcel yang dijajakan. Tak perlu khawatir. Mereka menawarkan dagangan dengan harga yang rasional. Paling kalau Anda menawar harga, turunnya pun nggak jauh-jauh.

Musiman

Sebenarnya pada hari-hari biasa, area bawah Stasiun Cikini praktis sepi. Beberapa kios memang membuka dagangan, dari buah hingga majalah, tapi selebihnya lebih banyak kios tertutup rapat. Bahkan di bagian belakang kita lebih sering melihat kumpulan tuna wisma memanfaatkan lorong-lorongnya untuk melepas lelah.

Tapi situasi ini secepat kilat berubah menjelang natalan atau lebaran. Jangankan lorong stasiun, para pedagang keranjang parcel ini bahkan ada yang mendirikan tenda di area parkir stasiun.

"Semua pedagang keranjang ini adalah penduduk Kelurahan Cikini Ampiun," ujar Mamad. Ia menjelaskan dagang keranjang ini memang tergantung musim. "Kalau tidak musimnya, ya kami-kami menekuni profesi sehari-hari," tutur laki-laki berusia lanjut ini yang sehari-hari berjualan koran dan majalah di tangga Stasiun Cikini.

Hal ini dibenarkan oleh Buyung. Ayah tiga anak ini ketika ditemui mengaku setiap harinya berprofesi sebagai sopir Kopaja 68, rute Kampung Melayu – Kampung Rambutan. "Nah kalau musim seperti ini, saya pamit nggak narik. Juragan ngerti kok, bahkan ia meminjamkan modal dagang," tutur buyung gembira.

Memproduksi dan Menjual

Mamad dan Buyung termasuk pedagang yang rajin memproduksi sendiri dagangannya. Mereka biasanya memanfaatkan kayu ramin, "Kita beli kayunya di Buaran Klender. Sedangkan anyaman bambunya kami membeli dari pedagang Tasik (Tasikmalaya, red)," ujat Mamad.

Tahun ini, Mamad mendapatkan pesanan dari swalayan Gloria Pluit sebanyak 500 buah. "Kalau dulu sewaktu Gloria memiliki 4 swalayan, pesanan sampai 3.000 unit," tuturnya sambil menerangkan bahwa swalayan yang bersangkutan 3 tokonya hancur terkena musibah saat kerusuhan Mei 1998.

Untuk modal berdagang Mamad mengakui keterbatasannya, "Saya cuma modal 3 juta rupiah saja." Dari modal itu, sebagian besar ia belikan bahan baku kayu ramin, sedangkan sebagian yang lain ia belikan keranjang rotan jadi yang dipasok dari perajin Cirebon dan Curug.

"Saya hanya menyediakan 200 unit keranjang rotan karena modal saya cekak. Berbeda dengan Pak Kondang, tuh yang keranjang rotannya menggunung," katanya sambil menunjuk lokasi berdagang rekannya yang penuh dengan keranjang rotan dari berbagai bentuk.

Namun tampaknya modal bukanlah alasan banyak atau sedikitnya dagangan. Haji Iskandar misalnya mengaku modalnya tidak banyak-banyak sebagaimana yang diperkirakan orang. "Duit dari mana? Nggak, nggak sampai 50 juta lah," tutur Iskandar alias Kondang.

Boleh dikata Kondang inilah pedagang keranjang parcel yang paling besar. Ia mendatangkan keranjang rotan dari Cirebon dan Curug. "Tidak semuanya saya bayar di depan, paling-paling 30%-nya. Sisanya biasanya diminta dua hari sebelum lebaran," jelas Kondang menuturkan kiatnya.

Saling Bekerjasama

Meski ada pedagang besar dan kecil berkait dengan skala usaha mereka, tapi nyatanya kerjasama tetap terjalin dengan harmonis diantara mereka. "Kami saling mengisi kok," tutur Kondang. Ia menjelaskan, ketika konsumen membutuhkan model keranjang tertentu - yang ia tidak punya - maka bisa saja dirinya mengambil dagangan rekan lainnya. Begitu juga sebaliknya. Tentu saja hasil keuntungan dibagi dua sama banyak.

Demikian pula jika konsumen telah masuk ke area dagang tetangga, maka pedagang lain tak berhak iri, apalagi dengki.

"Mungkin karena saling kenal ya, kan kami dari kelurahan yang sama," ujar Mamad ringan.

Kondang sendiri mengaku tidak memproduksi keranjang parcel. Ia merasa cukup dengan menjajakan sekitar 6.000 unit keranjang rotan dari berbagai ukuran.

"Biarlah rekan-rekan lain memproduksi yang dari kayu ramin," tuturnya.

Mudah Memproduksi

Sebenarnya proses pembuatan keranjang parcel dari kayu ala Mamad dan Buyung cukup mudah. Mereka biasanya sudah memiliki model tertentu, dari keranjang jinjing hingga keranjang susun.

"Tapi Nabila Parcel memesan yang bulat begini sebanyak 100 buah," ujar Buyung menunjuk keranjang bulat yang sedang digarap asistennya.

Kayu ramin yang berharga Rp250 tiap 60 cm itu dipotong sesuai kebutuhan. Potongan kayu direkatkan dengan paku sesuai model yang diinginkan. Untuk pemanis kadang pedagang menambahkan sedikit anyaman bambu. Jadi.

"Saya bayar mereka sesuai jumlah keranjang yang dibuat," tutur Buyung dan Mamad dalam kesempatan berbeda. Honor pembuatan tergantung besar kecilnya keranjang. Besarnya antara Rp1.000 hingga Rp2.500 per keranjang.

"Rekan-rekan ini saya datangkan dari kampung," ujar Buyung yang asli Ciamis. Buyung punya kiat khusus dalam membayar tenaga kerjanya, "Mereka bersedia menyimpan honornya kepada saya sampai nanti saatnya membutuhkan. Jadi saya bisa memutar dulu uang itu untuk modal," kata Buyung.

Sedangkan Mamad mengaku mengerahkan tiga orang saudaranya untuk tenaga kerja. "Dalam waktu tiga hari mereka bisa menghasilkan 25 keranjang susun," katanya.

Meski musim pembelian keranjang parcel ini diperkirakan hanya sampai lebaran tiba, tapi Buyung optimis sesudah lebaran dagangannya masih laku, "Soalnya, ada saja mereka yang kekurangan, jadi pasti masih ada yang beli." Bahkan dari penuturan Buyung, kadang pada saat tepat hari Raya Idul Fitri, dimana pedagang libur dua hari, para penyedia jasa parcel tak jarang ‘memaksa’ mereka untuk memproduksi keranjang, guna mengejar pesanan. Konsekuensinya, harga bisa melonjak duakali lipat. "Mereka mau kok," tutur Buyung.

Bagaimana jika stok tidak habis? "Yah, tinggal disimpan saja di rumah buat musim mendatang," ujar Buyung enteng. Meskipun demikian, baik Buyung maupun Mamad yakin musim ini keranjang mereka bakal habis terbeli konsumen.

Bisnis Kecil Kurang Terlibat dalam E-commerce

Internet secara signifikan telah mengubah perdagangan dunia, dan bisnis kecil telah membantu proses hadirnya internet ini. Namun demikian, pertumbuhan e-commerce untuk bisnis kecil melambat pada tahun 2000. Demikian menurut sebuah studi yang dilakukan perusahaan riset International Data Corp. (IDC).

Hanya 725.000 bisnis kecil --yang dikategorikan dalam studi ini sebagai perusahaan yang memiliki kurang dari 100 karyawan-- terlibat dalam aktivitas e-commerce, menurut data IDC. Walaupun jumlah ini merupakan hasil kenaikan 34,6 persen dari tahun 1999, sebenarnya lebih banyak lagi perusahaan yang berencana menjual produk mereka secara online.

"Sekitar dua per tiga bisnis kecil membeli barang melalui internet, tetapi sedikit sekali yang menjual," kata Raymond Boggs, vice president Small Business/Home Office Research. "Perbedaan ini bisa dilihat dari kurangnya usaha bisnis kecil untuk bergabung dalam e-commerce," tambah Boggs.

Bisnis kecil dihadang berbagai masalah dalam mempersiapkan proses e-commerce, termasuk kurangnya ketersediaan produk, dis-organisasi internal, serta ganjalan dalam hubungan keuangan. Namun, perusahaan-perusahaan ini akan memiliki pilihan lebih banyak jika mereka berani mencoba mencari alternatifnya.

Banyak perusahaan kecil menunda pengeluarannya karena kondisi ekonomi dunia saat ini, tetapi mereka tetap yakin akan keuntungan yang diperoleh dari internet dan e-commerce, tutur Boggs.

Sekitar 5 juta bisnis kecil terhubung ke internet pada tahun 2000, ini merupakan peningkatan 13,4 persen dari tahun sebelumnya. Dari jumlah ini, 2 juta perusahaan telah memiliki homepage, dan ini merupakan peningkatan 33,8 persen dari tahun lalu. (**/idgns/wsn)


Sentra Sandal Karet Cirebon

Kerajinan sandal karet Desa Kabarepan sempat menemui masa emasnya. Sayang saat ini mereka terbelit masalah klasik, permodalan dan pemasaran.

Sejak lama, desa Kabarepan di Kecamatan Plumbon terkenal sebagai sentra industri kerajinan sandal karet di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Hampir 75% penduduk desa ini mengandalkan hidup dari usaha ini. Bahkan diperkirakan, Desa Kabarepan merupakan salah satu dari dua sentra produksi kerajinan sandal karet terbesar di Indonesia. Satu sentra lainnya adalah di Surabaya, Jawa Timur.

Usaha sandal karet yang dikelola masyarakat Desa Kabarepan dan sekitarnya, telah memberikan nafkah yang cukup dan membuka lapangan kerja bagi penduduk di sekitar desa itu, bahkan juga mereka yang tinggal di luar Kecamatan Plumbon.

"Berdasarkan catatan kami, ada 145 pengusaha kecil di desa ini. Dari jumlah pengusaha tersebut diperkirakan menyerap tenaga kerja sekitar 5.600 orang," jelas Noerkimin, Kepala Desa Kabarepan kepada kontributor KAPITAL, Redi Mulyadi.

Noerkimin menjelaskan, meski dalam kondisi krisis moneter, setiap harinya rata-rata sandal karet made-in Desa Kabarepan terjual sekitar 1.500 kodi per hari. Jika dikalikan dengan harga termurah, yakni Rp20 ribu per kodi, maka omsetnya adalah Rp30 juta perhari. Hitung saja jika dikalikan perbulannya. Sedikitnya Rp900 juta beredar di desa tersebut.

"Apalagi kalau yang terjual sandal seharga Rp 30 ribu – Rp40 ribu per kodi, berapa besar omset perhari atau perbulannya. Bisa kita bayangkan," ujar Noerkimin.

Hadapi Krisis

Namun, belakangan usaha kerajinan sandal karet Desa Kabarepan yang terkenal seantero Nusantara itu terhempas krisis, baik modal maupun pemasaran. Akibatnya, kurang lebih 115 pengusaha kecil sandal karet terancam menghentikan kegiatan usahanya sejak satu tahun terakhir.

"Karena mereka benar-benar kesulitan modal akibat adanya kecurangan dari para grosir, disamping kesulitan pemasaran," ungkap Sutarto, sekretaris pra-Koperasi Prima Citra.

Menurutnya, diantara kecurangan yang dilakukan para grosir yang umumnya berada di Bandung, Jakarta dan Jawa tengah itu adalah pembayaran dengan cek kosong dan cek mundur. Akibat ulah para grosir ini bukan hanya pengusaha kecil saja yang jadi korban, tapi juga para pengusaha kelas menengah dan besar yang berjumlah sekitar 20 orang.

Dengan adanya kondisi tersebut, pengusaha sandal karet kelas menengah dan besar terpaksa tidak bisa rutin dalam berproduksi dan pemasarannya. "Akibatnya, ditengarai saat ini terjadi persaingan tidak sehat diantara sesama pengusaha, hanya untuk sekedar mempertahankan kehidupannya," ujar Sutarto.

Padahal di pasaran, harga sandal karet buatan perajin Desa Kabarepan, baik yang beredar di kaki lima, toko maupun supermarket, berkisar antara Rp3.000 sampai Rp30.000 per pasang. Bandingkan saja dengan harga ditempat pembuatannya yang paling tinggi Rp40.000 per kodi (20 pasang).

"Perbedaannya tiga kali lipat lebih mahal dibandingkan harga di tempat produksinya," kata Sutarto.

Bila krisis yang dialami saat ini belum juga berakhir dan terus berlanjut, dikhawatirkan usaha kerajinan sandal karet di Kecamatan Plumbon nantinya dikuasai oleh para pemodal di luar Cirebon dan bahkan pemodal asing.

Uluran Tangan

Para perajin sandal karet di Plumbon umumnya dan Desa Kabarepan khususnya kini tampaknya memerlukan uluran tangan dari pihak-pihak terkait yang diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan kondisi para pengusaha sandal tersebut.

Sejumlah pengusaha kecil, menengah dan besar di desa tersebut mengatakan bahwa masalah utama yang mereka hadapi sekarang ini adalah permodalan dan pemasaran. "Kedua hal ini merupakan sarana vital bagi kelangsungan hidup usaha kami," ucap H. Mochammad Bakri.

Moch. Bakri yang termasuk pengusaha sandal karet kelas menengah ini menyatakan macetnya permodalan dan terbatasnya akses pasar merupakan momok bagi pengusaha. Kadangkala produksi macet karena minimnya modal. Tapi bukan tidak mungkin, suatu saat stok produksi menumpuk karena para grosir curang mempermainkan harga dan berulah dengan teknis pembayaran.

Untuk memperbaiki keadaan itu pengusaha sandal karet di Plumbon telah berusaha menghubungi pihak BUMN dan lembaga keuangan lainnya untuk mendapatkan bantuan permodalan.

"Namun usaha ini belum membuahkan hasil hingga saat ini. Mungkin karena lembaga-lembaga tersebut belum mempercayai kemampuan para penguasaha sandal karet untuk mengembalikan modal mereka," papar Sutarto.

Beberapa waktu lalu, sebenarnya anggota dewan dari komisi E DPRD Kabupaten Cirebon sudah mengusulkan kepada pemerintah daerah setempat agar melakukan perlindungan terhadap para pengusaha sandal ini. Tujuannya jelas, yaitu agar mereka terhindar dari permainan dan kecurangan para grosir.

Anggota dewan tersebut mencermati, pengusaha sandal harus membentuk jaringan pemasaran bersama untuk produksinya. Dengan demikian mereka tak perlu lagi tergantung pada para grosir dalam pemasaran. "Gunakan saja jalur pemasaran bersama ini. Pasti kuat," tutur anggota dewan tersebut.

 

Benjamin Franklin Made in Cipacing
Negara tak aman, bisnis senapan angin naik daun

Bagus Marsudi, Djumyati P., Pulung Ciptoaji (Surabaya)

Biasa dipakai berburu, senapan angin bisa juga untuk berjaga kalau-kalau ada kekisruhan. Lantaran bahan yang mudah didapat, usaha senapan angin bisa jadi pilihan menarik.

Benjamin Franklin tak pernah ke Bandung, tapi nama itu tak asing bagi warga Cipacing. Di pinggiran Jalan Cileunyi, 25 km sebelah timur Bandung, mereka biasa menyebut dan menawarkan nama itu. Memang, sih, tak selalu versi tulisannya persis seperti itu. Kadang Benyamin atau Frankline. Bagaimanapun penulisannya, Benjamin boleh dibilang nama pasaran di sana.
Tak percaya? Tengok sendiri. Jauh-jauh orang dari Jakarta, Semarang, atau Surabaya bahkan luar Jawa datang ke Cipacing cuma untuk mencari Benjamin. Puluhan kios memajang berbagai model Benjamin di antara nama BSA, Meteor, Canon, Sharp, Bowa, dst. Tinggal pilih, mau Benjamin mahal atau murah. Kalau oke, selepas transaksi, Benjamin bisa dibawa pulang. 
Senapan angin merek Benjamin  dibikin oleh lebih dari 400 perajin Cipacing. ”Memang tak sebagus yang asli. Kalau yang asli harganya Rp 4 juta, saya cuma jual Rp 150.000,” ujar Maman Abdul Rohman, salah seorang perajin. Sejak 30 tahun lampau senapan angin buatan Cipacing sudah dikenal kualitasnya.
Membuat senapan angin ternyata tak sesulit yang dibayangkan. Bahan bakunya cuma pipa besi, potongan besi untuk pelatuk dan kantong peluru, serta kayu Mahoni untuk popor. Peralatannya pun cukup mesin pemotong besi, kikir dan pahat, alat pengecat, serta mesin bubut. 
”Besi bekas pun boleh. Entah itu besi beton, pipa ledeng, atau bekas ranjang,” ujar Maman. Besi itu dipotong sesuai panjang yang diinginkan, dibor untuk alur di dalamnya, dikikir, dibubut, lantas dilas. Terakhir, besi diblonir (dicat hitam). Dengan harga Rp 2.000 per kilogram, tiap senapan dengan panjang laras sekitar 35 cm butuh 3 kg besi. 
Komponen lain dikerjakan sendiri pun tak masalah. Besi dikikir untuk jadi kantong peluru. Pelatuk bisa dibikin dari ring seher mobil yang dilebur, lantas dibentuk. Per kokangan senapan juga banyak tersedia. Untuk popor, kalau enggan membuat sendiri, cukup beli Rp 3.000 per gagang. Asal tahu saja, jangan cari senapan dengan mimis (kaliber) lebih dari 5,5 mm. Kalaupun ada, pasti mereka enggan melepas. Pasalnya, untuk jenis senapan angin bikinan Cipacing ini hanya diizinkan bermimis 4,5 mm.
Jagoan membuat senapan ternyata tak cuma Cipacing. Di Kediri pun terdapat usaha pembuatan senapan. CV Bima Asta, perusahaan itu, malah sudah mematenkan senapan angin bikinannya. Sempat terpukul saat krismon, sekarang Bima Asta menggenjot 80% komponennya buatan lokal. Menurut Subiyanto, pengelola pabrik senapan itu, pihaknya menguji benar baku mutu. ”Sebelum dikemas, tiap pucuk harus dicoba oleh pakar senjata,” ujarnya. 
Untung besar sebanding dengan repotnya
Dengan bahan-bahan yang sederhana itu Maman menghitung biaya produksi satu senapan angin biasa sekitar Rp 40.000. Itu sudah termasuk ongkos kerja Rp 20.000 per senapan dan jatah uang makan Rp 5.000. Dengan biaya segitu, senapan angin dilego dengan harga mulai Rp 50.000 hingga Rp 300.000, tergantung panjang laras dan aksesorinya. Kalau sebulan seorang bisa membikin 20-30 senapan, dengan 20 karyawan sekarang ini bengkel Maman mampu membikin 600 pucuk senapan sebulan. Hitung sendiri untungnya. Paling tidak, omzet Maman mencapai puluhan juta per bulan. 
Lain lagi harga senapan dengan gas. Lantaran memakai gas harga jualnya bisa mencapai Rp 1,5 juta-Rp 3 juta per pucuk. ”Cara ngerjainnya sama, cuma yang mahal itu otaknya,” tutur Maman sembari menunjuk jidatnya. Rupanya tak semua orang bisa membikinnya. Belum lagi bicara kehebatannya. Beda dengan senapan angin biasa yang cuma menjangkau 50 meter dengan lima kokangan, senapan gas bisa membidik sasaran sejauh 150 meter sekali kokang dengan 10 peluru beruntun.
Selain membikin, Bima Asta juga menerima servis senapan. Biayanya tak mahal. Sekali servis paling mahal Rp 100.000. ”Sebenarnya, sih, cuma Rp 5.000. Yang Rp 95.000 itu otaknya,” celetuknya terus terang. Tak heran, dari hasil usahanya selama 30 tahun itu, walau harus menghidupi 13 istri dan 20 anak, Maman masih bisa naik haji, beli mobil, tanah, membiayai dan membangun rumah untuk anak-anaknya. 
Hitung-hitung, usaha senapan boleh juga. Masih penuturan Maman, dengan modal awal Rp 50 juta, dalam setahun dijamin bisa balik modal. Modal sebesar itu sudah bisa membuat bengkel senapan, lengkap dengan peralatannya. Makin besar kapasitas produksinya, makin besar pula untungnya. ”Kalau dihitung, setahun bisa mencapai Rp 70 juta,” tandasnya. Siapa yang kagak ngiler?
Permintaan pasar senapan angin pun cukup tinggi; Maman mengaku kewalahan melayani pemesanan. Kendati begitu, dari home industry itu, ribuan senapan angin bikinan Cipacing sudah tersebar ke mana-mana. Meski punya empat kios di Cipacing, sebagian besar senapan buatan Maman dijual ke luar Jakarta. Mendirikan usaha ini pun tak sulit. Syaratnya paling tidak harus ada izin usaha dari Depindag dan kepolisian

Setiap Jengkal Adalah Rezeki 
Stan di emperan perkulakan dan grosir laku keras

Bagus Marsudi, Barly H. Noe, Sri Sayekti, Sianne Komara 

Tak kalah dengan mal-mal, stan di emperan pusat perkulakan ternyata banyak diminati. Harga sewanya boleh tinggi, tapi itu sebanding dengan omzet usahanya. Bebas dari porotan preman lagi. 

Ada gula ada semut. Begitu pula yang terjadi jika pada suatu tempat dipadati manusia, pasti diramaikan oleh pedagang. Lihat saja. Setiap ada demonstrasi, di belakangnya turut juga konvoi pedagang minuman dan makanan. Bukan ikut demo, tapi lantaran cerdik melihat peluang pasar. Risiko urusan belakangan. 
Hal yang sama dianut para pedagang di pusat-pusat perkulakan. Seolah tak gentar oleh bayang-bayang raksasa ritel tempat mereka ngendon, para pedagang itu justru merasa aman. Banyaknya pengunjung yang hendak belanja borongan, terutama Sabtu-Minggu, menjadi sasaran empuk. Barangkali para pedagang itu pun berharap turut terpercik anggaran memborong kebutuhan rumah tangga. 
Lantaran begitu potensialnya ceruk pasar ini, para pengelola pusat perkulakan pun tak segan menyewakan space melompong itu. Lokasinya berada di jalur utama keluar masuk para pengunjung. Entah itu di lobi tunggu atau koridor, bahkan di emperan; yang pasti tetap ada dalam bagian dalam bangunan. Umpamanya saja di dekat pintu keluar perkulakan Makro, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Di sana berjejer 10 stan jualan dari makanan-minuman sampai pajangan dinding. Begitu pula di Goro, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Sepanjang koridornya dipadati oleh 52 stan pedagang, mulai dari tukang kunci sampai sales perumahan.
Bagi pengelola Makro, keputusan untuk menyediakan tempat itu tak lebih dari good will perusahaan. ”Pemerintah tak pernah mengatur soal kewajiban pusat perkulakan terhadap pedagang kecil,” ujar salah satu manajer yang enggan disebut namanya. Keberadaan pedagang itu pun legal. ”Ada syarat yang harus dipenuhi dalam perjanjian,” terusnya. Mereka tak boleh menjual barang yang sudah dijual Makro. Lalu, kontraknya pun diperpanjang per bulan. 
Sudah begitu, pihak pengelola pun tak perlu repot menyiapkan tempat khusus; cukup menentukan lokasi mana yang boleh ditempati sebagai stan. Selanjutnya, soal mau membuat stan seperti apa, itu terserah pedagang. Asal bukan stan permanen. Goro, misalnya, menyediakan lahannya seluas 480 m2 untuk pedagang nonpermanen. Pedagang dibebaskan memilih luas lahan, dari 1 m2 sampai 40 m2.
Perkulakan Alfa malah membuka pintu lebar-lebar untuk sewa space. Tak heran, penyewanya pun tak cuma pedagang kecil, tapi peritel terkenal seperti Texas Fried Chicken, KFC, McDonald’s, Dunkin Donut, Country Style, dst. Mereka berani menarik penyewa bermerek itu lantaran 23 gerai Alfa di Jawa dan Bali selalu ramai pengunjung. ”Rata-rata 3.000 orang per hari,” ujar Kurnia Sukrisna, Direktur Operasional PT Alfa Retailindo.

Mengharap rezeki dari emperan

Tini yang membuka stan bakso Malang seluas 4 m2 di Makro, Pasar Rebo, mengaku membayar sewa Rp 2 juta per bulan. Baginya, itu tak memberatkan. Sehari, omzet dagangannya mencapai Rp 500.000. ”Itu kalau sepi. Kalau tanggal muda atau hari libur, minimal dapat Rp 1 juta,” ujarnya bangga.
Tapi, tak demikian halnya dengan Enzoztri. Pedagang sepatu sandal wanita di Goro Kelapa Gading ini malah mengeluhkan mahalnya harga sewa 4 m2 tempat usahanya. Dengan harga sewa Rp 1,9 juta per bulan, ”Jualan saya hanya cukup untuk bayar sewa,” ujarnya. Belum lagi Goro tak memberikan fasilitas apa pun selain listrik. 
Toh, bagi kolega Enzostri, Ade Fatma, membuka stan di pertokoan mapan jauh lebih nyaman ketimbang menyewa lapak pinggir jalan. Pedagang keramik bikinan Yogya itu merasa berjualan di Goro lebih aman. ”Tak diganggu preman, tak ada pungutan tambahan,” katanya.
Beda lagi di Alfa. Lantaran kondisi tiap tempat berbeda, Kurnia tak bisa memukul rata harga sewa ritel space. Di Alfa Cikokol, misalnya, lantaran tempatnya luas dan penyewanya cukup banyak, harga sewa cuma Rp 50.000 per m2 sebulan. Dengan situasi berbeda, Alfa Meruya bisa mematok harga sewa Rp 400.000 per m2 sebulan. Yang paling mahal tentunya di Alfa Denpasar. Walau space yang tersedia terbatas, dengan harga sewa Rp 600.000 per m2 sebulan calon penyewanya justru antre. Padahal, menurut Kurnia, sewa space itu andilnya tak lebih 1% dari omzet Alfa.


Sekretaris Bahenol Dunia Maya
E-mail dengan sekretaris virtual

Hendrika Yunapritta, R. Cipto Wahyana

Teknologi virtual menampilkan wajah (image) yang mampu berbicara, mengekspresikan emosi, yang bisa dikirimkan untuk membacakan e-mail. Ibaratnya, kita bisa punya sekretaris bahenol, gratis lagi.

Di dunia maya, selain informasi berbentuk teks dan gambar dua dimensi ada pula karakter-karakter tiga dimensi yang bisa dinikmati. Beberapa yang terkenal misalnya si sexy cyberbabe Lara Croft dan virtual newscaster bernama Ananova. Lara Croft (www.laracroft.co.uk), tokoh virtual dari game Tomb Raider, adalah sebuah sosok sempurna bak model terkenal. Ia digambarkan sebagai seorang aristikorat Inggris yang suka petualangan. Dongeng game-nya dimulai ketika pesawat yang ditumpangi Lara mengalami kecelakaan, dan dia satu-satunya penumpang yang selamat. Saking ngetopnya, situs Lara Croft sempat tidak bisa diakses dua tahun lalu gara-gara overcrowded; sedangkan copy Tomb Raider terjual sebanyak 21 juta sejak diluncurkan.
Ananova pun setali tiga uang. Sosok penyiar keluaran Press Association April 2000 ini digambarkan sebagai gabungan dari Posh Spice, Carol Vorderman, dan Kylie Minogue. Selain mempunyai sosok sempurna, pembaca berita yang suara dan bentuknya bisa diakses lewat www.ananova.com ini adalah  wanita yang sangat cerdas. Suaranya enak didengar dan nyaman bagi mereka yang mendengarkannya. 
Namun, dua tokoh terkenal ini bisa dibilang tidak punya emosi. Ananova tidak dapat melemparkan ekspresi sinis dan arogan. Wajahnya sangat sempurna, tidak ada kerutan pada mata atau bibir ketika berbicara. Seperti manusia palsu. Pokoknya mirip sekali kartun dua dimensi. Nah, akhir tahun lalu LifeFX menawarkan virtual karakter. Bedanya, tokoh ini bukan untuk pembaca berita atau tokoh game, tapi membacakan e-mail atau semacam asisten untuk membaca e-mail. Namanya Facemail.
LifeFX yang diciptakan tahun 1999 menggunakan teknologi image-morphing computer yang memahami anatomi manusia. Sistem digital seperti ini mampu menganalisis gerak mata dan lidah, bahkan juga tengkorak serta setiap otot dan sendi yang bergerak ketika orang berbicara. Teknologi tersebut menghasilkan gerak alami, seperti lipatan kelopak mata ketika karakter berkedip. Alhasil, ”Internet dapat menjadi media visual interaktif,” ujar Lucille Salhany, pencipta LifeFX. 

Bisa menggunakan wajah sendiri

Karena gratis dan menarik, LifeFX langsung menjadi salah satu program favorit yang di-download melalui CNet dan ZDnet. Sebenarnya ada beberapa perusahaan lain yang membuat program seperti LifeFX. Tapi, LifeFX menjadi favorit karena perusahaan yang berbasis di Newton ini berhasil menggandeng Kodak, sebuah perusahaan film raksasa dari Rochester, New York. Kodak bakal menggarap gambar interaktif yang disebut Stand-In ini. Menurut Steve Ardire, Senior Vice President of Bussiness Development and Sales LifeFX, kuartal pertama tahun depan mereka akan membuat Biro Servis LifeFX. Karena sudah menggandeng Kodak, ”Orang bisa mengirim ke kami foto mereka dengan mata terbuka dan menghadap kamera, dan kami akan membuatkan Stand-In-nya,” janji Ardire.
Teknologi Stand-In berbeda dengan video yang pasif. ”Stand-In ini interaktif,” kata Ardire. Selain membaca naskah yang ada di dalam e-mail, Stand-In juga akan mengekspresikan emosinya. Mengirim dengan Facemail ini cukup mudah. Netter tinggal men-download programnya di www.lifefx.com, situs CNet, atau ZDNet, dan mengetikkan e-mail seperti biasa. Ekspresi Stand-In nantinya disampaikan melalui ketikan yang sudah lazim. Misalnya :—) untuk tersenyum dan :—( untuk dahi berkerut. Ada tujuh ekspresi yang bisa digambarkan Stand-In, yakni tersenyum, ciuman, kedipan, kerutan di dahi, jijik, dan terkejut. Facemail gratisan ini cocok untuk dipakai beberapa program e-mail terkenal, seperti AOL, Hotmail, dan Microsoft Outlook.
Ekspresi seperti ini diramalkan bakal sangat membantu interaksi e-mail. Maklum, sebagai bahan tertulis, banyak yang sering salah tangkap ketika membaca e-mail seseorang. ”Lima puluh persen pembicaraan kan dilakukan secara nonverbal,” kata Ardire. Ekspresi nonverbal inilah yang ditampilkan Stand-In. Penerima e-mail yang ogah men-download program ini bisa saja hanya membaca teks; meskipun dalam e-mMenjual si Label Pintar
Asisten pribadi dari Office XP

Hendrika Yunapritta, Christiantoko

Andalan bundel Office XP adalah hyperlink langsung dari teks yang diketik pemakai tanpa harus menutup tampilannya. Harga per paketnya memang tak murah. Walau belum resmi diluncurkan, versi bajakannya sudah bisa dibeli.

Pengguna komputer mungkin lebih akrab dengan Microsoft Word atau Excel yang ada dalam bundel Office ketimbang sistem operasi Windows. Dalam perkenalan Windows XP, Februari lalu, pemilik software terbesar di dunia, Bill Gates, mengatakan bahwa Windows telah menjadi alat kerja ratusan juta orang di dunia. Tak heran bila bundel Office menjadi tambang emas perusahaan software terbesar di dunia ini. Office sendiri menyumbang 46% revenue dan 50% income Microsoft. 
Itu sebabnya, pertengahan tahun ini Microsoft akan meluncurkan si tambang emas Office XP. Ini mendahului induknya, Windows eXPerience (XP), yang baru akan diluncurkan Oktober depan. Office XP bisa bekerja pada Windows 98/98 SE, Windows Millenium Edition (ME), NT 4.0, dan Windows 2000; tapi tidak akan jalan pada Windows 95. Cuma, Anda perlu memori (RAM) 128 MB bila ingin mendapatkan tampilan optimal dari Office XP. Jika cukup puas dengan program apa adanya, ya cukup menggunakan memori 64 MB saja.
Program Office XP, yang antara lain terdiri dari program MS Word, Excel, dan Outlook, akan menyita 400 MB - 800 MB harddisk. Kapasitas yang luar biasa itu memang diperlukan untuk meng-install fasilitas unggulan Office XP: Smart Tag. Smart Tag bekerja dengan mengenali sebuah kata kunci atau asosiasi kata tersebut dengan suatu tampilan fasilitas. Tampilan ini bisa berupa program sederhana atau koneksi ke database di dunia maya. Jadi, Smart Tag alias Label Pintar ini bakal muncul ketika pengguna mengetikkan suatu kata dalam program-program Office XP. 
Label Pintar akan memudahkan pengguna Office XP, karena tidak perlu bersusah payah keluar dari dokumen yang dikerjakannya dan membuka browser ketika ingin mencari informasi lebih. Namun, si pengguna terlebih dahulu harus men-download installer dari situs-situs database yang ditunjuk Microsoft atau situs Microsoft sendiri. 

Versi bajakan pun sudah tersedia

Di Indonesia, ada tiga situs lokal yang bekerja sama dengan Microsoft, yakni Kompas Cyber Media (KCM), Indoexchange, dan Yellowpages. Untuk sementara ini KCM hanya meng-install-kan data artis dan menteri; dan nantinya pengguna bakal bisa mengakses seluruh database KCM. Bahkan, Smart Tag juga bisa menyediakan cuplikan lagu, seperti grup Sheila On 7. Sedangkan Indoexchange menyediakan link untuk Smart Tag ketika pengguna mengetik nama emiten. Link ini berisi harga saham serta informasi bisnis lainnya. Lantas situs Yellowpages menyediakan alamat perusahaan di lima kota besar Indonesia. Tentu saja Label Pintar akan berfungsi jika pengguna Office XP dalam keadaan terhubung dengan dunia maya.
Database di tiga situs ini diubah ke dalam file xml yang berbentuk teks dan tidak membedakan antara bahasa pemprograman pengirim atau penerima data. Hasilnya, file ini gampang dibaca di mana pun. ”Bahkan xml bisa dibaca pemakai Linux maupun NT,” ujar Adrianto Gani, Manager Director PT Puspa Intimedia Internusa (Intimedia), perusahaan yang mengubah data di database Yellowpages menjadi format xml. Intimedia sendiri mengubah format 200.000 kata di Yellowpages agar bisa diakses melalui Office XP. Kerja sama antara Microsoft dengan tiga situs ini tidak komersial. ”Yah, ini win-win lah,” ujar Eddie Daradjat, Presdir Indoexchange. Setiap Smart Tag yang terkoneksi dengan situs mereka otomatis akan menambah page preview dan hit.
Kelebihan Office XP ini otomatis mengiming-imingi pengguna Office untuk meng-upgrade versi lama mereka. Maklum saja, sekitar 60% pengguna Office masih mengandalkan versi lima tahun lalu. Memang, dibandingkan dengan Office 97, Office XP ini jadi tampak sangat modern dan menarik. Makanya, Microsoft memperkirakan ada 100 juta - 120 juta orang pengguna Office 95 atau 97 yang menjadi pasar untuk dirayu dengan keunggulan Office XP.
Tapi, harga Office XP ini lumayan mahal. Di Indonesia versi resmi Office XP akan dijual dengan harga US$ 550 atau Rp 5,5 juta. Seperti versi Office dan Windows yang dulu-dulu, belakangan bajakan software produksi raksasa Microsoft ini banyak ditemui. Di Malaysia, kabarnya versi bajakan dijual dengan harga US$ 3 saja. Di Indonesia, Office dan Windows XP bajakan harganya cuma Rp 15.000 atau US$ 1,5.

ail yang mengandung Facemail tersebut ada link menuju ke situs-situs LifeFx

Si Emas Cokelat makin Harum
Panen raya cengkeh telah tiba 

Niken Rooshany, Marga Raharja

Setelah tertekan bertahun-tahun, kini petani cengkeh mulai bisa menebar senyumnya. Maklum, harga cengkeh meroket tak kira-kira. Tapi, kebutuhan pasar tak mampu dipenuhi. Pabrik rokok mulai megap-megap kesulitan bahan baku cengkeh. 

Panen raya cengkeh, yang datang setiap empat tahun sekali, berlangsung lagi mulai Juni ini. Agaknya, inilah panen raya yang disambut dengan perasaan suka cita oleh petani. Pancaran penuh semangat tampak di wajah mereka yang telah menjual cengkeh kering dengan harga Rp 70.000 sampai Rp 80.000 per kg. Sementara itu, sebagian lagi masih menahan hasil panennya. Mereka berharap, moga-moga harga salah satu bahan baku rokok kretek itu akan terus meroket. 
Lonjakan harga si emas cokelat ini sebetulnya tidak begitu mengejutkan. Bayangkan, tahun lalu saja pabrik rokok kretek membutuhkan sekitar 91.000 ton cengkeh, sementara hasil panennya hanya 70.000 ton. Dan tahun ini produksi cengkeh diperkirakan bakal anjlok lagi menjadi tinggal 50.000 per ton. Logikanya, sampai tahun depan pasar akan kekurangan cengkeh. Apalagi pasokan dari Aceh dan Maluku, dua sentra produksi cengkeh, sampai saat ini masih tersendat-sendat. 
Maka, harga pun meroket tak tanggung-tanggung. Yang diuntungkan, ya, siapa lagi kalau bukan petani cengkeh. Seperti yang dirasakan Gelora Perangin-angin, petani dari Carangwulan, Jombang. Di saat panen raya seperti sekarang, kebunnya seluas lima hektare diperkirakan akan menghasilkan sekitar 5 ton cengkeh kering. Setelah dipotong biaya petik dan pemeliharaan, petani asal Medan yang sudah lama tinggal di Jombang ini masih bisa meraup keuntungan bersih Rp 300 juta. ”Prospek cengkeh akan bagus hingga tahun 2005,” kata Gelora. 
Rasa gembira juga dipancarkan Tony Sugianto, petani asal Wonosalam. Hanya, ia tak seberuntung Gelora yang tergolong cukup kebal menghadapi fluktuasi harga. Ketika harga si emas cokelet ini jatuh sampai Rp 1.800 sekilogramnya, Tony termasuk satu dari ribuan petani yang melantarkan kebunnya. Pria ini juga telanjur menciutkan lahan cengkehnya. ”Dulu saya memiliki kebun seluas enam hektare dan ditumbuhi ribuan pohon cengkeh. Tapi, sekarang tinggal separonya,” kata Tony penuh sesal. 
Ketika terjadi kelebihan pasok cengkeh, tahun 1992, Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC) yang dikomandoi Tonmmy Soeharto memang pernah mengeluarkan kebijakan untuk mengonversikan 30% tanaman cengkeh. Lalu, petani dianjurkan mengganti pohon cengkeh dengan tembakau, vanili, cokelat, atau palawija. Selain itu, Tommy juga mengusulkan untuk membakar 40% hingga 50% hasil panen cengkeh. BPPC saat itu sedang terancam kolaps dan tak mampu menyerap produksi cengkeh akibat tak ada pembelian cengkeh oleh pabrik rokok.
Mengancam industri rokok kretek
Tapi, pelbagai upaya itu tak mampu mengangkat harga cengkeh. Bertahun-tahun harganya jauh di bawah harga dasar. Tapi, sejak BPPC dibubarkan, harga cengkeh mulai sedikit terangkat. Tahun lalu, misalnya, harganya mencapai Rp 30.000 hingga Rp Rp 40.000 per kg. Jadi, jika tahun ini harga cengkeh menembus Rp 70.000 per kg, wajar kalau semangat para petani terpicu kembali. ”Sekarang orang mulai mengupayakan menanam cengkeh lagi,” kata Litha Brent, eksportir kopi dari Ujungpandang, yang pernah menjadi pemasok cengkeh untuk pabrik rokok. 
Rezeki nomplok juga akan dirasakan petani cengkeh di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Tahun ini sentra produksi cengkeh terbesar di Indonesia itu diperkirakan akan menghasilkan 14.000 ton cengkeh kering atau setara dengan Rp 980 miliar. Tentu saja, pemasukan ini akan mendorong tingkat konsumsi para petani. Namun, Kepala Biro Ekonomi Pemda Sulut, Alberth Pontoh, mengatakan bahwa perilaku petani sekarang sudah sangat berubah. ”Mereka tak mau lagi mengulangi penderitaan masa lalu yang melakukan konsumsi jor-joran,” katanya. 
Sayang, kegembiraan petani cengkeh itu akhir-akhir ini berubah menjadi ketakutan. Pasalnya, seperti peribahasa, ada gula ada semut, tingginya harga cengkeh ternyata telah menarik minat para penjarah. Di Kecamatan Wonosalam, misalnya. Menurut Gelora, beberapa perkebunan cengkeh yang terletak di pingir jalan besar sudah habis dijarah. ”Mereka tidak takut pada aparat keamanan,” kata Gelora. ”Kami akhirnya mengajak penduduk untuk melakukan pam-swakarsa.” 
Tapi, tak ada yang menandingi penderitaan pabrik rokok sebagai konsumen utama. Menurut Darjoto Setiawan, Direktur Utama PT Bentoel Prima, lonjakan harga cengkeh telah mengancam kelangsungan hidup ratusan pabrik rokok kecil. Itu terjadi setelah harga cengkeh meroket dari Rp 25.000 tahun lalu menjadi Rp 61.000 per kg. Kondisi ini diperparah lagi oleh kenaikan tarif cukai. Akibatnya, agar tidak rugi lebih besar, beberapa pabrik rokok akhirnya menutup usahanya. ”Bukan yang kecil saja, pabrik rokok menengah besar pun sekarang megap-megap,” kata Darjoto.

Ternyata, Aman itu Mahal
Macam-macam pungutan baru di BPOM

Djumyati Partawidjaja, Sri Sayekti, Ahmad Febrian

Demi meningkatkan pelayanan, pemerintah menerbitkan PP No. 17 tentang pungutan baru di BPOM. Pungutan ini dianggap akan memberati pengusaha menengah kecil; sementara pelayanan BPOM sendiri tak banyak berubah. 

Kalau sudah kepepet, orang memang bisa menjadi lebih kreatif. Yang penting asap dapur bisa terus ngebul. Itu pula yang dilakukan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Lewat PP No. 17/2001, pengusaha makanan, minuman, kosmetika, obat-obatan dan produk kesehatan diwajibkan membayar biaya evaluasi, pendaftaran, sertifikasi, dan pengujian. ”Tujuannya untuk meningkatkan pelayanan kita juga,” kata Mawarwati, Sekretaris Utama BPOM.
Untuk semua jasa yang diberikan BPOM, selama ini pengusaha hanya dikenai biaya formulir Rp 15.000. Tapi, lewat PP No. 17, yang berlaku sejak 16 Mei lalu, para pengusaha harus mengeluarkan uang sampai jutaan rupiah. Biaya pendaftaran dan evaluasi misalnya. Untuk pendaftaran tiap item (jenis, rasa, atau berat tertentu) obat jadi yang baru dikenai biaya pendaftaran dan evaluasi sebesar Rp 20 juta; sementara obat tradisional dengan bentukan baru dikenai biaya Rp 2,5-5 juta. 
Di sisi lain, tiap item obat generik hanya terkena Rp 1 juta. Pada produk makanan, yang paling mahal terkena pungutan adalah makanan suplemen dan pangan khusus. Biayanya Rp 2,5 juta per item. Jenis-jenis makanan lainnya seperti susu, daging olahan, makanan kaleng, minuman dalam kemasan, coklat, macam-macam tepung, dan rempah-rempah hanya terkena pungutan antara Rp 50.000 sampai Rp 1 juta. 
Belum lagi aturan baru untuk sertifikasi cara produksi yang baik. Kalau selama ini hanya pengusaha obat yang wajib memiliki sertifikasi, mulai 16 Mei lalu semua pengusaha makanan, kosmetika, dan alat kesehatan harus memiliki sertifikasi. Besar biaya ini sangat beragam. Untuk indutri besar, misalnya, biayanya berkisar antara Rp 10 juta sampai Rp 5 juta. Industri menengah dikenai biaya sertifikasi antara Rp 2,5 juta - Rp 5 juta, dan industri kecil dikenai Rp 1 juta.
Menurut Mawarwati, ada cukup banyak masalah kalau semua jasa BPOM digratiskan. Malah, fasilitas ini sering dimanfaatkan para pengusaha. Mereka, misalnya, memasukkan 20 nomor registrasi. ”Padahal mungkin hanya perlu lima nomor registrasi, mereka masukkan 20 nomor. Akibatnya, beban kerja BPOM jadi berlebih sehingga proses registrasi jadi lama sekali. Untuk mengatasinya, BPOM akhirnya memasang tarif untuk setiap jasa yang diberikan. ”Semuanya kita setor ke kas negara. Kalau kita perlu peningkatan mutu, perlu operational cost, kita bisa mendapatkan tambahan dana dari APBN,” ungkap Mawarwati.
BPOM tidak bertanggung jawab secara hukum
Pungutan sekecil ini bagi industri obat-obatan jelas tidak ada artinya. ”Tarifnya jauh lebih kecil kalau dibandingkan dengan luar negeri yang bisa mencapai ratusan ribu dolar,” tutur Anthony Sunarja, Ketua Gabungan Pengusaha Farmasi. Dalam hitungannya, kalau bisa menjual obat selama lima tahun, perusahaan farmasi diperkirakan bisa memperoleh pendapatan Rp 4 miliar. Jadi, pungutan sebesar Rp 20 juta itu sama sekali tidak ada artinya; juga bukan alasan untuk menaikkan harga obat.
Tapi, pengusaha makanan menganggap pungutan itu cukup memberatkan. Betul, bagi perusahaan sekaliber Indofood, Nestle, Coca-Cola, biaya tersebut jelas tidak masalah. Bayangkan. Coca-Cola saja setiap harinya bisa menjual 7 juta botol. Sementara penghasilan Indofood dari penjualan mi instan sudah mencapai Rp 9 miliar per tahun atau Rp 24 juta per hari. Masalahnya, menurut Direktur Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia, Thomas Dharmawan, biaya untuk mendapatkan nomor registrasi yang harus dipasang dalam label produk ini dikenakan pada semua pengusaha. Besar maupun kecil.
Padahal, menurut data BPS, tahun 1998 ada 700.000 pengusaha kecil dan rumah tangga yang aktif, sedangkan industri besarnya hanya ada lima ribuan saja. Jika ingin dicap sebagai pengusaha makanan yang baik, mau tak mau mereka juga harus mendapatkan sertifikat Cara Produksi Makanan yang Baik. ”Bagaimana nanti nasib para pengusaha dodol, nata de coco, dan usaha makanan kecil lainnya?” tanya Thomas. Mungkin para pengusaha tak keberatan dikenai biaya Rp 1 juta - Rp 5 juta. Masalahnya, mereka juga harus memperbaiki fasilitasnya untuk mendapatkan sertifikasi. Jumlahnya juga tidak kecil. 
Sialnya, berdasarkan pengalaman selama ini, registrasi di BPOM ini tidak bisa dipertanggungjawabkan secara hukum. Maksudnya, kalau sampai terjadi kasus dengan produk terdaftar, masyarakat tidak bisa menuntut BPOM yang sudah memberikan registrasi dan sertifikasi. Masalah-masalah seperti itu tetap saja menjadi tanggung jawab pengusaha. Mereka juga yang harus keluar duit bila terjadi gugatan ganti rugi. Jadi buat apa segala macam biaya dan sertifikasi itu?

Memerah Dolar dari Susu

F. Rahardi,
Praktisi Pertanian

Memelihara sapi perah adalah bisnis yang bisa mendatangkan pemasukan harian dan nilainya relatif stabil karena terkait dengan dolar. Penyerap susu segar terbesar adalah pabrik susu bubuk yang standar harganya mengikuti dolar AS. Karena itu, meskipun nilai dolar melambung tinggi, peternak sapi perah tidak perlu pusing. Sebab, bahan baku pakan mereka hanyalah hijauan yang kandungan komponen lokalnya mencapai 100%. Memang, bila bibit sapinya memilih yang impor, harganya juga mengikuti dolar. Sekarang ini harga bibit sapi perah impor (bunting sekitar empat bulan) mencapai sekitar US$ 1.000. Sementara itu, yang lokal antara Rp 5 juta–Rp 6 juta per ekor.
Harga susu di tingkat pabrik memang turun naik mengikuti kurs dolar. Pada saat tulisan ini dibuat, dengan kurs Rp 11.950 per dolar AS, harga susu segar di tingkat pabrik Rp 1.550 per liter. Di tingkat peternak, semua sangat tergantung dari KUD-nya. Semakin jauh jarak lokasi peternakan serta KUD dari lokasi pabrik, semakin rendah harga yang bisa diberikan ke peternak.
Tapi, rata-rata selisih harga antara level pabrik dengan peternak antara 10%–15%. Dengan tingkat produksi susu (induk lokal) antara 8–15 liter per induk per hari, pendapatan kotor peternak antara Rp 12.400 sampai Rp 23.250. Kalau yang dipelihara induk eks-impor atau bibit hasil kawin suntik dengan semen (mani beku) eks-impor, hasil susunya bisa mencapai 18–20 liter per hari. Tapi, biaya pakan dan perawatannya juga lebih tinggi ketimbang induk lokal.
Kebutuhan hijauan berupa tebon (batang jagung muda), rumput gajah, atau rumput raja (king grass) sekitar 50 kg per ekor induk per hari. Hasil hijauan segar per hektare per sekali panen sekitar 20 ton. Dengan siklus tebangan sekitar 60 hari sekali, untuk seekor induk diperlukan areal tanaman hijauan seluas 1.500 m2. Berarti tiap hektare lahan hijauan bisa memberi pakan paling sedikit enam ekor sapi perah.
Seorang peternak dengan populasi sapi 10 ekor memerlukan lahan hijauan seluas 1,5 ha yang berpengairan teknis. Kalau harus membeli hijauan dengan harga Rp 100 per kg, biaya untuk pakan seekor sapi sudah mencapai Rp 5.000 per hari. Di saat kemarau panjang, kalau peternak tidak memiliki areal hijauan berpengairan teknis, biaya pakan akan melambung tinggi karena tersedot untuk keperluan transportasi.
Kesulitannya cuma mencari pakan hijauan
Sebenarnya tetek-bengek teknis pemeliharaan sapi perah sudah relatif terkuasai dengan baik oleh peternak kita. Karenanya, para pendatang baru tidak perlu kerepotan untuk masuk ke wilayah ini. Tinggal mengirim tenaga untuk ”magang” ke peternak yang sudah jalan lalu mengikuti mereka. Alur pasarnya pun relatif rapi melalui KUD dan masuk ke pabrik. KUD-KUD susu ini relatif baik kinerjanya karena mereka tergabung dalam Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI). Baiknya kinerja koperasi susu ini juga dikarenakan mereka harus bekerja sama dengan pabrik-pabrik susu perusahaan multinasional. Standar kerja koperasi-koperasi ini pun lalu mengikuti standar kerja dunia persusuan internasional.
Kondisi para peternak sapi perah ini agak berbeda dengan dunia sapi pedaging yang kusut masai karena ulah blantik (pedagang sapi potong) yang kinerjanya memang bergaya preman. Kalau kita datang ke sentra-sentra peternak sapi perah di Pujon, Malang-Jawa Timur; Boyolali, Jawa Tengah; Lembang dan Pangalengan, Jawa Barat; mereka hampir tidak mempunyai keluhan.
Satu-satunya keluhan yang selalu mereka kedepankan adalah kesulitan hijauan di musim kemarau. Para peternak sapi perah di Boyolali, misalnya, di musim kemarau biasa mendatangkan hijauan dari Kabupaten Magelang, Semarang, Temanggung, bahkan sampai ke Kabupaten Kendal. Ini semua terjadi karena mereka tidak memiliki areal hijauan berpengairan teknis sesuai dengan populasi sapi peliharaan mereka.
Hasil pemeliharaan sapi perah sebenarnya bukan melulu susu. Daging anak sapi perah jantan (feal) meskipun lebih murah dari sapi pedaging, relatif punya pasar tersendiri. Saat ini harga anak sapi perah jantan sekitar Rp 10.500 per kg hidup. Dulu di tahun 1980-an para peternak sapi perah di Pujon pernah membuang susu segarnya ke kali karena harga yang diberikan oleh pabrik terlalu rendah sementara produksi mereka melimpah. Kejadian itu tidak pernah terulang lagi.
Di Pangalengan, para peternak berhasil mengembangkan industri kecil dengan produk yoghurt, keju, dodol, permen, es krim, dan lain-lain yang memberikan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Di Yogyakarta dan Bandung, konsumsi susu segar di kaki lima berkembang cukup pesat. Itu semua berkah dari industri peternakan sapi perah yang relatif sehat.
Krisis ekonomi, politik, dan sosial yang berkepanjangan dewasa ini ternyata tak terlalu bergema di lingkungan peternak sapi perah. Baru-baru ini, ketika saya menyempatkan diri ngobrol dengan kelompok peternak di Kaliurang, Sleman, DIY, mereka sangat ceria. Keluhan mereka hanyalah soal hijauan. Mereka tak berani menambah populasi ternak karena keterbatasan areal hijauan. Berbeda dengan peternak di Boyolali yang sudah terbiasa mendatangkan hijauan dari jauh, para peternak di lereng selatan Gunung Merapi ini terbiasa mengandalkan hijauan dari sekitar kampung halaman mereka. Padahal, peluang mendapatkan tambahan kredit induk dari koperasi selalu terbuka. Setiap saat mereka bisa mengambilnya tanpa prosedur yang rumit.

Sorry, Spesial buat Dolar
Mebel etnik asli maupun aspal banyak penggemarnya 

Titis Nurdiana, Melanie, Barly H., Cipto W., Sianne K.

Mebel dengan sentuhan etnik tetap mampu tampil memikat. Tak peduli yang asli maupun yang aspal—asli tapi palsu—mebel jenis ini tak pernah kehabisan penggemar. Hanya, ada ancaman soal bahan baku. Persaingan juga amat ketat.
 
ENTAH apa kata pemerhati kebudayaan bila melihat kenyataan ini: hasil karya budaya kita ternyata lebih disukai bangsa lain ketimbang bangsa sendiri. Coba kita tengok bisnis mebel etnik, jenis perabot yang diciptakan dengan sentuhan khas daerah. Pembelinya memang seakan tidak pernah habis. Malah, jumlahnya terus bertambah. Kalau kita datang ke kota Yogyakarta dari arah kota Solo, sepanjang jalan akan terlihat deretan aneka toko mebel, baik yang besar maupun kecil. Yang tambah membuat kaget, mereka bukan cuma melayani pembeli lokal melainkan juga ekspor. Ruarr… biasa, bukan?
Ini bukan lantaran pembeli lokal tak ada atau penjual emoh duit rupiah. Menurut cerita Sholahuddin alias Sholah, Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Antik (Assantik) Yogyakarta, permintaan dari pembeli lokal juga banyak. Hanya, anggota asosiasi yang berjumlah 40 pengusaha itu sudah terlalu sibuk dengan order yang luar biasa banyaknya dari pembeli bule. “Kebetulan saja mereka bayar pake dolar,” kilah Sholah. Dalam waktu sebulan, mereka harus mengirim 100 kontainer. Saking sibuknya dengan partai besar itulah, pembeli lokal dengan amat menyesal tidak bisa dilayani toko-toko di sepanjang jalan lingkar selatan kota budaya itu.
Begitulah kondisinya. Pembeli bule berduit dolar memang sedang keranjingan mebel khas buatan tangan orang Indonesia. Mebel etnik, begitu sebutannya. Saat ini, mebel dengan corak etnik tradisional bertebaran di hotel maupun pertokoan di Eropa dan Amerika. Tapi, sejatinya, pasar lokal juga sangat berminat pada mebel etnik. Lihat saja interior hotel-hotel berbintang yang ada di Bali, Yogyakarta, Surabaya, dan Jakarta, di setiap sudutnya terlihat mebel-mebel dengan corak etnik. 
Tak kalah serunya, saat ini banyak rumah pribadi yang ditata dengan sentuhan etnik. Memang, bagi sebagian orang, yang namanya mebel bukan cuma diperhatikan dari sisi fungsi atau kegunaannya. Salah satu pertimbangan yang dipakai adalah adanya unsur cita rasa seni yang melekat pada mebel-mebel itu. 
Dari sekian banyak mebel etnik yang ada di Indonesia, menurut Sholah, perabotan khas daerah Jawa, Madura, dan Lombok menduduki peringkat pertama. “Terutama Jawa, khususnya Kudus dan Jepara,” ujar Sholah. Fakta itu juga terlihat di ruang pamer Sadatu, Mal Ambassador, Jakarta. Dari berbagai macam perabot etnik Nusantara, ada yang dari Jawa, Madura, Bali, Lombok, sampai Toraja, ternyata mebel bercorak Jawa paling laku dijual.

Selain bahan baku, bule juga jadi ancaman

Karena dinilai sebagai karya seni, sudah tentu mebel bercorak etnik tradisional tidaklah murah. Apalagi yang asli dan tua, harganya bisa mencapai puluhan juta rupiah, bahkan ada yang sampai Rp 100 juta. Maklumlah, untuk mencari mebel asli yang umurnya ratusan atau puluhan tahun, penjual mesti berburu sampai ke pelosok kampung. “Dulu gampang, sekarang susahnya minta ampun,” ujar Ivan, bagian pemasaran Galeri Joglo Antik. 
Begitu halnya pengalaman Puspeta, galeri lainnya. Menurut Mu’tasim, salah satu pengurusnya, mebel asli saat ini jumlahnya sudah jauh berkurang ketimbang dua-tiga tahun silam. “Dulu bisa sampai seratusan, sekarang ini puluhan juga susah nyarinya,” ujar Mu’tasim.
Lantaran langka, harga mebel antik menjadi setinggi langit. Ini pula yang menyebabkan munculnya bisnis mebel repro alias reproduksi. Mebel yang dibuat sama persis bentuk dan modelnya dengan yang asli inilah yang sekarang merajai pasaran dalam maupun luar negeri. “Yang membedakan hanya umur kayunya,” lanjut Mu’tasim lagi. 
Kendati cuma barang aspal, nyatanya minat membeli mebel jenis ini makin bertambah jumlahnya. Padahal, harganya juga tidak bisa dibilang murah. “Paling murah US$ 40, sampai US$ 1.000,” ujar Ivan. 
Sudah tentu para pedagang mebel tidak sembarang menjual mebel repro. Soalnya, pembelinya orang yang mengerti barang seni dan bukan orang yang ingin sok etnik. “Pembeli bule jauh lebih rewel dan teliti ketimbang pembeli lokal,” ujar Sholah. Faktor umur kayu, keharusan memakai kayu jati, tingkat kekeringan, pengerjaan, sampai finishing-nya, tidak boleh cacat atau menyalahi pesanan. Salah sedikit saja, tak segan-segan bule-bule itu langsung mengembalikan barang. Selain transaksinya dibatalkan, “Mereka juga bisa minta ganti rugi,” lanjut Sholah.
Meski terlihat menguntungkan, kini pemain bisnis mebel repro terancam kesulitan bahan baku. Sudah harga kayu jati naik terus, pasokannya juga menipis. Kalau mereka tidak nakal—memborong dari penjarah kayu jati—satu-satunya sumber adalah membeli dari Dinas Perhutani. “Harganya tinggi, tapi tak ada pilihan harus tetap dibeli,” sungutnya.
Selain itu, mereka kini juga dihadapkan pada sengitnya persaingan. Akibatnya, tidak jarang mereka perang harga. Kalau sudah begini, yang dilakukan adalah mengorbankan kualitas. “Kalau ditolak pembeli, siapa yang tanggung?” ucap Sholah. Celakanya, mereka tidak cuma berperang melawan sesama pedagang mebel pribumi. Bule-bule yang dulu cuma pembeli belakangan ini banyak yang beralih menjadi pengusaha mebel sendiri. Lo, kok bisa? “Mereka kawin dengan orang Indonesia, dan mengatasnamakan usahanya dengan nama istri,” ujar Ivan, sebal. Kawinnya asli atau repro, ya?

Mebel Lokal Tetap Eksis
Kiat produsen mebel meraup pasar lokal dan ekspor 

Sri Sayekti, Anang Purwa Satyana, Melanie (Yogyakarta)

Penjualan mebel terus mengalami peningkatan. Yang laris tetap saja mebel bercorak etnik. Tapi, karena kendalanya kian banyak, para pengusaha harus mempertajam kiat pemasarannya.

MEBEL alias furnitur barangkali satu komoditas yang paling sering dijual lewat pameran. Iklannya juga gede-gedean. Bahkan, selain berpameran di gedung-gedung khusus pameran seperti JHCC atau Jakarta Fair, produsennya kerap pula menggelar pameran di mal ataupun ruang pamer mereka sendiri. Maklumlah, persaingan antarprodusen mebel sudah semakin ketat.
Bagi para konsumen yang ingin membeli perabot rumah, tentu senang-senang saja dengan banyaknya pameran itu. Alternatif pilihan bisa beraneka. Biarpun kita bisa menjadi bingung sendiri, saking banyaknya barang yang dilihat. Mau mebel model klasik ukiran Jepara, mebel trendi yang simpel, ataupun yang mewah, semuanya tersedia. Tinggal kita sendiri yang mencocokan dengan ukuran ruangan, gaya interior, dan juga tentu saja anggaran keuangan kita.
Sekadar contoh, coba tengok gerai furnitur di berbagai mal. Di situ tidak jarang si produsen memajang perabot rumah tangga untuk satu ruangan lengkap dengan pernak-perniknya. Misalnya, gerai Vinoti Living menjajakan satu set meja makan beserta peralatan makannya sekalian. Uniknya, piring, gelas, sendok-garpu, serbet, lilin, sampai sumpit itu bukan pajangan semata, melainkan dijual pula. ”Aksesori itu lebih sebagai umpan,” ujar Gilang Utoyo, Staf Pemasaran Vinoti Living. 
Umpan-umpan ini ternyata bisa memikat konsumen. ”Ada juga yang membeli piringnya dulu, baru kembali lagi beli mejanya,” kata Gilang. Produk Vinoti Living yang paling laris adalah tempat tidur yang dipasarkan dengan harga Rp 3,9 juta sampai Rp 15 juta lengkap dengan wardrobe atawa almari baju. 
Karena ketatnya persaingan, para produsen mebel tak henti-hentinya memikirkan pengembangan pasar mereka. Pasar lokal, walaupun belum lepas dari belitan krisis, memang masih lumayan. Malah, dalam pengamatan Halistya Pramana, Managing Director PT Vinotindo Graharasarana, permintaan mebel sempat naik di awal tahun. Sayangnya, sejak Maret lalu kembali turun. ”Mungkin karena keadaan politik tidak menentu, orang mengerem pembelian furnitur,” begitu dugaannya.

Kombinasi etnik menjadi unggulan ekspor

Di samping pasar lokal, tentu saja pasar ekspor masih terbuka luas. Menurut data Asosiasi Permebelan Indonesia (Asmindo), tahun lalu ada peningkatan ekspor sebesar 34%, yakni dari US$ 1,147 miliar menjadi US$ 1,172 miliar. Salah satu produsen mebel yang menikmati mengkilapnya dolar adalah Joglo Antik. Pemain mebel yang mempunyai bengkel di Yogyakarta ini setiap bulannya bisa mengekspor sebanyak 3-4 kontainer ke Amerika Serikat, Prancis, dan Portugal. Tiap kontainer minimal bernilai US$ 8.000. 
Jenis mebel yang dibikin Joglo Antik adalah indoor furniture, seperti kursi, meja, rak buku, penyekat ruangan. Harganya bervariasi. Ada kursi seharga US$ 40, meja tulis US$ 200, sampai almari besar yang dijual US$ 1.000. Menurut pengamatan Sholahudin, Ketua Asosiasi Pengusaha Antik Indonesia, ada pergeseran permintaan ekspor untuk mebel antik. Dulu, yang laku adalah almari, baik yang benar-benar antik maupun hasil reproduksi barang antik. Kini, mebel antik yang tren adalah rak buku dan kursi untuk keperluan perpustakaan pribadi.
Perabot luar ruang pun sebetulnya laku. Contohnya, Jati Estetika Furniture malah bisa mengirim garden furniture dari jati setiap bulannya ke mancanegara. ”Yang lagi digemari di luar negeri itu garden furniture dari kayu jati, karena sangat cocok ditaruh di luar rumah,” ucap Hariyanto, Manajer Pemasaran Jati Estetika Furniture. Adapun mebel ukiran maupun motif etnik lainnya, yang lazimnya untuk dalam ruang, cuma diekspor bila ada pesanan. 
Namun, menembus pasar ekspor juga bukan perkara gampang. Lihat saja pengalaman Vinoti, yang sejak 1984 dikenal dengan produk mebel perkantoran. Mulai dua tahun lalu, Vinoti harus membanting setir ke mebel rumahan. ”Malaysia dan Cina sudah lebih unggul dalam ekspor mebel perkantoran,” kata Halistya.
Sekarang, Vinoti lebih fokus pada mebel rumahan yang bercorak etnik. ”Memang, kombinasi etnik itulah keunggulan Indonesia yang bisa dijual,” katanya. Di samping berganti fokus, Vinoti juga menambah jalur distribusinya. Pertama, membuka perwakilan di San Fransisco, sehingga setiap tahun bisa mengikuti empat kali pameran yang digelar San Fransisco Gift Fair. Kedua, membuka toko di Singapura. Hasilnya, ekspor mebel Vinoti bisa meningkat 50% ketimbang tahun lalu. ”Peningkatan ekpor ini bukan karena permintaan pasarnya meningkat, melainkan juga karena kami menambah jalur distribusi,” ujarnya. 
Ekspor mebel ini memang kian banyak kendalanya. Pertama, eksportir tidak bisa lagi memakai sistem konsinyasi dan berpameran di luar negeri. ”Ongkosnya mahal,” jelas Hariyanto, yang biasa mengekspor mebel ke Spanyol, Inggris, dan Jerman. Karena itu, eksportir hanya mengirim barang berdasarkan pesanan. Promosinya pun cuma lewat brosur. ”Akibatnya, kita sulit mencari customer baru,” keluhnya. Celakanya, kini para buyer atau pembeli luar negeri banyak yang langsung membeli sendiri ke Kudus dan Jepara. 
Kedua, bahan baku kayu kian sulit diperoleh dan harganya pun makin mahal. Grup Vinoti, misalnya, harus membayar Rp 3 juta per meter kubik kayu asal Kalimantan dan Sulawesi. ”Sudah harganya merambat naik terus, kayu yang bagus juga makin langka,” keluh Halistya. 
Ketiga, banyak pembeli yang berpaling dari Indonesia ke Vietnam, terutama untuk mebel dari rotan. ”Karena harganya lebih murah,” katanya. 
Kendala berikutnya: adanya kesadaran kelestarian lingkungan yang makin tinggi. Ini membuat eksportir perlu menetapkan orientasi pasar secara tepat. Maklum, biaya sertifikafikasi ekolabel ini tidak murah: US$ 5.000. Eropa, sebagai pasar kedua terbesar ekspor mebel kita, dikenal sangat ketat dalam persyaratan ekolabel. Karena itu, kini orientasi ekspor mebel diarahkan ke negara-negara yang tidak begitu ketat soal ekolabel, seperti Amerika dan Timur Tengah.

Gonta-ganti Kain Sofa 
Memilih dandanan mebel: antik atau kontemporer 

Djumyati Partawidjaja, Sri Sayekti, Sianne Komara

Ada orang yang tidak peduli dengan tempat duduknya. Tapi, apa salahnya kalau punya sofa yang bergaya dan enak diduduki. Biayanya bisa kecil, tapi bisa juga sangat besar; tergantung keinginan Anda mendandani ruang duduk Anda.

JANGAN sepelekan unsur pendukung perabot rumah Anda. Sebab, memilih pernak-pernik supaya perabotan rumah tangga bisa pas jelas membutuhkan keahlian sendiri. Seperti dandanan di wajah, dandanan pada perabotan rumah tangga juga sedikit banyak mencerminkan karakter Anda. 
Contoh gampangnya adalah pilihan warna. Untuk ruang tamu, salah satu faktor yang bisa dimainkan adalah kain pelapis sofa dan gorden. Tapi, sebelum Anda memutuskan apa pun, Vivi Nirmala, Visual Merchandiser dari Floral Home, menyarankan untuk melihat dulu jenis style yang diinginkan. Dari pengamatan Vivi, orang cenderung memilih satu dari dua pilihan warna. Ada yang senang dengan warna netral dan ada pula yang senang dengan warna-warna berani. 
Secara umum, empat jenis style dikenal para pengusaha furnitur. Menurut Samuel Stepanus, Marketing Manager PT Ateja Tritunggal Corporation, ada gaya Italia yang memadukan warna emas atau perak dengan oranye untuk bisa mendapatkan kesan mewah pada mebel jenis semiklasik. Ada juga gaya Eropa —Jerman, Belgia, Inggris— yang banyak memakai warna natural lembut semacam peach dan coklat muda untuk mebel semikontemporer. Selain itu, masih ada gaya Amerika yang banyak memadukan warna navy blue, burgundy, dan coklat tua untuk mebel semiklasik. Terakhir adalah gaya Asia yang lebih banyak mengambil dari Timur Tengah, dengan paduan hijau dan kuning untuk mebel bergaya klasik.
Dari sinilah biasanya desain berikutnya bisa ditentukan, seperti jenis kain dan bentuk motifnya. Bisa saja Anda mengambil pilihan warna polos. Kalau menghendaki yang bermotif, jangan khawatir bakal kehabisan pilihan. Produsen kain lokal semacam Ateja satu tahun bisa mengeluarkan 200-300 desain baru. Selain itu, kalau kita mempunyai desain sendiri, asalkan mau membeli minimal 500 meter, Ateja mau membuatkannya. 
Tapi, memilih yang impor pun sah-sah saja. Beberapa pengusaha mebel faktanya masih lebih senang mengambil kain impor ketimbang produk dalam negeri. Maklum, selain pilihan warna yang lebih beragam, kelembutan tekstur dan konsistensi warna kainnya dianggap lebih unggul.
Toh, kain impor itu punya beberapa kelemahan. Pertama, harganya jelas lebih mahal. Kalau kain lokal Ateja hanya seharga Rp 20.000 – Rp 70.000 per meter, kain lokal Vania Rp 50.000 – Rp 75.000 per meter, kain impor satu meternya bisa mencapai harga Rp 80.000 – Rp 200.000. Lalu, kita juga harus hati-hati berhitung. Soalnya, kain impor mempunyai lebar yang berbeda. Bila kain lokal kebanyakan lebarnya 140 cm, kain impor ada yang 90 cm, meski ada juga yang 110 cm dan 150 cm.
Berikutnya, bicara jenis kain, saat ini ada puluhan jenis kain yang beredar. Tapi, menurut Presiden Direktur Ateja Subianto Tjandra, jenis yang sedang ngetren saat ini adalah Chenile dan Gobelin. Chenile adalah kain yang memakai benang-benang berbulu, jadi terkesan seperti beludru. Warnanya kebanyakan natural seperti coklat, krem, dan kuning. Sementara itu, Gobelin memiliki desain kontras yang cocok untuk jenis mebel antik.
Inilah tip untuk mengganti kain sofa
Nah, kalau Anda memang benar-benar berniat mengganti kain sofa, sekarang saatnya mulai berhitung anggaran. Menurut Temmy Latif, Marketing Giovanni, perusahaan yang menjual kain lokal Vania, satu set sofa komplet membutuhkan kain sepanjang 30 meter. Artinya, Anda harus siap mengeluarkan uang Rp 300.000 untuk membeli kain Rp 10.000 per meter. Atau, bisa sampai Rp 6 juta untuk kain yang Rp 200.000 per meter. 
Belum lagi untuk biaya pemasangan. Ongkos tukang yang jago, menurut Temmy, bisa Rp 450.000 – Rp 750.000 per dudukan. Artinya, kalau sofa Anda mempunyai enam dudukan, sediakan saja dana Rp 2,7 juta – Rp 4,5 juta untuk membayar tukang. Totalnya, satu set sofa dengan kain kelas menengah seharga Rp 70.000 dan biaya pembuatan tukang yang bagus bisa menghabiskan dana Rp 4,8 juta – Rp 6,6 juta. 
Namun, jangan putus asa melihat harga setinggi itu. Sebab, ada juga yang murah meriah. ”Ada satu set sofa seharga Rp 2 juta sudah termasuk kain,” kata Temmy. Cuma, tentu saja kelasnya lain, dan isi sofanya juga beda.
Sebetulnya, kalau tahu caranya, kita tidak perlu sering mengganti kain sofa. Sebab, bila dipasang dengan benar, biasanya kain pelapis itu cukup tahan bertahun-tahun. Menurut Temmy, tiap produk Ateja dan Vania mencantumkan kekuatan warnanya dari pancaran sinar matahari. Lalu, ada juga kekuatan abrasinya. ”Tiap orang duduk kan suka bergesek, misalnya 20.000 gesek-an dengan bobot 800 gram,” ujar Temmy. Lalu, kalau kain sofa Anda kotor, jangan dulu main ganti. Soalnya, kain itu masih bisa kembali seperti semula asal dicuci dengan cara dry clean. 
Nah, sekarang tinggal pilih saja mau gaya apa dan berapa besar dana yang disediakan untuk mendandani sofa Anda.

Biar tidak Dibilang Borju
Mebel impor ramai pembeli

Hendrika Yunapritta, Markus S., Sri Sayekti, Titis N., Yus Santos

Harga mebel impor yang mencapai ratusan juta, dan dijual dengan dolar, bukan halangan untuk konsumen di Indonesia. Supaya si mebel tidak mubazir dan terlihat janggal di antara barang lain, penjual mebel impor juga menyediakan konsultan interior. 

BANYAK yang diekspor, banyak pula impornya. Keseimbangan begini tampaknya cuma bisa dialami bisnis mebel. Jika masyarakat di negara barat suka mebel etnik dan antik asal Indonesia, sebaliknya ada kalangan di tanah air yang fanatik dengan mebel impor. Padahal, terus terang saja, melihat ukurannya yang besar-besar, adakalanya mebel impor kurang cocok dipakai kaum pribumi yang berbadan sedang. Tapi, yang namanya selera, gengsi, ataupun import-minded, tetap lebih menang. Akhirnya, mebel impor terus didatangkan lantaran punya pasar di Indonesia.
Tentu saja, bagi konsumen kelas ini tidak ada kata krismon. Kendati harga mebel impor naik berkali lipat, tetap saja angka penjualannya tinggi. Konon, ada sekitar 10% dari 10 juta penduduk Jakarta yang menyukai dan mampu belanja mebel impor. Di luar Jakarta, yang gemar mebel impor adalah orang-orang kaya di Surabaya. Ketika baru-baru ini digelar pameran mebel impor di Hotel Westin, pada hari pertama bisa terjual sebanyak Rp 1 miliar. ”Kita tidak keberatanlah membeli produk asing ini,” ucap Retno, yang habis membeli sofa seharga Rp 9 juta.
Boleh jadi volume pasar mebel impor ini tidak besar. Tapi, omzetnya bisa sangat besar lantaran biasanya peminat mebel impor ini fanatik dengan merek. Selain itu, di samping pembeli yang cuma beli satuan (per item buying), banyak juga yang memborong perabot komplet untuk satu ruangan (interior buying). Bahkan, bisa sekaligus dengan aksesori padanannya segala, seperti lukisan atau lampu. Tak heran jika omzet pengusaha mebel impor bisa mencapai Rp 20 miliar hingga Rp 30 miliar per tahun. 
Mebel-mebel impor itu kebanyakan didatangkan dari Amerika atau Eropa. Bedanya terletak pada finishing. Mebel van Eropa terasa halus ketika disentuh, dan mengkilap. Warnanya tampak anggun, glamor, dan menawan. Mebel Amerika lebih cozy atau mengutamakan kenyamanan, lebih fungsional, dan biasanya menonjolkan serat kayu. 
Salah satu perusahaan yang getol mendatangkan mebel impor adalah Da Vinci Collection. Menurut Ardi Joanda, Marketing Manager Da Vinci Collection, perusahaannya telah mengimpor mebel dari Amerika dan Eropa sejak 1995. Hingga kini, tak kurang dari 450 merek didatangkan Da Vinci. Semuanya berupa ready stock dan tak perlu dirakit lagi. ”Tinggal buka kardusnya saja,” kata Ardi. 
Eksklusivitas bukan ditentukan harga
Mebel impor, menurut Ardi, sebenarnya bukan dibeli untuk sekadar gengsi atau mau bergaya borju. ”Ini merupakan investasi jangka panjang,” ujarnya. Boleh dibilang, mebel berharga di atas rata-rata itu umumnya berumur panjang. 
Nah, supaya tidak kelihatan norak ketika dipajang, Da Vinci juga menyediakan konsultan interior gratis bagi konsumennya. Bahkan, konsultasi itu bukan cuma untuk memadukan bed di ruang tidur, misalnya, melainkan juga menentukan warna dinding. Khusus untuk sofa Natuzzi, Da Vinci juga menyediakan pembersihan sofa gratis dua kali setahun, selama 10 tahun. Sayang, mebel yang mahal itu terasa ”maksa” atau njomplang dengan perabot lain. 
Dan, kalau berniat membeli mebel impor, memang sebaiknya yang eksklusif. ”Eksklusivitas mebel impor tidaklah ditentukan dari harga,” kata Ardi, ”Tapi, ditentukan oleh jumlah produksi.” Misalnya, seperangkat kursi kulit Natuzzi yang harganya Rp 21,5 juta, seperangkat meja makan Jetto dari Amerika seharga Rp 112 juta, dan bufet ala Istana Versailles yang harganya Rp 400 juta, itu semua tidak dibuat secara massal. Pabrik sofa dan bufet tadi, menurut Ardi, hanya membikin dua biji tipe yang sama dalam setahun. 
Contoh importir mebel lainnya adalah Berlian Pratama. Berbeda dengan Da Vinci yang konsepnya lebih pada supermarket mebel impor, Berlian hanya mengkhususkan diri pada beberapa jenis saja. Yakni, wardrobe alias almari pakaian supergede, kitchen set, dan aksesori rumah. Distributor mebel Groupo Berloni dari Italia ini menjual semua produknya dengan nilai dolar. Setahun belakangan ini mereka membuka pabrik perakitan di Surabaya. ”Bisa lebih murah 70%,” ungkap Nancy Lianita, Marketing & Designer Berlian Pratama. 
Wardrobe menjadi spesialisasi Berlian. Harga lemari raksasa ini US$ 350-450 per meter per segi. Satu unit yang sudah jadi, panjangnya bisa mencapai 6,4 meter, harganya US$ 6.000. ”Itu tergantung aksesorinya. Ada juga yang US$ 5.000,” jelas Nancy. Mungkin karena tidak ada saingan dari importir lain, dalam sebulan Berlian bisa menjual sekitar 10 lemari. 
Pembelinya pun tak melulu ekspatriat. Ada pula yang orang Indonesia. Uniknya, konsumen yang berminat membeli produk dari Groupo Berloni ini bisa membawa ukuran ruang, ukuran mebel, serta jenis mebel yang diingini. Pihak Groupo Berloni akan membuatkan desain interiornya. ”Ada design fee US$ 100,” ujar Nancy. Uang ini dianggap sebagai uang muka.           o

Pesan Mebel di Tukang Modern

Makin hari, orang lebih memilih rumah yang mungil dengan lahan kecil. Pertimbangannya bukan saja alasan ekonomi, melainkan juga karena aktivitas di luar rumah yang lebih banyak plus jumlah anggota keluarga yang lebih sedikit. Nah, buat rumah mungil begini, model-model mebel impor yang besar atau mebel komplet tentu kurang cocok. Salah-salah, malah disangka gudang saking penuh sesaknya barang di ruangan yang kecil.
Tapi, siapa bilang rumah mungil tak bisa tampil cantik atau anggun dengan pilihan mebel klasik atau etnik? Itu bisa dilakukan dengan cara memperkecil ukuran mebel. Pabrik mebel memang hanya mengeluarkan satu ukuran standar. Namun, kita bisa pergi ke beberapa pengusaha yang mengkhususkan diri untuk membuat mebel sesuai dengan pesanan atau tailormade. Bukan cuma ukurannya yang bisa disesuaikan dengan luas ruangan, tapi model dan padanannya pun bisa dipesan.
Tengok saja di Rumah Kampung. Di sana kita bisa memberikan gambar mebel desain sendiri. Atau, cukup ungkapkan ingin model yang bagaimana. ”Bisa kami yang buatkan, bisa pula mereka bawa sendiri,” ujar Ery Pribadi dari Rumah Kampung. Alhasil, berbagai padanan boleh-boleh saja dilakukan. Misalnya, yang sedang tren sekarang adalah paduan antik dan modern. Untuk kamar tamu, sofa diberi kaki kayu jati plus meja kayu antik yang sisi atasnya diganti kaca. Bahkan, model kursi atau sofanya bisa dibikin tidak seragam. ”Harganya minimal Rp 4 juta,” jelas Ery lagi. 
Peminat tailormade ini lumayan banyak. Setiap bulan, menurut Ery, sekitar 27-30 orang datang minta dibuatkan mebel sesuai dengan keinginan mereka. Waktu penyelesaiannya sekitar dua minggu hingga sebulan. ”Kalau mebel kayu, biasanya pelanggan memberi waktu lebih lama,” kata Ery. Rumah Kampung sepenuhnya mengandalkan pesanan, jadi tidak ada stok barang di showroom-nya.

Rentetan Diskon ala BCA Card
BAGI pemegang BCA Card, banyak alternatif tawaran untuk mengisi liburan. Ada diskon 20% untuk Anda yang menyukai tantangan di Patriot Paintball Sport. Lalu, Water Boom Cikarang memberikan selembar tiket gratis untuk setiap pembelian minimal 5 tiket, juga harga spesial dari Bali Bungy. Untuk Anda yang ingin menikmati hidangan istimewa, ada diskon 15% di Sunda Kelapa Restoran Taman Impian Jaya Ancol, diskon 10% di Round Table Pizza, serta sebuah mug cantik dari Restoran Happy Day, plus potongan 15% lagi dari Amigos Food Drinks & Fun, serta 10% diskon dari Kirishima restoran Jepang dan Restoran Sintawang. 
Sementara itu, buat buah hati Anda ada diskon 10% dari Winneta, alat tulis eksklusif dari Toys r Us, 20% diskon setiap pembelian CD Play Station, CD-rom, MP3, dan poster dari Game Center. Kalau ingin beli baju, ada diskon 10% dari Lavie Baby House dan Vinolia Baby & Kids. Ada pula diskon 10% ditambah hadiah menarik untuk pembelian minimum Rp 200.000 dari Cisangkuy Factory Outlet. 
Ada juga penawaran dari dunia pendidikan. Diskon 10% untuk biaya kursus di EEC, diskon 20% dari biaya kursus di Computertots, dan suvenir menarik berupa sepatu tumble tots dari Tumble Tots. Semua penawaran menarik ini dapat diperoleh hingga Juli 2001.

Program Tengah Tahun Sogo
SOGO memberikan banyak hadiah menarik serta diskon sampai 50% dalam program Mid Year Sale. Ada traveling bag plus lotion dari Calvin Klein untuk pembelian salah satu koleksi kosmetiknya. Ada payung cantik dan travel set dari kosmetik Kanebo. Untuk diskonnya, aksesori wanita produk Giovani, tas tangan Hana, memberikan diskon sampai 40%. Lalu, produk pakaian dari Theme Blouse, Calour Box, Benetton, Gianni D’Marco, serta pakaian anak-anak memberikan diskon sampai 50%. Tidak ketinggalan pula perlengkapan rumah tangga dan pernak-perniknya yang didiskon sampai 50%. Jangan sampai lewat, soalnya semua penawaran ini hanya berlangsung hingga 10 Juni 2001.          

Aneka Pameran di Mal Ciputra
MENYAMBUT liburan sekolah, Mal Ciputra dan BCA mempersembahkan program promosi menarik dari 14 Juni hingga 29 Juli 2001. Pengunjung akan mendapatkan kejutan menarik dari Batman, Robin, Batgirl, Cat Woman, Tweety, Tazmanian Devil, Bugs Bunny, dan Marvin The Martian. Ada pula hadiah-hadiah menarik yang akan dibagi-bagikan kepada setiap pengunjung yang berbelanja di Mal Ciputra; mulai dari uang tunai, elektronik, ponsel, sampai mobil. Jangan lewatkan juga pameran peralatan olah raga dan kesehatan yang berlangsung hingga 3 Juni 2001 dari Saga Fitness, pameran pesta nikah dari Eva Bun, pameran Marlboro Adventure Team hingga 10 juni 2001, pameran aneka tas tanggal 4-10 Juni 2001, serta pameran alat-alat kesehatan dari Advance tanggal 18 Juni-1 Juli 2001.

Amex Melunasi Tagihan Kartu
BILA Anda pemegang kartu kredit apa pun, kirimkan saja tagihan terakhir untuk mengikuti undian dari American Express. Bagi para pemenangnya, Amex akan membayar lunas tagihan kartu kredit Anda hingga Rp 5.000.000. Program menarik ini hanya berlaku bagi Anda sebagai pemegang kartu utama, dan bertempat tinggal di Jabotabek. Undian pemenangnya akan berlangsung hingga 30 Juni 2001, dan setiap peserta undian hanya diizinkan mengikuti satu kali.

Harga lebih Murah di Depo
INGIN belanja kebutuhan bahan bangunan dengan harga yang menarik? Coba datangi Depo Bangunan. Cat tembok dapat dibawa pulang dengan harga dari Rp 18.190-Rp 33.070 per liter, Rp 30.500-Rp 34.700 per liter untuk cat kayu dan besi, Rp 76.600 per liter untuk cat genteng, serta aneka merek dan jenis cat lain mulai harga Rp 2.884. 
Selain itu, pintu supervinyl bisa diperoleh dengan harga Rp 178.200-285.000, aneka produk kuningan dengan harga mulai Rp 9.450 sampai Rp 630.000, aneka kunci dari harga Rp 4.590 sampai Rp 162.000. Dan, masih banyak lagi aneka barang dengan harga menarik yang bisa Anda dapatkan hingga 17 Juni 2001.

Harga Minyak

A. Margana

Keputusan Pertamina untuk tidak menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bagi rumah tang-ga, usaha kecil, transportasi darat dan air, serta PLN, yang ber-laku per 1 Juni ini untuk se-mentara cukup melegakan masyarakat. Sebab, menurut pengumuman Pertamina, BBM se-perti premium, minyak tanah, minyak solar, minyak diesel, dan minyak bakar hanya dinaikkan 50% dari harga pasar. Ini khusus untuk sektor industri dan kegiatan usaha lain, seperti bungker kapal ikan, peng-ambilan BBM yang menggunakan tanker dan tongkang kapal ikan. Untuk kegiatan per-tambangan umum (kontrak karya), kegiatan pertambangan minyak dan gas bumi (kontrak bagi hasil), kapal berbendera asing, dan bungker kapal tujuan luar negeri harganya dite-tapkan 100% dari harga pasar yang berlaku.
Perlu diketahui, harga pasar BBM yang baru adalah Rp 2.180 untuk premium, minyak tanah Rp 2.550, minyak solar 2.570, minyak diesel (MDF) Rp 2.500 dan minyak bakar (MFO) Rp 1.890 per liter. Harga subsidi untuk masyarakat kebanyakan premium ditetapkan Rp 1.150, minyak tanah Rp 350, minyak solar Rp 600, minyak diesel Rp 550, dan minyak bakar Rp 400. 
Masih hangat di benak kita: sistem pembedaan harga yang berlaku sejak 1 April lalu itu telah mengundang banyak reaksi publik. Sebab, dengan pembedaan harga antara kalangan in-dustri dan rakyat terjadi banyak penyimpangan penyaluran BBM. Tanpa pengawasan dan sistem pendistribusian yang memadai, pelaksanaan pengurangan subsidi untuk sejumlah sektor baru itu bisa menimbulkan masalah rumit. Jangan sampai subsidi untuk rakyat justru dipetik untungnya oleh para penyelundup dan penyalur yang mengekspornya ke pasar internasional —seperti yang terjadi selama ini. 
Kita mahfum bahwa pemerintah secara bertahap akan meng-hapus subsidi BBM. Selain ada kesulitan anggaran, tam-paknya pemerintah sudah bulat tekadnya untuk menghapus seluruh subsidi BBM tahun ini. Namun, hendaknya niat ini dipertimbangkan masak-masak agar penghapusannya dapat dilakukan di saat yang tepat. Sebab, sekarang ini beban hidup rakyat sungguh berat.

Tertarik  dengan Ubi Jalar

SAYA sangat tertarik dengan artikel di rubrik Agribisnis tentang ubi jalar pada Mingguan KONTAN No. 35/V, tanggal 28 Mei 2001. Saya ingin bertanya, dan mungkin Redaksi bisa membantu. Bagaimana cara memperoleh informasi tentang kemungkinan ekspor ubi jalar tersebut? Selain itu, saya juga ingin menanyakan, di mana saya bisa mendapatkan informasi tentang peluang ekspor yang dapat dilakukan Indonesia? Bisakah saya men-dapatkan alamat Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) yang harus saya hubungi? Mohon informasi dari Redaksi.

Titi C.
Jakarta

Informasi lebih lengkap mengenai ubi jalar bisa langsung Anda tanyakan kepada Profesor Unus Suriawiria di Institut Teknologi Bandung. Sedangkan alamat Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) adalah Jalan Gajah Mada no. 8 Jakarta 10130, Telp. 021-6334602


Sido Muncul dan Jamur Abadi

SAYA sangat antusias setelah membaca artikel mengenai jamur ling zhi yang dimuat di KONTAN No. 31/V, tanggal 30 April 2001, karena angka-angka yang sangat menjanjikan terutama dalam kondisi ekonomi saat ini. Namun, setelah saya mencoba menghubungi Jamu Sidomuncul, Sdr. Bambang Supartoko (Pimpinan Divisi Jamur) sedang tidak di tempat dan diterima oleh stafnya Sdri. Femmy. Dari perbincangan dengan Sdri. Femmy, informasinya adalah sebagai berikut:
l Sejak awal, Sido Muncul, hanya memasarkan media jamur abadi termasuk bibitnya, bahkan menyatakan ada kesalahan dalam berita di media;
l Harga per media telah meningkat menjadi Rp 2.000 per unit tanpa ada diskon walau untuk jumlah besar;
l Sido Muncul tidak berkenan memberikan informasi tentang penyiapan lahan maupun memberikan kesempatan meninjau lahan jamurnya;
l Petunjuk hanya diberikan setelah media dibeli oleh calon petani atau investor. Mereka juga tidak dapat memberikan informasi tentang jalur pemasaran alternatif yang bisa ditempuh calon petani atau investor.
Sebagai calon investor, yang paling dibutuhkan tentunya adalah jalur pemasaran dan kepastian harga untuk jangka waktu tertentu, di samping sistem operasinya. Dalam hal ini saya jadi teringat akan kasus usaha cacing yang pernah sangat memikat sekitar tahun 1998-1999. Usaha itu akhirnya mengambil korban petani dan investor cilik, sedangkan bibit dan pakannya telah laris manis.
Alangkah baiknya, harapan banyak orang seperti kami, Sidomuncul dengan kebesaran nama dan posisinya berkenan dapat memecahkan masalah pemasaran jamur tersebut sehingga tidak terkesan hanya melempar ide tapi juga mendukung pelaksana ide tersebut. Atau, KONTAN bisa mencarikan informasi jalur pemasaran yang kredibel tentang jamur abadi ini?

August J. Hutabarat
Jl. Taman Seroja Timur II no. 5
Semarang


Alamat Sido Muncul

SEHUBUNGAN dengan pemuatan artikel perihal budi daya jamur ling zhi, di Mingguan KONTAN No. 31/V tanggal 30 April 2001, kami menerima begitu banyak peminat mengenai kegiatan budi daya jamur tersebut. Kami telah memberikan penjelasan agar mereka dapat berhubungan langsung dengan kepala penelitian kami, Bapak Bambang Supartoko, di pabrik PT Sido Muncul sebagaimana yang telah dijelaskan oleh redaksi di rubrik Surat KONTAN No. 34/V, tanggal 21 Mei 2001. Namun, alamat yang diberikan dalam penjelasan Redaksi adalah alamat lama pabrik kami. Budi daya jamur ling zhi ada di pabrik kami yang baru dengan alamat Jalan Soekarno Hatta Km 28, Klepu, Semarang. Telepon 0298-523515, Fax. 0298-523509. Atas perhatian dan kerja samanya, kami mengucapkan terima kasih.

Sri Wahyuni,
PR Department PT Sido Muncul
Jl.Cipete Raya No 81
Jakarta 12410


Setia Mengakali Anda

SAYA adalah pelanggan Telkom, nomor telepon 485-554. Bersama ini saya ingin menyampaikan keluhan tentang pelayanan PT Telkom Tbk. Pada 23 April 2001 pesawat telepon di rumah kami tidak berdering sama sekali. Setelah dicek, ternyata mati total. Besoknya kerusakan kami laporkan lewat telepon 117, dan tanggal 25 April 2001 datanglah petugas telepon sekitar pukul 11.00 WIB dengan memakai seragam dan kendaraan Telkom.
Setelah melakukan pengecekan, ternyata tidak terdapat kerusakan jalur eksternal di luar rumah kami. Yang rusak adalah jalur internal, yaitu sambungan kabel telepon di atas ventilasi pintu rumah sampai ke pesawat telepon bagian dalam.
Masalah di sini adalah alasan dan cara penanganan petugas Telkom yang menurut saya tidak lumrah. Dikatakan olehnya bahwa kerusakan internal menjadi tanggung jawab konsumen. ”Untuk kerusakan internal, silakan Bapak menghubungi nomor telepon ini,” katanya sembari menyodorkan brosur Koperasi Pegawai Telkom (Kopegtel) Lampung tentang pemasangan Instalasi Kabel Rumah (IKR) yang total biayanya mencapai Rp 88.500,00 (fotokopi brosur terlampir).
Kemudian petugas Telkom itu pergi begitu saja tanpa memeriksa apa yang menjadi sebab kerusakan telepon. Dengan penasaran, kami mempelajari brosur tersebut dan bertanya-tanya apakah alat ini merupakan hasil karya cipta ahli-ahli di PT Telkom Tbk yang profesional, tapi fungsinya sama dengan kabel telepon yang harganya Rp 7500 per meter. Hari itu juga kami membeli kabel telepon sendiri sepanjang lima meter untuk mengganti kabel lama. Alhamdulilah, telepon dapat berfungsi lagi dengan baik. Asal tahu saja, perbaikan ini dilakukan oleh adik saya yang belum lulus SMP.
Atas kejadian itu, saya punya pertanyaan kepada PT Telkom Tbk. Apakah fungsi IKR sesungguhnya? Apakah benar IKR ini merupakan kewajiban konsumen sesuai peraturan baru Telkom? Jika memang aturannya begitu, saya mengusulkan agar moto Telkom Setia Melayani Anda diganti saja dengan Setia Mengakali Anda. 

Dicky Zulkarnain
Jl. Drs. Warsito Gg. Tanggamus No 17
Teluk Betung
Bandar Lampung


Mencari Racun Lebah

SAYA tertarik ketika membaca Mingguan KONTAN no. 35/V, tanggal 28 Mei 2001, halaman 15, yakni rubrik Usaha berjudul Madu dan Racun yang Laris Manis. Selama ini orang beternak lebah hanya untuk mendapatkan madunya. Akibatnya, pasar pun kebanjiran madu. Meski demikian, madu tetap diburu orang, malah sampai ada versi palsunya segala. Bagi peternak lebah, kondisi begini tentu sangat tidak menguntungkan. Harga madu lebah kian anjlok dan peternak pun rugi. 
Sebagai orang awam saya baru mengetahui lewat tulisan tersebut bahwa dari beternak lebah pun bisa diperoleh macam-macam hasil. Tak hanya madu, tapi juga racun, lilin, bi polen, dan sebagainya. Yang paling menggiurkan adalah racun lebah yang bisa diekspor ke Jepang, dan harganya mencapai Rp 65 juta. Nah, saya ingin tahu lebih banyak mengenai prospek usaha perlebahan ini. Bisakah redaksi KONTAN memberikan alamat Asosiasi Perlebahan Indonesia untuk saya hubungi? Bila saya tertarik untuk beternak lebah, di manakah saya bisa memperoleh bibitnya? Bagaimana dengan pasarnya? Terima kasih atas bantuan redaksi.

Bambang Hartoto
Pengok PJKA
Yogyakarta

Asosiasi Perlebahan Indonesia (API) bisa Anda hubungi melalui ketuanya, Wawan Darmawan. Alamat API adalah Kompleks Wiladatika Cibubur Jakarta, telp. 021-8445104, 9225578. Asosiasi tersebut juga menyediakan konsultasi perlebahan dan kursus beternak lebah.

be independent with entrepreneurship

Pak Haji di Sarang Optima - 9 Juli 2001
Arsitek yang Jago Internet - 11 Juni 2001
Masa Depannya Ada di Bisnis MLM - 11 Juni 2001
Saya Ingin Menjadi Bill Gates Indonesia - 28 Mei 2001
Saya Ingin Kopitime Menjadi Yahoo! Indonesia - 21 Mei 2001
Laris dengan Strategi Untung Tipis - 14 Mei 2001
"Saya pernah Membuat Jembatan Sepanjang Tiga Ratus Meter" - 23 April 2001
Semua Saya Lakukan karena Punya Ambisi - 9 April 2001
Ingin Membentuk Entrepreneur TI yang Tangguh - 19 Maret 2001
Berambisi Menjadi Walt Disney-nya Indonesia - 19 Maret 2001

 

Liputan Utama - "Kalau Kami Kesulitan Pasti Ada Bantuan dari Grup"
Liputan Utama - Kapten-kapten e-Business Grup Lippo
Liputan Utama - Kapten-kapten Lippo Melawan Badai Dotcom
Liputan Utama - "Memadukan Click dan Brick"
Ekonomi Umum - "Kami Diminta Berkorban"
Ekonomi Umum - Kebijakan yang Berakibat Fatal
Ekonomi Umum - Matahari Menanti Matahari Baru
New Economy - Jurus Penguin Menerobos Jendela
New Economy - Linux Membesar, Kami juga Membesar
New Economy - Sebuah Hobi yang Berujung Manis
Komentar Ekonomi - Tanpa IMF
Prokon - Bapepam: Berdiri Sendiri dan Langsung di Bawah Presiden atau Satu
Sorotan - Kemerdekaan Informasi
Entrepreneur - Arsitek yang Jago Internet
Inovasi - Hati Penuh dengan Inspirasi
Kolom - Aturan Beriklan di Internet
e-Commerce - Membangun Citra dalam Bisnis Internet
Profil - Sentuhan Raja Midas pada Makro Asia
e-Company - Selamanya akan Menjadi Jembatan

Ekonomi Umum - Tarif Tol Lebih Murah dari Harga Kerupuk (23 Juli 2001)
e-Commerce - E-Learning Otodidak (23 Juli 2001)
Liputan Utama - "Target Kami Selalu 10%-15% daripada Pertumbuhan Pasar" (23 Juli 2001)
Liputan Utama - "Tertinggi dari e-Business Solution!" (23 Juli 2001)
Liputan Utama - "Manufaktur paling Menguntungkan!" (23 Juli 2001)
Liputan Utama - Antara Peluang dan Kendala (23 Juli 2001)
Liputan Utama - Melesat di Sela Puing Dotcom (23 Juli 2001)
Ekonomi Umum - Pertarungan Kedua Hary vs Edwin (23 Juli 2001)
New Economy - Digital Work Force India (23 Juli 2001)
New Economy - "Ini Intimidasi Microsoft!" (23 Juli 2001)
New Economy - "Mereka Melakukan Illegal Copying" (23 Juli 2001)
Inovasi - Kisah Empat Istri (23 Juli 2001)
Liputan Utama - Melesat di Sela Puing Dotcom (23 Juli 2001)
Kolom - Pertumbuhan dan Potensi Pasar TI di Indonesia (23 Juli 2001)
New Economy - Bill Gates Versus Pedagang Mangga Dua, Siapa yang Menang? (23 Juli 2001)
e-Company - Sebuah Keyakinan untuk Memasuki Istana (23 Juli 2001)
e-Karir - "Nomor HP Saya 0812**LINUX!" (23 Juli 2001)
Profil - Work Hard, Play Hard (23 Juli 2001)
Sorotan - Pak Tirto (23 Juli 2001)
Prokon - Akuisisi BII: Menyehatkan atau Membebani Bank Mandiri? (23 Juli 2001)
Komentar Ekonomi - Ekonomi Pasca-SI (23 Juli 2001)
Kolom - Pertumbuhan dan Potensi Pasar TI di Indonesia (23 Juli 2001)
Ekonomi Umum - Procon Indah Dituduh Melanggar Hukum (16 Juli 2001)
e-Karir - Sang Pendidik yang Tercebur ke Dunia TI (16 Juli 2001)
Liputan Utama - "Harus Ada Kompensasi" (16 Juli 2001)
Liputan Utama - Naik, tidak, Naik.... (16 Juli 2001)
Liputan Utama - Penyebab Kegagalan Bisnis yang Bakal Menimpa Telkom Pascamonopoli (16 Juli 2001)
Kolom - PT Telkom dan Penjual Durian di Pinggir Jalan (16 Juli 2001)
Liputan Utama - Bilakah Ajal Menjemput Sang Dinosaurus? (16 Juli 2001)
Ekonomi Umum - "Sulitnya, Mereka tidak Mengerti" (16 Juli 2001)
Ekonomi Umum - Korban-Korban Sang Pengawas (16 Juli 2001)
Ekonomi Umum - "Tidak Seorang pun Merasa Keberatan" (16 Juli 2001)
e-Commerce - Biro Perjalanan Wisata-Online (16 Juli 2001)
Komentar Ekonomi - Network (16 Juli 2001)
New Economy - Stevie Wonder pun Bisa Surfing (16 Juli 2001)
New Economy - Enam Juta Menit (16 Juli 2001)
e-Company - Melihat Peluang Bisnis di Saat Krisis (16 Juli 2001)
Prokon - Dewan Pengawas BI: Membantu DPR atau Merampas Hak DPR? (16 Juli 2001)
New Economy - Kisah e-Srikandi di Puncak (16 Juli 2001)
New Economy - Mereka Para Wanita Bernyali Tinggi (16 Juli 2001)
New Economy - "Saya Bisa Lembut dan Keras" (16 Juli 2001)
New Economy - Wanita juga Berani Ambil Risiko (16 Juli 2001)
New Economy - "Tidak Semua Mengalami Penurunan" (9 Juli 2001)
New Economy - Kecil, Belia tetapi Berambisi Besar (9 Juli 2001)
Liputan Utama - Cetak Bank Nasional Terbaik (9 Juli 2001)
Liputan Utama - "Gaji di BUMN Lain belum Sebesar Kami" (9 Juli 2001)
Liputan Utama - Yang Mahal dan tak Tersentuh (9 Juli 2001)
Liputan Utama - "Astra Sudah seperti Bayi Saya Sendiri" (9 Juli 2001)
New Economy - e-KKN di Depkeh HAM? (9 Juli 2001)
New Economy - Ketika yang Besar dan yang Kecil Berbagi Untung (9 Juli 2001)
New Economy - Tidak Ada Perubahan Gaji! (9 Juli 2001)
Liputan Utama - "Tahun Ini Gaji Naik 60%" (9 Juli 2001)
Kolom - E-Government; Masih Sekadar Papan Pengumuman (9 Juli 2001)
e-Commerce - Belajar Menulis di Internet (9 Juli 2001)
Kolom - E-Government; Masih Sekadar Papan Pengumuman (9 Juli 2001)
e-Company - Tak Mau Sekadar Gede tapi Kosong (9 Juli 2001)
Entrepreneur - Pak Haji di Sarang Optima (9 Juli 2001)
Liputan Utama - Eksekutif Termahal di Antara yang Mahal (9 Juli 2001)
Sorotan - 3G NTT DoCoMo (9 Juli 2001)
e-Commerce - Nonton Film Sambil Berjalan (9 Juli 2001)
Prokon - Kebijakan Kenaikan Tarif Tol: Keharusan atau Ikut-ikutan? (9 Juli 2001)
Komentar Ekonomi - Komersialisasi Riset (9 Juli 2001)
New Economy - Layu Sebelum Berkembang (9 Juli 2001)
Komentar Ekonomi - Repatriasi Ekspor (2 Juli 2001)
New Economy - Masihkah Sekadar Mimpi Indah? (2 Juli 2001)
Liputan Utama - "Akan Dijadikan Virtual Distribution Network" (2 Juli 2001)
Liputan Utama - Dari Motor sampai Superwarnet (2 Juli 2001)
Liputan Utama - Tarif, Kecepatan, Lalu ...? (2 Juli 2001)
Liputan Utama - Rini Soewandi, Selamat Datang di Kancah Bisnis warnet Indonesia (2 Juli 2001)
Ekonomi Umum - Melejit Dikelola Generasi Ketiga (2 Juli 2001)
Ekonomi Umum - Balindo Menantang Christie's (2 Juli 2001)
New Economy - Saudara Kembar KepMenHub No. 19/2001 (2 Juli 2001)
New Economy - Satu Alat, Satu Bahasa (2 Juli 2001)
Prokon - Peradilan Pajak: Di Depkeu atau di Mahkamah Agung? (2 Juli 2001)
Sorotan - Sulap di Pasar Modal (2 Juli 2001)
Kolom - Mencari Bentuk Badan Regulasi Telekomunikasi (2 Juli 2001)
Kolom - Hadiah Utama yang terlalu Menarik (2 Juli 2001)
e-Commerce - Hemat Lewat Linux (2 Juli 2001)
e-Karir - Saya Dituduh Mau "Beternak" Komputer (2 Juli 2001)
Profil - Mencari Keselarasan dalam Gerak dan Profesi (2 Juli 2001)
New Economy - Bertahan Ditengah Badai (2 Juli 2001)
Ekonomi Umum - Membajak Nasabah Lewat Diskon Bunga (25 Juni 2001)
Ekonomi Umum - Bisnis yang Membidik para Pemeluk Agama (25 Juni 2001)
Ekonomi Umum - "APBN Menjadi Prioritas" (25 Juni 2001)
Liputan Utama - Menciptakan Desa Global Lewat Telepon Satelit (25 Juni 2001)
Liputan Utama - Berawal dari Satelit Bekas (25 Juni 2001)
Liputan Utama - Menghitung Peruntungan Sampai ke Desa (25 Juni 2001)
Liputan Utama - "Mencapai 50.000 Desa pada 2002!" (25 Juni 2001)
Liputan Utama - Telkom masih Punya Hak Eksklusif (25 Juni 2001)
Kolom - Jangan Remehkan Potensi Pasar di Sektor UKM! (25 Juni 2001)
New Economy - Dotcom Terancam di Bursa (25 Juni 2001)
Liputan Utama - "Justru Memberi Nilai bagi Indosat!" (25 Juni 2001)
Inovasi - Ketika TI Mengubah Jalan Hidup Saya (25 Juni 2001)
New Economy - Kiat dan Prospeknya (25 Juni 2001)
New Economy - Bagaikan Kain dan Penjahit (25 Juni 2001)
Komentar Ekonomi - e-Scale (25 Juni 2001)
Prokon - Menggugat Keberadaan Bank Ekspor Indonesia (25 Juni 2001)
Sorotan - Wade (25 Juni 2001)
e-Commerce - Membangun Kepercayaan dalam e-Commerce (25 Juni 2001)
e-Company - Ketika Teknologi Informasi Menuntut Hewlett-Packard (25 Juni 2001)
e-Commerce - Optical Chip: Secemerlang Cahaya (25 Juni 2001)
New Economy - "Oportunitas Bisnis Implementor Software sangat Besar" (25 Juni 2001)
Profil - Si Bandel yang Dinaungi Dewi Fortuna (25 Juni 2001)
New Economy - Dari Gosip Politik sampai Gambar Syur (18 Juni 2001)
New Economy - Akibat Kerja Sama, Pihak Lain Menderita (18 Juni 2001)
New Economy - Saat Menyewa Menjadi Pilihan Yang Lebih Baik (18 Juni 2001)
New Economy - Profil Perusahaan Penyedia Data Center (18 Juni 2001)
Ekonomi Umum - Invasi Asing ke Bank-bank Lokal (18 Juni 2001)
Ekonomi Umum - "Tidak Perlu Khawatir Berlebihan" (18 Juni 2001)
Liputan Utama - Regenerasi dan Anak Emas (18 Juni 2001)
Liputan Utama - "Pandai-pandai Membawa Diri, bukan Menjual Diri" (18 Juni 2001)
New Economy - Trafik Naik, Lalu Lintas Padat (18 Juni 2001)
Liputan Utama - Jakob Oetama, Sang Filsuf di Tengah Kotornya Bisnis (18 Juni 2001)
Liputan Utama - Sebagian Bertahan, Lainnya Terseok (18 Juni 2001)
e-Commerce - Dari Satu ke 24 (18 Juni 2001)
e-Commerce - Konsultan Modal Dengkul (18 Juni 2001)
Profil - Tidak Mau Memberati Orang Tua (18 Juni 2001)
Kolom - Siapa Bilang Dotcom Indonesia Hancur? (18 Juni 2001)
e-Company - Pemasok Satpam untuk e-Business (18 Juni 2001)
e-Karir - Saya Seorang Eksekutif yang Gila Kerja (18 Juni 2001)
Sorotan - Kembali ke Setrika Arang? (18 Juni 2001)
Prokon - Benarkah PT Telkom Membohongi Publik dalam Kenaikan Pulsa 21,67%? (18 Juni 2001)
Kolom - Dicari Operator Kreatif! (18 Juni 2001)
Komentar Ekonomi - Akademia dan Industri (18 Juni 2001)
Liputan Utama - "Mengakuisisi lagi? Mengapa tidak?" (4 Juni 2001)
New Economy - B2B or not B2B: Bagaimana di Indonesia? (4 Juni 2001)
Ekonomi Umum - Seni Membidik Pasien VIP (4 Juni 2001)
Ekonomi Umum - Harry Termakan Omongan Sendiri (4 Juni 2001)
Liputan Utama - Terus Menangguk Rupiah di Saat yang Lain Susah (4 Juni 2001)
Liputan Utama - Menit-menit yang Menghasilkan Duit (4 Juni 2001)
Liputan Utama - "Pendapatan Banyak Kami Peroleh dari Warnet" (4 Juni 2001)
New Economy - Menunggu Bangkitnya e-Commerce B2B Indonesia (4 Juni 2001)
Komentar Ekonomi - Footloose (4 Juni 2001)
Liputan Utama - Akan Beraksi pada Tahun ini (4 Juni 2001)
Kolom - B2B or not B2B: Bagaimana di Indonesia? (4 Juni 2001)
Prokon - Campur Tangan Pemerintah dalam Sengketa Bisnis: Dibenarkan atau (4 Juni 2001)
Sorotan - eGossip (4 Juni 2001)
e-Commerce - Berpindah tanpa Kehilangan Tempat (4 Juni 2001)
e-Commerce - Trik dan Tip Ber-SOHO (4 Juni 2001)
Profil - Hidup dari Mengkomunikasikan Data (4 Juni 2001)
e-Karir - Guru Piano yang Haus Tantangan (4 Juni 2001)
e-Company - Transaksi Maya Diraih Melalui Proses Panjang (4 Juni 2001)
Kolom - Impian yang Jadi Kenyataan (4 Juni 2001)
New Economy - Menyongsong Era Globalisasi (4 Juni 2001)
New Economy - Dari Warung Sampai Amazon.Com (28 Mei 2001)
New Economy - Beradu Strategi, Berebut Pasar (28 Mei 2001)
New Economy - Supaya CRM Lebih Membumi (28 Mei 2001)
Ekonomi Umum - Terbang tanpa Parasut (28 Mei 2001)
Liputan Utama - Wajah Ganda Eka Tjipta (28 Mei 2001)
Liputan Utama - Bugar Fisiknya, tidak Bicaranya (28 Mei 2001)
Liputan Utama - Terbiasa dengan Big Ball Game (28 Mei 2001)
Liputan Utama - Pil Pahit di Usia Uzur (28 Mei 2001)
Liputan Utama - "Semua Kreditur harus Duduk Bersama" (28 Mei 2001)
e-Company - Dari Bandung (Ingin) Menembus Dunia (28 Mei 2001)
New Economy - Tren e-Travel di Indonesia dan Pengalaman Travoo (28 Mei 2001)
Liputan Utama - Empat Putra Penerus Bisnis (28 Mei 2001)
Entrepreneur - Saya Ingin Menjadi Bill Gates Indonesia (28 Mei 2001)
New Economy - "Kami adalah yang Pertama" (28 Mei 2001)
New Economy - Penyedia Reservasi Maya pun Berbenah (28 Mei 2001)
Komentar Ekonomi - Larangan Diskriminasi (28 Mei 2001)
Prokon - Kenaikan PKB: Demi APBD atau Kepentingan Birokrat? (28 Mei 2001)
Sorotan - IMF (28 Mei 2001)
e-Commerce - Bersiap Memangsa Pasar PC (28 Mei 2001)
e-Commerce - Perubahan Model Distribusi (28 Mei 2001)
Kolom - Tren e-Travel di Indonesia dan Pengalaman Travoo (28 Mei 2001)
New Economy - Saatnya untuk Berubah (28 Mei 2001)
Profil - "Ular jangan Lepas dari Kandang" (28 Mei 2001)
New Economy - Tambahan Distribution Channel (21 Mei 2001)
Liputan Utama - Menggandeng Orang-orang Kaya Berbisnis (21 Mei 2001)
New Economy - Kepuasan Diperoleh dengan Cara Membeli (21 Mei 2001)
New Economy - Transaksi yang Perlu Hati-hati (21 Mei 2001)
New Economy - Memilih ASP di Indonesia (21 Mei 2001)
New Economy - "Nilai Transaksi Naik 150%" (21 Mei 2001)
New Economy - "Sebagian Besar masih Konvensional!" (21 Mei 2001)
New Economy - "Perusahaan Besar juga Tertarik" (21 Mei 2001)
Komentar Ekonomi - Mendekati Global Optimum (21 Mei 2001)
Ekonomi Umum - Dulu Lawan, Sekarang Kawan (21 Mei 2001)
New Economy - Ketika Menyewa Lebih Murah (21 Mei 2001)
Prokon - Independensi BI: Bebas dari Orang Parpol? (21 Mei 2001)
e-Commerce - Membuat Web Server Sendiri (21 Mei 2001)
e-Commerce - Resep Jitu Memilah Foto (21 Mei 2001)
Kolom - Memilih ASP di Indonesia (21 Mei 2001)
Kolom - Mencari Peluang di Balik Inpres Telematika (21 Mei 2001)
e-Company - Membuka Pintu-pintu New Economy (21 Mei 2001)
Entrepreneur - Saya Ingin Kopitime Menjadi Yahoo! Indonesia (21 Mei 2001)
Profil - Kesempatan tak Datang Dua Kali (21 Mei 2001)
Sorotan - Pemerintah & RUU Penyiaran (21 Mei 2001)
Inovasi - Sayap-sayap Diri Sejati (21 Mei 2001)
Liputan Utama - Kami Bertahan di Bidang Hiburan (14 Mei 2001)
Ekonomi Umum - "Mereka Membayar Agen...." (14 Mei 2001)
Ekonomi Umum - Dari Kartel ke Kartel (14 Mei 2001)
Kolom - Hukum Telematika atau Hukum Telekomunikasi? (14 Mei 2001)
Liputan Utama - Upaya Bertahan Setiap Detik (14 Mei 2001)
Liputan Utama - "Kita Harus Bisa Menjual!" (14 Mei 2001)
Liputan Utama - Orang Asing Dibidik, Keruntuhan pun Ditepis (14 Mei 2001)
Liputan Utama - Online Hanyalah Tools Penunjang (14 Mei 2001)
Ekonomi Umum - Kasih Tempo buat Koran Tempo (14 Mei 2001)
Liputan Utama - "Tujuannya untuk Memperbesar Tabungan" (14 Mei 2001)
Liputan Utama - "Kita Harus Bisa Menjual" (14 Mei 2001)
e-Commerce - P2P: Maraknya Tukar-menukar Lewat Komputer (14 Mei 2001)
New Economy - "Kami Masuk TI atas Desakan Klien" (14 Mei 2001)
e-Commerce - Perlakuan Pajak dalam e-Commerce (14 Mei 2001)
e-Company - Setelah Jaringan Data Dikuasai, Aplikasi Mulai Dijajaki (14 Mei 2001)
Entrepreneur - Laris dengan Strategi Untung Tipis (14 Mei 2001)
Sorotan - Hari Buruh dan Gebrakan Nike (14 Mei 2001)
Komentar Ekonomi - Lembah Silikon (14 Mei 2001)
Liputan Utama - Skenario Besar di Balik Goyangnya Detik.com (14 Mei 2001)
New Economy - Dan Bisnis Konsultan TI pun kian Ramai (14 Mei 2001)
New Economy - "Kami tidak Memulai dari Nol" (14 Mei 2001)
New Economy - Pasar yang tidak akan Habis (14 Mei 2001)
Prokon - Bank-bank Sakit: Haruskah Mereka Kawin? (14 Mei 2001)
Liputan Utama - "Saya Mengelola Remote Worker" (7 Mei 2001)
Ekonomi Umum - "Target Kami bukan Nilai Tukar" (7 Mei 2001)
Ekonomi Umum - "Jangan Ulangi Kesalahan Lama" (7 Mei 2001)
Ekonomi Umum - "Jangan Ulangi Kesalahan Lama" (7 Mei 2001)
Liputan Utama - Menunggu sang Aset tak Tampak Datang (7 Mei 2001)
Liputan Utama - Komentar Mas Wigrantoro, mantan TKI TI di AS (7 Mei 2001)
Liputan Utama - Fenomena Brain Drain atau Brain Reserve? (7 Mei 2001)
Liputan Utama - Yang Asing yang Dibayar Mahal (7 Mei 2001)
Ekonomi Umum - Simalakama Kebijakan Uang Ketat (7 Mei 2001)
New Economy - "Samsung Ingin Menggeser Ericsson dan Motorola" (7 Mei 2001)
Liputan Utama - Bergaji Besar di Negeri Orang (7 Mei 2001)
e-Commerce - Roaming bukan lagi Hantu (7 Mei 2001)
New Economy - "Samsung Ingin Menggeser Ericsson dan Motorola" (7 Mei 2001)
New Economy - Ada yang Naik, Ada yang Turun (7 Mei 2001)
Kolom - Fenomena Brain Drain atau Brain Reserve? (7 Mei 2001)
Kolom - Mencari Format yang Ideal (7 Mei 2001)
Komentar Ekonomi - Stabilisasi Rupiah (7 Mei 2001)
Prokon - Negosiasi Gagal: Bisakah PLN Tutup Kontrak Listrik Swasta? (7 Mei 2001)
Sorotan - Mengubah Impian Menjadi Profit (7 Mei 2001)
e-Company - Melaju dengan Strategi Kolaborasi (7 Mei 2001)
e-Commerce - Alternatif Berkarier di Dunia TI (7 Mei 2001)
Ekonomi Umum - Hero Menantang Carrefour (7 Mei 2001)
New Economy - Cari Siasat atau Mati (30 April 2001)
New Economy - Kantor Maya bagi Eksekutif Nyata (30 April 2001)
New Economy - Ketika Era 9 to 5 Dianggap Usang (30 April 2001)
Liputan Utama - Ke Luar Negeri Mengail Investasi (30 April 2001)
Liputan Utama - Sampoerna tak pernah Basa-basi (30 April 2001)
Liputan Utama - Ekspansi Surut semenjak Krisis (30 April 2001)
Liputan Utama - "Untuk Apa Kabur dari Sini kecuali Diusir?" (30 April 2001)
Liputan Utama - "Saya tidak Takut Bersaing" (30 April 2001)
New Economy - B2B di Simpang Jalan (30 April 2001)
Liputan Utama - Mengejar Konsumen ke Negaranya (30 April 2001)
Kolom - Amankan Masa Depan Anda (30 April 2001)
e-Company - Mengubah Fokus untuk Arungi New Economy (30 April 2001)
e-Commerce - Mari Menulis di Layar (30 April 2001)
e-Commerce - Pengakuan Penghasilan (30 April 2001)
Liputan Utama - Cara Gerilya Produsen Procold (30 April 2001)
Sorotan - Pasar Tradisional vs Modern (30 April 2001)
Prokon - Tepatkah TMP untuk Perkuat Rupiah? (30 April 2001)
Komentar Ekonomi - E-Learning bukan Alternatif (30 April 2001)
New Economy - Mengelak dari Suratan Nasib (30 April 2001)
New Economy - Model Bisnis Portal e-Commerce B2B (30 April 2001)
e-Karir - Sebelumnya Saya tidak Pernah Berpikir akan Sampai di Puncak (30 April 2001)
New Economy - "B2B Kami Lebih Kencang Lajunya" (30 April 2001)
Liputan Utama - "Bisa Jadi Bagus, Bisa juga tidak" (23 April 2001)
Ekonomi Umum - "Bank Swasta Rendah CAR-nya" (23 April 2001)
Liputan Utama - Revolusi Bisnis Komunikasi Singkat dan Murah (23 April 2001)
Liputan Utama - Apa itu SMS? (23 April 2001)
Liputan Utama - Serupa namun tak Identik (23 April 2001)
Liputan Utama - Si Kecil Berupaya Meraih Umat (23 April 2001)
Liputan Utama - "Kami Harus Ikuti Kemauan Pasar" (23 April 2001)
Ekonomi Umum - "Lempar Handuk" sebelum Akhir Tahun (23 April 2001)
Ekonomi Umum - Bertukar Peran, Permana pun Ditukar? (23 April 2001)
Liputan Utama - Mencoba Bertahan dengan Inovasi (23 April 2001)
e-Commerce - Belajar Internet Melalui Istilah Internet (23 April 2001)
Ekonomi Umum - Ada yang Panik karena Kurs (23 April 2001)
e-Commerce - Benda (Detail) Mati pun Menjadi Bayangan Hidup (23 April 2001)
Ekonomi Umum - "Semata untuk Penghematan" (23 April 2001)
Kolom - SMS Membangun Industri m-Commerce Indonesia (23 April 2001)
Inovasi - Bulan dalam Baskom (23 April 2001)
Entrepreneur - "Saya pernah Membuat Jembatan Sepanjang Tiga Ratus Meter" (23 April 2001)
e-Company - Kembali ke Bisnis Inti demi Meraih Untung (23 April 2001)
Sorotan - Lebih Dekat (23 April 2001)
Prokon - Perlukah Exxon Diambil Alih? (23 April 2001)
Komentar Ekonomi - Badai Sempurna (23 April 2001)
Profil - Pengabdi Setia di Roche (16 April 2001)
Ekonomi Umum - Cobaan Bertubi di Bulan April (16 April 2001)
Liputan Utama - "Telkom Bisa Menjadi yang Terkuat di Bisnis VoIP" (16 April 2001)
Liputan Utama - Murah Pulsanya, Murah pula Kualitas Suaranya (16 April 2001)
Liputan Utama - Bisa Murah tetapi Ada Masalah (16 April 2001)
Liputan Utama - ...Ramalan Masa Depan Perusahaan Telekomunikasi (16 April 2001)
Liputan Utama - Kian Murah dan Meriah tetapi juga Membuat Gerah (16 April 2001)
Ekonomi Umum - "Dalam Waktu Dekat akan Dievaluasi" (16 April 2001)
Ekonomi Umum - Galau Menjelang Tenggat (16 April 2001)
Ekonomi Umum - Persoalan Harga, Wewenang Perusahaan (16 April 2001)
Liputan Utama - "Punya Kita seperti Pesawat F-16" (16 April 2001)
e-Commerce - Pemasaran Melalui Internet (16 April 2001)
e-Commerce - Gunakan Telunjuk Anda untuk Menggantikan Mouse (16 April 2001)
New Economy - Co.id Terlalu Sulit Prosesnya! (16 April 2001)
e-Karir - Saya masih Memiliki Banyak Impian (16 April 2001)
e-Company - Kalau Sun Ingin Mendotcomkan Dunia (16 April 2001)
Sorotan - Milton Friedman Menolak Pajak (16 April 2001)
Prokon - Haruskah Tarif Pulsa Telepon Naik? (16 April 2001)
Komentar Ekonomi - Pengawasan Harga (16 April 2001)
New Economy - Karena Nama sangat Berharga (16 April 2001)
New Economy - Ketika Nama Jadi Bisnis Spekulasi (16 April 2001)
Liputan Utama - "Minat itu Dilihat dari Approval" (9 April 2001)
Ekonomi Umum - Bujet Nasional dalam Bahaya (9 April 2001)
New Economy - "Waiting List sampai Tiga Bulan" (9 April 2001)
New Economy - Tukang Obat Maya dan Pasien Nyata (9 April 2001)
New Economy - Resep pun Bisa Online (9 April 2001)
New Economy - "Dari Luar Negeri juga Kami Layani" (9 April 2001)
New Economy - Pilih PDA atau Ponsel? (9 April 2001)
Ekonomi Umum - "APBN Terganggu kalau Kami tak Capai Target" (9 April 2001)
Liputan Utama - Untung Ada Prinsipal (9 April 2001)
Liputan Utama - Asing Tertarik Barang Murah (9 April 2001)
Liputan Utama - Coca-Cola Wujudkan Impian (9 April 2001)
Kolom - Telepon Selular: Konsolidasi dan Transisi (9 April 2001)
New Economy - Ketika Kemewahan Jadi Lumrah (9 April 2001)
Liputan Utama - "Mereka ingin Memperkuat Distribusi" (9 April 2001)
Prokon - Kenaikan HJE Rokok: Terlalu Besar atau terlalu Kecil (9 April 2001)
Sorotan - Pusat Informasi Daerah (9 April 2001)
New Economy - Lebih Istimewa tapi Kalah Bersaing (9 April 2001)
Inovasi - Wajah di Balik Wajah (9 April 2001)
Sorotan - Pusat Informasi Daerah (9 April 2001)
Inovasi - Wajah di Balik Wajah (9 April 2001)
Komentar Ekonomi - Lompatan ke Depan (9 April 2001)
Entrepreneur - Semua Saya Lakukan karena Punya Ambisi (9 April 2001)
e-Company - Penyaji Data Seketika untuk Keputusan Seketika (9 April 2001)
e-Commerce - Tak Sekadar Buku Telepon Konvensional (9 April 2001)
e-Commerce - Runtuhnya Model Usaha B2C (9 April 2001)
New Economy - Berlomba Menuai Pelanggan (9 April 2001)
e-Karir - Semua Saya Lakukan karena Punya Ambisi (9 April 2001)
Liputan Utama - Adu Cepat Kuasai Bisnis Warnet (2 April 2001)
Ekonomi Umum - Menertibkan Raksasa-raksasa Nonprofit (2 April 2001)
Ekonomi Umum - "Kami Tidak Seperti yang Lain" (2 April 2001)
Ekonomi Umum - Perkuat Sinergi demi Menguasai Pasar (2 April 2001)
Liputan Utama - Persaingan Bisnis Warnet (2 April 2001)
Liputan Utama - Mekar di Warung-warung (2 April 2001)
Liputan Utama - "Internet Center Berikan Keuntungan Lebih" (2 April 2001)
Liputan Utama - "Punya Saya Kecil tetapi Dalam" (2 April 2001)
Liputan Utama - Pemerintah pun Ikut Turun Tangan (2 April 2001)
Komentar Ekonomi - Uniformitas yang Menciptakan Perbedaan (2 April 2001)
Liputan Utama - "Selama masih Melihat Langit" (2 April 2001)
Profil - Telanjur Jadi "Dokter Farmasi" (2 April 2001)
New Economy - "Sebaiknya Di-rebuilt Dulu" (2 April 2001)
New Economy - PC Bekas Dibuang Sayang (2 April 2001)
e-Commerce - Merevolusi Total Kinerja Printer (2 April 2001)
e-Karir - Meraup Untung dari Bisnis Kemasan (2 April 2001)
e-Karir - Mengantarkan Telkom ke Dunia E-Commerce (2 April 2001)
Kolom - Revolusi Stephen King dan Nabi Musa (2 April 2001)
e-Company - Jika Samsung Jadi Sponsor Digital Era (2 April 2001)
Sorotan - Lahan (New) Economy yang Dijanjikan (2 April 2001)
Prokon - Menimbang Efektivitas DPR Ikut Mengawasi BPPN (2 April 2001)
e-Commerce - Pemilihan Produk (2 April 2001)
Liputan Utama - Masih Terima 10 Telur Ayam (26 Maret 2001)
Liputan Utama - Jasa Penghibur Sungguh Menggiurkan (26 Maret 2001)
Liputan Utama - "Mereka Kelompok Terpandang" (26 Maret 2001)
Liputan Utama - Nonlitigasi Lebih Tajir (26 Maret 2001)
Liputan Utama - Hidup Mapan dengan Kerja Sambilan (26 Maret 2001)
Liputan Utama - Rezeki Melimpah dari Restrukturisasi (26 Maret 2001)
Liputan Utama - Menangkap "Kepala" Menangguk Dolar (26 Maret 2001)
Liputan Utama - "Kami Menjadikan Perusahaan Benar-benar Sehat" (26 Maret 2001)
Liputan Utama - MLM Bikin Makin Peduli Sesama (26 Maret 2001)
Liputan Utama - Tidak Ingin Merentalkan Hidup (26 Maret 2001)
Liputan Utama - Berkompetisi secara Global (26 Maret 2001)
Liputan Utama - Inilah Profesi-profesi Pencetak Dolar (26 Maret 2001)
e-Commerce - Tak Perlu lagi Melirik Stop Kontak (26 Maret 2001)
Liputan Utama - "Programmer paling Besar Bayarannya" (26 Maret 2001)
Ekonomi Umum - Berniaga di Pengadilan Niaga (26 Maret 2001)
e-Commerce - Membuat Infrastruktur Internet Sendiri (26 Maret 2001)
e-Karir - Ingin Membentuk Entrepreneur TI yang Tangguh (26 Maret 2001)
Kolom - Banderol Profesi di Era New Economy (26 Maret 2001)
Inovasi - Sampah di Sana, Pupuk di Sini (26 Maret 2001)
New Economy - Yang Gratis, yang Diminati (26 Maret 2001)
Prokon - Kok Baru Sekarang Meminta BUMN Melepas Dolarnya? (26 Maret 2001)
Komentar Ekonomi - Liberalisasi untuk Siapa? (26 Maret 2001)
New Economy - Menjaga Wilayah Rahasia (26 Maret 2001)
New Economy - Konsumen Tetap Ingin Nyaman (26 Maret 2001)
New Economy - Maka e-Mail pun Di-outsourcing (26 Maret 2001)
Sorotan - Waspadalah (26 Maret 2001)
New Economy - Saling Sodok Merebut Pasar (19 Maret 2001)
Ekonomi Umum - Perumisasi jangan Jadi Banci (19 Maret 2001)
Ekonomi Umum - Harga Dasar Gabah Menghadang Bulog (19 Maret 2001)
Ekonomi Umum - Terpental lantaran Cekaknya Modal (19 Maret 2001)
Ekonomi Umum - "Bulog Jadi Perum akan Lebih Dinamis" (19 Maret 2001)
Ekonomi Umum - "Kenaikan MKBD untuk Rasionalisasi" (19 Maret 2001)
Liputan Utama - Selamat Datang Era Baru Industri Musik (19 Maret 2001)
Liputan Utama - "Pencipta Lagu Bisa Jadi Pelayan Restoran" (19 Maret 2001)
Liputan Utama - Budaya Antre akan Lenyap (19 Maret 2001)
Liputan Utama - "Penemu Teknologi tidak Perlu Dimusuhi" (19 Maret 2001)
New Economy - Memperebutkan "Gadis" Melalui Pameran (19 Maret 2001)
Liputan Utama - "Napster adalah Ancaman" (19 Maret 2001)
Liputan Utama - "Yang Penting Ada Proteksi" (19 Maret 2001)
e-Commerce - Dulu Lewat Bawah Tanah, Kini Melayang di Udara (19 Maret 2001)
New Economy - Bermula dari Jakarta, Meluas ke Daerah (19 Maret 2001)
Liputan Utama - Buku Elektronik, Buku Masa Depan (19 Maret 2001)
e-Commerce - Belanja Online (19 Maret 2001)
Entrepreneur - Berambisi Menjadi Walt Disney-nya Indonesia (19 Maret 2001)
e-Karir - Saya Bekas Pendaki Gunung (19 Maret 2001)
Kolom - Lindungi Hak Privasi Anda (19 Maret 2001)
Sorotan - Obat (19 Maret 2001)
Prokon - Bagaimana Sebaiknya Menyikapi NDF? (19 Maret 2001)
New Economy - "Memulai m-Commerce Lewat SMS" (19 Maret 2001)
Komentar Ekonomi - Dilema Inovator (19 Maret 2001)
New Economy - Di Mana saja, Kapan saja dan Siapa saja .... (19 Maret 2001)
Kolom - Otonomi dan Pemulihan Ekonomi (19 Maret 2001)
Entrepreneur - Ingin Membentuk Entrepreneur TI yang Tangguh (19 Maret 2001)
Liputan Utama - Tukar-menukar Senjata demi Sebuah Duel (12 Maret 2001)
New Economy - Melirik Bisnis Sekolah Dunia Maya (12 Maret 2001)
Ekonomi Umum - Pemain Asing Merajai (12 Maret 2001)
Ekonomi Umum - "Sekarang sedang Bangkit" (12 Maret 2001)
Ekonomi Umum - Mendulang Utang di Gelora Senayan (12 Maret 2001)
Ekonomi Umum - Instrumen ini Mengandalkan Kepercayaan (12 Maret 2001)
Liputan Utama - Akan Menerapkan GSM 1800 Tahun ini (12 Maret 2001)
Entrepreneur - Mencari Fulus dari Limbah Beracun (12 Maret 2001)
Liputan Utama - "Kami akan Bermain di Multimedia!" (12 Maret 2001)
Liputan Utama - Titik-titik Persaingan Telkom versus Indosat (12 Maret 2001)
e-Karir - Saya Pernah Menjadi Penangkap Cacing (12 Maret 2001)
e-Commerce - Merias Tampilan Warna Ponsel WAP (12 Maret 2001)
e-Commerce - Mengapa Harus Membajak? (12 Maret 2001)
e-Company - Ketika Kamar Mandi Pindah ke Kamar Tidur (12 Maret 2001)
Komentar Ekonomi - Anomali AFTA (12 Maret 2001)
Prokon - Betulkah Membudidayakan Kapas Transgenik Menguntungkan? (12 Maret 2001)
Sorotan - RUU Penyiaran (12 Maret 2001)
Inovasi - Bunga Hidup tanpa Kata-kata (12 Maret 2001)
New Economy - Dari Kristal Menuju Komputer (12 Maret 2001)
New Economy - Mengantarkan Suara hingga ke Ujung Bumi (12 Maret 2001)
Prokon - Jika Bankir Dilarang Punya Hubungan Darah dengan Pemilik (5 Maret 2001)
New Economy - Dari Bemo Menjadi Ferrari (5 Maret 2001)
Liputan Utama - Si Kecil yang Menyebalkan (5 Maret 2001)
New Economy - Dari Lokal Menuju Global (5 Maret 2001)
New Economy - "Dulu Semuanya Tergantung Honor!" (5 Maret 2001)
Ekonomi Umum - Semoga bukan cuma Ganti Baju (5 Maret 2001)
Ekonomi Umum - Membendung Keluarnya Surat Utang Daerah (5 Maret 2001)
Liputan Utama - Bertahan Hidup di Sarang Penyamun Internet (5 Maret 2001)
Liputan Utama - Strategi Mengatasi Cybercrime (5 Maret 2001)
Liputan Utama - Dan Hukum pun tak Berdaya (5 Maret 2001)
Liputan Utama - Bisa Menolong, Bisa juga Mencelakakan (5 Maret 2001)
New Economy - Menuju Bandung Lautan TI (5 Maret 2001)
Komentar Ekonomi - Ekonomi Baru dan Low-trust Society (5 Maret 2001)
Profil - Filsuf di Puncak Air Mancur (5 Maret 2001)
Entrepreneur - Filsuf di Puncak Air Mancur (5 Maret 2001)
e-Commerce - Literatur Linux (5 Maret 2001)
Kolom - Otak Encer Lokal Berorientasi Global (5 Maret 2001)
e-Company - Karena IT Minded Sang Pendiri (5 Maret 2001)
Entrepreneur - Si Unyil yang Enak Dikunyah (5 Maret 2001)
Sorotan - Menjual BUMN = Membuang Beban (5 Maret 2001)
e-Karir - "Saya Pernah Divonis Mati" (5 Maret 2001)
Liputan Utama - Kandang Rupiah belum Kukuh (26 Februari 2001)
New Economy - Jika Bursa Kehilangan Lantai (26 Februari 2001)
New Economy - Dari Remote Trading ke Online Trading (26 Februari 2001)
New Economy - Kini Pusatnya pada Manusia (26 Februari 2001)
Ekonomi Umum - Menumpas Mafia Kuota (26 Februari 2001)
Ekonomi Umum - Menumpas Mafia Kuota (26 Februari 2001)
Liputan Utama - Negara Jiran Mendikte Pasar (26 Februari 2001)
Ekonomi Umum - Berebut Kue BEJ (26 Februari 2001)
New Economy - MP3 dan Napster: Simalakama bagi Industri Rekaman (26 Februari 2001)
Komentar Ekonomi - Kompetisi & Kolaborasi Sama Kuat (26 Februari 2001)
Ekonomi Umum - "Beri Sanksi bagi Setiap Pelanggar" (26 Februari 2001)
e-Commerce - E-Commerce Indonesia pada 2010 (26 Februari 2001)
New Economy - Pengadilan yang Merenggut "Surga Musik" (26 Februari 2001)
e-Commerce - Menyulap Bahasa Asing Menjadi Bahasa Kita (26 Februari 2001)
Liputan Utama - "Kita Tetap Menganut Rezim Devisa Bebas" (26 Februari 2001)
Kolom - Dari Remote Trading ke Online Trading (26 Februari 2001)
Kolom - E-Government dan Otonomi Daerah (26 Februari 2001)
e-Company - Berdamai dengan New Economy (26 Februari 2001)
Inovasi - "Dan", Sebuah Spirit Membahagiakan (26 Februari 2001)
Entrepreneur - Mengangkat Isu Gender lewat Statistik (26 Februari 2001)
e-Karir - Si Rocky yang Tersesat (26 Februari 2001)
Sorotan - i-Mobile Mamiko (26 Februari 2001)
Prokon - Ayam Impor dari AS Murah tapi tanpa Dada (26 Februari 2001)
Entrepreneur - Jins Rahmat Hadir di Setiap Pojok Kampus (26 Februari 2001)
Liputan Utama - Habis Tahun Telematika, Terbitlah Genetika (19 Februari 2001)
Ekonomi Umum - Setelah Indosiar Benar-benar "Untuk Anda" (19 Februari 2001)
Liputan Utama - Berharap dari Kotak Ajaib Kedua (19 Februari 2001)
Liputan Utama - Jadi Lambat karena Pajak (19 Februari 2001)
Liputan Utama - Persaingan akan Ramai (19 Februari 2001)
Liputan Utama - Kotak yang memang Top! (19 Februari 2001)
Liputan Utama - Selamat Datang TV Digital, TV Interaktif (19 Februari 2001)
Liputan Utama - Prospek Baik karena Penetrasi TV Bagus (19 Februari 2001)
Liputan Utama - "Bill Gates pun mungkin Terlibat" (19 Februari 2001)
Ekonomi Umum - Bagi-bagi Harta Sinar Mas (19 Februari 2001)
Liputan Utama - Internet dari Atas Langit (19 Februari 2001)
Entrepreneur - Ingin Hadir di Seluruh Provinsi (19 Februari 2001)
e-Commerce - Polemik 2,4 gHz (19 Februari 2001)
New Economy - ERP: Solusi untuk Efisiensi (19 Februari 2001)
Entrepreneur - Menciptakan Orang Kaya supaya Lebih Kaya (lagi) (19 Februari 2001)
Entrepreneur - Anak Emas yang Pernah Disingkirkan (19 Februari 2001)
Sorotan - Public Opinion (19 Februari 2001)
Prokon - T-bill: Menarikkah bagi Investor? (19 Februari 2001)
Komentar Ekonomi - Spekulasi (19 Februari 2001)
New Economy - Ramai-ramai Berebut Proyek Software Terpadu (19 Februari 2001)
New Economy - Faktor Budaya sebagai Kendala Utama (19 Februari 2001)
e-Commerce - Selamat Datang Kamus Ajaib (19 Februari 2001)
New Economy - Bermain di Bisnis Permainan (12 Februari 2001)
Liputan Utama - Produsen Elektronik belum Puas (12 Februari 2001)
New Economy - Sebuah Ruang untuk Bermain (12 Februari 2001)
Ekonomi Umum - Bursa Sepi, Sekuritas Pilih Dagang Kursi (12 Februari 2001)
Ekonomi Umum - Antrean Penyewa makin Panjang (12 Februari 2001)
Liputan Utama - Reformasi Perpajakan masih Butuh Reformasi (12 Februari 2001)
Liputan Utama - Baru Siuman Sudah Ditonjok lagi (12 Februari 2001)
Liputan Utama - Orang Bijak (tak) Bayar Pajak Ganda (12 Februari 2001)
Liputan Utama - Konsumen lagi (yang) Menangis (12 Februari 2001)
Liputan Utama - Kejarlah Pajak sampai ke Dapur (12 Februari 2001)
e-Commerce - Selamat Datang Kamus Ajaib (12 Februari 2001)
Liputan Utama - Direm Saat Baru Melaju Kencang (12 Februari 2001)
e-Company - Menciptakan Software yang Simple tapi Efektif (12 Februari 2001)
e-Commerce - Broadcast Radio dan TV di Internet (12 Februari 2001)
e-Karir - Terkena Hipnotis Teknologi (12 Februari 2001)
Entrepreneur - Terkena Hipnotis Teknologi (12 Februari 2001)
Sorotan - Valentine (12 Februari 2001)
Komentar Ekonomi - Kepanikan Fiskal (12 Februari 2001)
New Economy - Ramai-ramai Menuai Efisiensi (12 Februari 2001)
New Economy - Belajar dari Perkawinan yang Ideal (12 Februari 2001)
New Economy - Merias Wajah Dunia Maya (12 Februari 2001)
Prokon - UU Pengampunan Pajak: Kebutuhan atau Kepentingan? (12 Februari 2001)
New Economy - Kian Menawan Desainnya kian Rumit Merancangnya (12 Februari 2001)
Liputan Utama - Musim Paceklik para Taipan (05 Februari 2001)
New Economy - Beranjak Meninggalkan Tahap Slogan (05 Februari 2001)
New Economy - Pasukan Ber-NIP Itu Mulai Berubah (05 Februari 2001)
New Economy - Rezeki di Lahan Birokrasi (05 Februari 2001)
Ekonomi Umum - Kibasan Mocin di Tahun Ular (05 Februari 2001)
Liputan Utama - Kisah Megautang di Awal Abad (05 Februari 2001)
Liputan Utama - Saham Seharga Uang Parkir (05 Februari 2001)
New Economy - Satu Tujuan, Beda-beda Alasan (05 Februari 2001)
e-Commerce - Lagi Tentang VoIP (05 Februari 2001)
Liputan Utama - "Mereka Minta Kelonggaran Waktu" (05 Februari 2001)
Kolom - Metromini dan Bisnis Dotcom (05 Februari 2001)
New Economy - Papan Ajaib bagi yang masih Rugi (05 Februari 2001)
e-Company - Mencuri Start Dunia Maya (05 Februari 2001)
New Economy - Ketika Musim "Melantai" Tiba (05 Februari 2001)
Inovasi - Membuat Diri Jadi Monyet (05 Februari 2001)
e-Karir - "Tiga Bulan Pertama Saya tak Mendapat Gaji" (05 Februari 2001)
Entrepreneur - Termakan Cerita Tetangga (05 Februari 2001)
Sorotan - Pers Melewati Batas? (05 Februari 2001)
Prokon - Tim Sinkronisasi Fiskal: Perlu atau Tidak? (05 Februari 2001)
Komentar Ekonomi - Pangkas-Maya Birokrasi (05 Februari 2001)
e-Commerce - Segepok Nomor Jadi Satu (05 Februari 2001)
e-Commerce - Membangun Infrastruktur Sendiri (29 Januari 2001)
New Economy - Bisnis Content WAP: Dilandasi Irama Optimisme (29 Januari 2001)
Liputan Utama - Tanda Tangan juga Terimbas Revolusi (29 Januari 2001)
Liputan Utama - Yang Murah masih Dimonopoli (29 Januari 2001)
Liputan Utama - Gelombang itu Milik Siapa? (29 Januari 2001)
Liputan Utama - Menjerat Cardholder Nakal (29 Januari 2001)
Liputan Utama - Rakyat masih Membeli Haknya (29 Januari 2001)
Liputan Utama - Rimba Cyber masih saja tak Bertuan (29 Januari 2001)
Ekonomi Umum - Makin Lincah dengan Waralaba (29 Januari 2001)
Ekonomi Umum - Cara Gampang yang Berbahaya (29 Januari 2001)
Liputan Utama - Peliknya Mengatur Dunia Cyber (29 Januari 2001)
Kolom - Mempertanyakan Kebijakan Telematika Indonesia (29 Januari 2001)
Kolom - Cyberlaw harus Bermula dari Masyarakat (29 Januari 2001)
Liputan Utama - Jangan Batasi Kreativitas dan Perkembangan (29 Januari 2001)
New Economy - Melaju Menuju Generasi Keempat (29 Januari 2001)
Inovasi - Chief Knowledge Officer (29 Januari 2001)
e-Company - ASP i-Banking Pertama di Indonesia (29 Januari 2001)
Entrepreneur - Orang Gombong Pengen Jadi Menteri (29 Januari 2001)
Sorotan - Hukum Rimba ala Simba (29 Januari 2001)
Prokon - Ekonomi Indonesia: Membaik atau Memburuk? (29 Januari 2001)
Komentar Ekonomi - C Minus (29 Januari 2001)
New Economy - Berlomba Menjemput Bisnis Masa Depan (29 Januari 2001)
Entrepreneur - "Aku Ingin seperti David Beckham" (29 Januari 2001)
Komentar Ekonomi - Resesi (22 Januari 2001)
Liputan Utama - Si Hitam Datang Menantang Bisnis TI Indonesia (22 Januari 2001)
Liputan Utama - Saingan Kami cuma Lippo (22 Januari 2001)
Liputan Utama - Menggandeng Mitra, Menembus Indonesia (22 Januari 2001)
Liputan Utama - M-Web di Mata Pesaing Utama (22 Januari 2001)
Liputan Utama - Pemain Dunia yang tak Terdengar (22 Januari 2001)
Ekonomi Umum - David Memilih Bergabung dengan Goliath (22 Januari 2001)
Komentar Ekonomi - Netralitas PNS (22 Januari 2001)
Prokon - Efektifkah Membatasi Rupiah di Tangan Asing? (22 Januari 2001)
Ekonomi Umum - Pembagian Rezeki yang Meresahkan (22 Januari 2001)
Sorotan - Carlos Goshn (22 Januari 2001)
e-Company - Raksasa yang Mengawinkan Old dan New Economy (22 Januari 2001)
Entrepreneur - "Semua Jabatan itu Memberi Kebanggaan dan Kesan" (22 Januari 2001)
Ekonomi Umum - Makin Tua makin Takut Bersaing (22 Januari 2001)
e-Commerce - Menelepon Murah ke Luar Negeri (22 Januari 2001)
Kolom - Netralitas PNS (22 Januari 2001)
New Economy - Boom Bisnis Hilir Industri Internet (22 Januari 2001)
New Economy - The Show Must Go On... (22 Januari 2001)
New Economy - Yang Taktis di Belakang Warnet (22 Januari 2001)
Ekonomi Umum - Mendulang Untung dari Barang Sisa (22 Januari 2001)
Ekonomi Umum - Dari Plaza Senayan hingga Sogo Jongkok (22 Januari 2001)
Ekonomi Umum - Berharap Orang Gila Merek (22 Januari 2001)
New Economy - Surfing Lewat Jaringan Listrik (22 Januari 2001)
Kolom - ISO dan E-Commerce (15 Januari 2001)
New Economy - "Bisnis Broadband bukan Bisnis Jual Makanan" (15 Januari 2001)
New Economy - Biometric - Badan Anda adalah Password (15 Januari 2001)
e-Commerce - Biometric - Badan Anda adalah Password (15 Januari 2001)
e-Commerce - ISO dan E-Commerce (15 Januari 2001)
Kolom - NETCO atau SERVCO? (15 Januari 2001)
e-Karir - Semua Ini Berkat Kegemaran Saya Mengambil Risiko (15 Januari 2001)
Entrepreneur - "Aku Memilih Pekerjaan yang Kusenangi" (15 Januari 2001)
Prokon - Pajak Tol: Kewajiban atau Pemajakan Ganda? (15 Januari 2001)
New Economy - Jika Three in One di Udara (15 Januari 2001)
Komentar Ekonomi - The Fed (15 Januari 2001)
Sorotan - Wawan (15 Januari 2001)
Liputan Utama - Berebut Si Burung Biru (15 Januari 2001)
New Economy - Di Udara (pun) Jaya (15 Januari 2001)
New Economy - Eh, Ada Peluang di Balik Terpuruknya B2C (15 Januari 2001)
Ekonomi Umum - Yang Kronis Biarlah Mati (15 Januari 2001)
Liputan Utama - "Berawal dari Konflik Pribadi" (15 Januari 2001)
Liputan Utama - "Saya tidak Mau Damai" (15 Januari 2001)
Liputan Utama - "Mintarsih Marah atas Surat Itu" (15 Januari 2001)
Liputan Utama - Mahabharata dari Amerika ke Burung Biru (15 Januari 2001)
Liputan Utama - Sejarah Bisnis Blue Bird (15 Januari 2001)
New Economy - Saling Salip di Jalur Cepat Internet (15 Januari 2001)
New Economy - Paman Sam Berkata, "I Love Broadband" (15 Januari 2001)
New Economy - Pelanggan tak Selebar Daun Kelor (8 Januari 2001)
New Economy - Adu Cepat Membangun Customer Base (8 Januari 2001)
e-Commerce - Telepon Internet yang Legal (8 Januari 2001)
Kolom - ISP, Harus Jadi Service Company (8 Januari 2001)
e-Company - Bertahan pada Cara Konservatif dan Menghindari Over Ambisius (8 Januari 2001)
Entrepreneur - "Bagi Saya, Prinsip Nomor Satu" (8 Januari 2001)
e-Karir - "Aku Disuruh Melihat Situs Porno" (8 Januari 2001)
Prokon - Untung Rugi Pertamina Jual BBM ke Industri dalam Dolar (8 Januari 2001)
New Economy - Yang tak Nyata Menjadi begitu Berharga (8 Januari 2001)
Komentar Ekonomi - Rasional? (8 Januari 2001)
Liputan Utama - Siapa Bilang New Economy hanya Internet? (8 Januari 2001)
New Economy - Marak sebagai Alternatif Penyelamatan (8 Januari 2001)
Inovasi - Melampaui Imajinasi (8 Januari 2001)
Liputan Utama - Sumber Pertumbuhan dalam New Economy (8 Januari 2001)
Liputan Utama - Mencari Rumusan New Economy (8 Januari 2001)
Sorotan - Imagine (8 Januari 2001)
Ekonomi Umum - Perang Tarif di Udara (8 Januari 2001)
Liputan Utama - Ada tetapi Seperti Apa? (8 Januari 2001)
Liputan Utama - New Economy di Probolinggo (8 Januari 2001)
Liputan Utama - Siapa Jadi Goliath, Siapa yang Sekarat? (8 Januari 2001)
Liputan Utama - "Kami tidak akan Menjual Indosat" (8 Januari 2001)
Liputan Utama - Benang Kusut di Hulu Industri (8 Januari 2001)
New Economy - Baru Tahap Membangun Komunitas (18 Desember 2000)
New Economy - Astaga, Astaga!Group akan Dijual! (18 Desember 2000)
New Economy - Mobile Web pun Menjelang (18 Desember 2000)
e-Commerce - Linux untuk Sistem Operasi (18 Desember 2000)
Kolom - Diary Akhir Tahun (18 Desember 2000)
Komentar Ekonomi - Ekonomi 2001 (18 Desember 2000)
Sorotan - Desakralisasi Kekuasaan (18 Desember 2000)
New Economy - Melelang Sampai ke Negeri Jiran (18 Desember 2000)
Inovasi - IT: Inspiration Technology (18 Desember 2000)
e-Company - Agar Si Gendut Tampak Langsing (18 Desember 2000)
Liputan Utama - Merangkak Mulai dari Floor Trading (18 Desember 2000)
New Economy - Menunggu Lahirnya eBay Lokal (18 Desember 2000)
Entrepreneur - Saya Memadukan Teknologi dan Seni (18 Desember 2000)
Liputan Utama - "Kami tidak Tergantung pada Soros" (18 Desember 2000)
Liputan Utama - Mencari Businessman of The Year (18 Desember 2000)
Liputan Utama - Sempat Dianggap si Kusta (18 Desember 2000)
Liputan Utama - Pioneer Rokok Generasi Ketiga (18 Desember 2000)
Liputan Utama - Gebrakan sang Jagoan Tua (18 Desember 2000)
Liputan Utama - Businessman Masa Depan (18 Desember 2000)
Ekonomi Umum - Econit dan Indef Bertarung Prediksi (18 Desember 2000)
New Economy - Akan Layu sebelum Berkembang (18 Desember 2000)
Liputan Utama - Jejak Hary Mengincar Deal-deal Raksasa (18 Desember 2000)
Prokon - Pilih Amandemen UU atau Tuntaskan Soal BLBI? (11 Desember 2000)
Ekonomi Umum - BI Digoyang, Rupiah makin Loyo (11 Desember 2000)
Entrepreneur - Ahli Fisika Ingin Jadi Ahli Indonesia (11 Desember 2000)
e-Company - Dari Tembi untuk Butik Dunia (11 Desember 2000)
e-Commerce - Teknik Meng-crack (2) (11 Desember 2000)
Kolom - Tiga e-Kecenderungan di Masa Depan (11 Desember 2000)
Kolom - Titik Balik Liberalisasi (11 Desember 2000)
New Economy - Lebih Banyak Muatan Emosional daripada Komersial (11 Desember 2000)
New Economy - Aku Tetap Ingin Menjadi Perias Pengantin (11 Desember 2000)
Ekonomi Umum - Setor Dua Dolar, Selanjutnya Terserah Anda (11 Desember 2000)
Ekonomi Umum - Texmaco Perkasa di Jalanan (11 Desember 2000)
Liputan Utama - Bersaing Menjadi Raja Kapling Frekuensi (11 Desember 2000)
Liputan Utama - GSM 1800: Frekuensi Besar, Jangkauan Sempit (11 Desember 2000)
Liputan Utama - Berlomba dengan Fasilitas Terbaik (11 Desember 2000)
Liputan Utama - Babak Baru Pertarungan para Raksasa GSM (11 Desember 2000)
New Economy - Ketika Linux Mulai Melaju (11 Desember 2000)
New Economy - Sukses dengan Model Unik (11 Desember 2000)
Prokon - Perlukah Jasa SGS Digunakan kembali? (4 Desember 2000)
New Economy - Yang Penting Adaptif terhadap Perubahan (4 Desember 2000)
Komentar Ekonomi - BI dan Inflasi (4 Desember 2000)
New Economy - Dari Jari Naik ke Mulut (4 Desember 2000)
e-Commerce - Dari Jari Naik ke Mulut (4 Desember 2000)
e-Commerce - Teknik Meng-crack (I) (4 Desember 2000)
Inovasi - Pembusukan-pembusukan Ide (4 Desember 2000)
Sorotan - Pompa Bensin (4 Desember 2000)
New Economy - Masterpiece dari Larry Ellison (4 Desember 2000)
Kolom - Menjadikan Hobi sebagai Pekerjaan (4 Desember 2000)
Liputan Utama - Yang Muda yang (Mencoba) Tampil Beda (4 Desember 2000)
New Economy - Diotaki Dua Orang Terkaya Dunia (4 Desember 2000)
New Economy - Hemat itu Ada Harganya (4 Desember 2000)
Liputan Utama - Melibas Simbol-simbol Lama (4 Desember 2000)
Liputan Utama - Meniru, tak Ada dalam Kamusnya (4 Desember 2000)
Liputan Utama - e-Srikandi di Lantai Bursa (4 Desember 2000)
Ekonomi Umum - Karena Baja, Semua Kena (4 Desember 2000)
Liputan Utama - Menuju IPO pada 2002 (4 Desember 2000)
Liputan Utama - Menjual Indonesia secara Online (4 Desember 2000)
Liputan Utama - "Curi Ilmu" Dulu sebelum Berdikari (4 Desember 2000)
Ekonomi Umum - Beras tak Kunjung Beres (4 Desember 2000)
Liputan Utama - Memiliki, Menjual dan Menjalankan (4 Desember 2000)
New Economy - Yang Muda, yang Idealis (27 November 2000)
New Economy - Mengubah UKM Menjadi e-UKM (27 November 2000)
New Economy - Pembawa Berkah bagi Internet (27 November 2000)
e-Karir - Nilai Tambah bagi Stasiun Radio (27 November 2000)
New Economy - Memeriksa Keamanan Situs (27 November 2000)
e-Commerce - Memeriksa Keamanan Situs (27 November 2000)
Prokon - Menjual Aset BPPN harus di Atas Nilai 50%. Realistiskah? (27 November 2000)
e-Company - Nilai Tambah bagi Stasiun Radio (27 November 2000)
New Economy - Ramai-ramai Menggarap Si Kecil (27 November 2000)
Sorotan - Komunikasi & Minat Baca (27 November 2000)
Entrepreneur - '"Aku juga Ingin Jadi Gubernur"' (27 November 2000)
Liputan Utama - "Saham di Manulife itu Aspal" (27 November 2000)
Komentar Ekonomi - Diplomasi dan Pemulihan Ekonomi (27 November 2000)
New Economy - "Pelanggan Puas, Revenue Naik" (27 November 2000)
Liputan Utama - "Kurator Terlibat" (27 November 2000)
Liputan Utama - Saham Kembar Manulife Bikin Heboh (27 November 2000)
Ekonomi Umum - Satu Merek Rame-rame (27 November 2000)
Ekonomi Umum - Kursi Terpanas di "Sarang Penyamun" (27 November 2000)
Ekonomi Umum - Citranya Sama, Jalannya Beda (27 November 2000)
New Economy - Mengincar Pasar Global (27 November 2000)
New Economy - Meraup Rezeki Berkat Boom TI (27 November 2000)
New Economy - Pelanggan adalah Pacar (27 November 2000)
Liputan Utama - "RGA itu Perusahaan Fiktif" (27 November 2000)
New Economy - Fasilitas Mata-mata Link Web (20 November 2000)
e-Karir - Dari Kalkuta Mencari Profit (20 November 2000)
New Economy - Cara Irit Menggunakan Software (20 November 2000)
New Economy - Sederhana tapi Kontroversial (20 November 2000)
Kolom - Virtual Outsourcing (20 November 2000)
Inovasi - Rezim-rezim Inovasi (20 November 2000)
Entrepreneur - Dia Dijuluki Arsitek Satu Miliar (20 November 2000)
Sorotan - Penghargaan (20 November 2000)
Komentar Ekonomi - Hati-hati.com (20 November 2000)
Ekonomi Umum - Meraup Untung lewat Sewa Lahan (20 November 2000)
Prokon - Bea Masuk Impor Kedelai Dinaikkan: Siapa Beruntung? (20 November 2000)
e-Commerce - Fasilitas Mata-mata Link Web (20 November 2000)
Ekonomi Umum - RUPSLB Gagal, Bisnis pun Hilang (20 November 2000)
Liputan Utama - ASP = Anti-Software Pembajak? (20 November 2000)
Liputan Utama - Mengincar Dotcom E-Commerce (20 November 2000)
Liputan Utama - Berharap dari Capital Gain (20 November 2000)
Liputan Utama - Ingin Melahirkan "Bill Gates" Indonesia (20 November 2000)
Liputan Utama - Amerika masih Bergairah (20 November 2000)
Liputan Utama - Menyelamatkan "Bayi Dotcom" yang tak Kunjung Besar (20 November 2000)
Liputan Utama - Menyambung Nyawa Bisnis Dotcom Indonesia (20 November 2000)
Ekonomi Umum - Satu Merek Rame-rame (20 November 2000)
Ekonomi Umum - Sampoerna, Bos Toko Kelontong (20 November 2000)
Ekonomi Umum - PLN Tersengat Setrum Swasta (13 November 2000)
Komentar Ekonomi - Ekonomi Baru? Baru Apanya? (13 November 2000)
Ekonomi Umum - "Panas"-nya Harga Kertas (13 November 2000)
Kolom - Manajer Ber-Polo Shirt dari Gadogado.net (13 November 2000)
Kolom - Membuka E-Mail di Wartel (13 November 2000)
Entrepreneur - Veteran Perang Malvinas di Puncak Manulife Indonesia (13 November 2000)
Sorotan - Warta Ekonomi & New Economy (13 November 2000)
Liputan Utama - Menjemput Sebuah Kata: Perubahan! (13 November 2000)
Prokon - Kebijakan Bebas Visa: Pilih Devisa atau Kedaulatan Negara (13 November 2000)
Ekonomi Umum - Jalan Keluar makin Sulit (13 November 2000)
Liputan Utama - Jagat Maya pun Harus Diatur (13 November 2000)
Liputan Utama - Kembali Ke Jalan Rasionalitas Ekonomi (13 November 2000)
Liputan Utama - Ketika Pundi-pundi Mulai Terisi (13 November 2000)
Liputan Utama - "Barang Baru" di Lantai Bursa (13 November 2000)
Liputan Utama - Bersiap-siap Membidik Pasar Mobile Commerce (13 November 2000)
Liputan Utama - Kreatif Mengembangkan Model Bisnis (13 November 2000)
Liputan Utama - Lipposhop, DialMart Jilid II? (13 November 2000)
Liputan Utama - Susahnya Merebut Hati "Raja-raja" Maya (13 November 2000)
New Economy - Reinkarnasi Raja Viking (6 November 2000)
New Economy - Kertas Tetap saja Dibutuhkan (6 November 2000)
Prokon - Benarkah Perekonomian Kini Terpisah dari Faktor Politik? (6 November 2000)
Sorotan - HOMO CONNECTUS (6 November 2000)
Entrepreneur - Ke Puncak Karier Menuruti Panggilan Hati (6 November 2000)
Entrepreneur - Si Jago Matematika Tersangkut di Dunia TI (6 November 2000)
e-Company - Melaju dengan Tenaga Muda (6 November 2000)
Kolom - Jumlah Pengguna Internet Tiga Tahun Mendatang (6 November 2000)
Komentar Ekonomi - Konsensus Washington tidak Ampuh lagi (6 November 2000)
Liputan Utama - Ambisi Jalur Cepat sang Raksasa Lokal (6 November 2000)
Inovasi - Revolusi dan Kesenjangan Imajinasi (6 November 2000)
New Economy - Tekanan Global itu Berwujud Tanda Tangan (6 November 2000)
Liputan Utama - Orang tak akan lagi Bersungut-sungut (6 November 2000)
Liputan Utama - Total untuk Broadband (6 November 2000)
Liputan Utama - Menuju Jalur Cepat New Economy (6 November 2000)
Liputan Utama - Pelayan Broadband Murah Meriah dari Hong Kong (6 November 2000)
Ekonomi Umum - Gara-gara Tergantung pada Alam (6 November 2000)
Ekonomi Umum - Edward Kembali Tersandung "Kerikil" (6 November 2000)
Ekonomi Umum - Menggoyang Raksasa Semen (6 November 2000)
Liputan Utama - Dari Maraton, Lalu Internet hingga Broadband (6 November 2000)
New Economy - Ketika Musim i-Banking makin Berkembang (30 Oktober 2000)
New Economy - "Misi Kita Padamu Negeri" (30 Oktober 2000)
New Economy - Membangun Pusat Data Sendiri, Siapa Takut? (30 Oktober 2000)
New Economy - Kami Memiliki 42.000 Nasabah (30 Oktober 2000)
New Economy - Perilaku Nasabah belum Siap (30 Oktober 2000)
New Economy - Boom TI, Siapa yang Berperan? (30 Oktober 2000)
New Economy - Berawal dari "Perseteruan" Microsoft dan IBM (30 Oktober 2000)
e-Company - Kreatif Menyiasati Krisis (30 Oktober 2000)
Debut - Manusia yang tidak Pernah Pintar (30 Oktober 2000)
Sorotan - Iklim (30 Oktober 2000)
Komentar Ekonomi - Kita Sudah di Jalur yang Benar, tetapi.... (30 Oktober 2000)
New Economy - Supaya tidak Lewat Amerika (30 Oktober 2000)
Liputan Utama - Dua Tahun ke Depan masih akan Tetap Hot (30 Oktober 2000)
Prokon - Perlukah TDL Listrik Konsumen Rumah Tangga Dinaikkan? (30 Oktober 2000)
Liputan Utama - "Tunggu sampai Tahun Depan" (30 Oktober 2000)
Liputan Utama - Bergairah karena Pengalaman Pahit (30 Oktober 2000)
Liputan Utama - Melaju di Atas Landasan yang Rapuh (30 Oktober 2000)
New Economy - Berlomba-lomba Mengisi Rak (30 Oktober 2000)
Liputan Utama - "Potensi Pasar masih Besar" (30 Oktober 2000)
Liputan Utama - Kembali ke Puncak Dua Tahun lagi (30 Oktober 2000)
Liputan Utama - "Si Jangkrik makin Diminati" (30 Oktober 2000)
Liputan Utama - Menuju Angka Lima Juta di Tahun 2001 (30 Oktober 2000)
Liputan Utama - Bangkit lagi di Tahun Naga (30 Oktober 2000)
Liputan Utama - Berpendar di Saat yang Lain Terkapar (30 Oktober 2000)
Liputan Utama - Bangkit setelah sempat Jatuh (30 Oktober 2000)
Liputan Utama - Tetap Jalan tanpa Pemerintah (30 Oktober 2000)
Liputan Utama - Menuju Era Baru (30 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Perang belum Usai (30 Oktober 2000)
Sorotan - Dari Konvensi Nasional CNI: Yang Terlupakan tapi Ampuh (23 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Putra "Begawan Dalem" (23 Oktober 2000)
New Economy - M-Business: Membidik Manusia Aktif (23 Oktober 2000)
New Economy - Keterbatasan M-Bisnis Ada di Bandwidth (23 Oktober 2000)
New Economy - Kita Memposisikan sebagai ISP (23 Oktober 2000)
New Economy - Mobile-Business: Dapatkah Menggantikan Lapangan Golf? (23 Oktober 2000)
Kolom - Langkah Sederhana untuk Membuat Web Sendiri (23 Oktober 2000)
Kolom - Cybercrime atau Santet Crime (23 Oktober 2000)
Komentar Ekonomi - Indonesia 2007: Kembali ke Titik Awal (23 Oktober 2000)
e-Company - Timbangan Jadi Batu Loncatan (23 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Ini Dia Empat "Dewa" Pelindung Mobil (23 Oktober 2000)
Prokon - Kapan Sebaiknya Pemerintah Melepas Saham BCA? (23 Oktober 2000)
Liputan Utama - "Konsultan TI sedang Naik Daun" (23 Oktober 2000)
Inovasi - Membuang Penghalang, Memeluk Kejernihan (23 Oktober 2000)
Liputan Utama - Metamorfosis Merancang Ekonomi Baru (23 Oktober 2000)
Liputan Utama - "Kita Ingin Membangun Entrepreneur" (23 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - AMAN Pasang Target 15 Ribu Mobil (23 Oktober 2000)
Liputan Utama - Ketika Dunia Terus Berubah (23 Oktober 2000)
Liputan Utama - "Pendapatan Konsultan Kita Sekitar US$400-US$1.200 per Hari" (23 Oktober 2000)
Liputan Utama - "Kita Bukanlah Pakar Komputer" (23 Oktober 2000)
Liputan Utama - Menangguk Rezeki dari Nasihat Teknologi Informasi (23 Oktober 2000)
Liputan Utama - Bangkit Untuk Berkuasa (23 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Putra "Begawan Dalem" (23 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Mobil Remuk, Siapa Takut? (23 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - "BPPN Menggugat Dirinya Sendiri" (23 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - "Kita akan Berlaku Seadil-adilnya" (23 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Sambutan Dingin untuk Insentif (23 Oktober 2000)
Liputan Utama - Dari Titik Nol Ke Titik Tinggi (23 Oktober 2000)
Prokon - Subsidi Kertas bagi Media Cetak dan Perbukuan: Mungkinkah? (16 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - "Urusan Uang, Urusan Samiaji" (16 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - "Lucu, Bagus, dan Menarik untuk Ditonton" (16 Oktober 2000)
New Economy - Belajar Memahami Pasar (16 Oktober 2000)
New Economy - Menuai Untung Tiga Tahun Berturut-turut (16 Oktober 2000)
New Economy - Transaksi Fiktif Masih Dominan (16 Oktober 2000)
New Economy - "Sekarang Realistis, ke Depan Challenging" (16 Oktober 2000)
Prokon - Subsidi Kertas bagi Media Cetak dan Perbukuan: Mungkinkah? (16 Oktober 2000)
Sorotan - Pajak: Jangan Berburu di Kebun Binatang (16 Oktober 2000)
Prokon - Subsidi Kertas bagi Media Cetak dan Perbukuan: Mungkinkah? (16 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Sebenarnya yang Bangkit Itu Konsumen (16 Oktober 2000)
Komentar Ekonomi - PMA, Batu Ujian dalam Otonomi Daerah (16 Oktober 2000)
Kolom - Evolusi Arsitektur Keuangan Internasional (16 Oktober 2000)
Liputan Utama - Tahun Ketiga Mendapat Laba Bersih (16 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Yuk...Rame-rame Nonton Ketoprak! (16 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - "Otomotif Jadi Pemicu" (16 Oktober 2000)
Liputan Utama - Jalan Tol bagi Grup Lippo (16 Oktober 2000)
Liputan Utama - Pembuktian sang Visioner (16 Oktober 2000)
Liputan Utama - Targetnya Kuasai Lima Persen Pasar Ritel Indonesia (16 Oktober 2000)
Liputan Utama - Ini adalah Natural Movement (16 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Kejarlah Proyek, Kau Kutalangi (16 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - "Proyek Tuban Bisa Dikaitkan ke Pertamina" (16 Oktober 2000)
New Economy - "Tidak Sekadar Kepentingan Hashim" (16 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Perseteruan Dua "Ratu Kecantikan" (16 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - "Jangan-jangan Ada Konspirasi" (16 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - "Mungkin Ini Kesalahan Kantor Merek" (16 Oktober 2000)
Liputan Utama - Lippo di Mata Peter Ong: Model Bisnisnya Bagus (16 Oktober 2000)
New Economy - "Mau Jungkir Balik juga Nggak Bisa" (9 Oktober 2000)
New Economy - Cukup dari Tempat Kos (9 Oktober 2000)
New Economy - Menanamkan Semangat (9 Oktober 2000)
New Economy - Membuat si Polan Melek Internet (9 Oktober 2000)
Komentar Ekonomi - Keluar dari Jebakan Utang, Mungkinkah? (9 Oktober 2000)
New Economy - Mewujudnya Masyarakat Global Village (9 Oktober 2000)
Kolom - Menguak Misteri BLBI (9 Oktober 2000)
Kolom - Masa Depan Kopi Dunia (9 Oktober 2000)
e-Company - Purnama pun Bersinar Terus (9 Oktober 2000)
Debut - LIN CHE WEI (9 Oktober 2000)
Sorotan - Kebijakan Telekomunikasi dan Penyiaran (9 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Terus Kebanjiran Kredit (9 Oktober 2000)
Prokon - BUMN: Sebaiknya Dikelola oleh Siapa? (9 Oktober 2000)
Liputan Utama - Dan Krisis pun Membentengi Langkah CMNP (9 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Untungnya jadi Konglomerat (9 Oktober 2000)
Kolom - Pergeseran Paradigma Menuju Knowledge Based Society (9 Oktober 2000)
Liputan Utama - "Di Jajaran Direksi Kami Harus Ada" (9 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Optimistis, tetapi Kurs tidak Sebesar Itu (9 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - "Itu Keputusan Depkeu" (9 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - "Anggota DPR/MPR Harus Punya NPWP" (9 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - "Kredit dari IFC belum Perlu" (9 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Kutunggu Keadilanmu, Pak Rizal! (9 Oktober 2000)
New Economy - Mal dalam Mal (9 Oktober 2000)
New Economy - Mal Indosat Dikunjungi Sampai 15 Juta Orang (9 Oktober 2000)
New Economy - Ada Persaingan dan Kerja Sama (9 Oktober 2000)
e-Karir - Bistek Browser (2 Oktober 2000)
New Economy - "Itu Bisnis yang tidak Punya Etika" (2 Oktober 2000)
Kolom - Posisi Industri TI Indonesia (2 Oktober 2000)
Kolom - Rimba Pembajakan Merek Terkenal (2 Oktober 2000)
Entrepreneur - Menantang Teka-teki Dotcom (2 Oktober 2000)
Sorotan - New Economy, Simpang Jalan bagi Eksekutif (2 Oktober 2000)
Prokon - Keringanan Pajak 30% bagi Debitur Kooperatif: Memadaikah? (2 Oktober 2000)
Komentar Ekonomi - Subsidi BBM: Saatnya Mengedepankan Pertimbangan Ekonomi (2 Oktober 2000)
New Economy - Shakespeare pun akan Keheranan (2 Oktober 2000)
Liputan Utama - Pernah Mengawal Direktur Citibank (2 Oktober 2000)
New Economy - "Kesempatan itu tidak Datang Dua Kali" (2 Oktober 2000)
Liputan Utama - "Kami Pakai Konsultan Asing untuk Melatih" (2 Oktober 2000)
Kolom - KONSULTASI E-COMMERCE (2 Oktober 2000)
Liputan Utama - "Asing Memicu Persaingan Kualitas" (2 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Menanggung Beban Berlebihan (2 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Resesi Dunia, Mungkinkah? (2 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Ramai-ramai Menghilangkan Bau Cendana (2 Oktober 2000)
New Economy - Makin Ramai makin Seru (2 Oktober 2000)
Liputan Utama - Bodyguard, Lahan Bisnis yang Menjanjikan (2 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Buah Jatuh tak Jauh dari Pohonnya (25 September 2000)
Liputan Utama - "Sekarang memang Era New Economy" (25 September 2000)
Ekonomi Umum - Bom di BEJ, Booming di BES (25 September 2000)
Ekonomi Umum - BES tidak Siap untuk Transaksi Besar (25 September 2000)
Liputan Utama - Konglomerat: Di Antara Peralihan Pola Ekonomi Baru (25 September 2000)
Liputan Utama - Tren Infrastruktur Telekomunikasi dalam New Economy (25 September 2000)
Liputan Utama - Lewat Cybercity, Edward Kembali ke Pentas (25 September 2000)
Liputan Utama - Jangan Lari atau Menghindar dari TI (25 September 2000)
Liputan Utama - Strategi Perang Grup Sinar Mas di Pasar Maya (25 September 2000)
Liputan Utama - Terjun Bebas di Dunia Maya (25 September 2000)
Liputan Utama - "Booming New Economy Sekarang Sudah Terasa" (25 September 2000)
Liputan Utama - Tak Mau Ketinggalan Zaman (25 September 2000)
Ekonomi Umum - Hati-hatilah Penguasa Pasar (25 September 2000)
Liputan Utama - Kita Punya Costumer Based (25 September 2000)
Inovasi - Tertawa Pangkal Kaya (25 September 2000)
Ekonomi Umum - Hati-hatilah Penguasa Pasar (25 September 2000)
Liputan Utama - "Kita bukan Orang Bodoh yang Buang-buang Uang" (25 September 2000)
Kolom - Mempercayai Pasar? (25 September 2000)
e-Company - Dari Linux Sampai Statistik (25 September 2000)
Entrepreneur - "Aku Tergelincir ke Dunia TI" (25 September 2000)
Sorotan - Rizal Ramli (25 September 2000)
Prokon - Pertanian Transgenik: Berkah atau Malapetaka? (25 September 2000)
Ekonomi Umum - Bukan KADI, tapi Klipi (25 September 2000)
New Economy - Dunia Selebar Telepon Selular (25 September 2000)
New Economy - Kendala justru pada Teknologi Ponselnya (25 September 2000)
New Economy - Pertama Dikhawatirkan, Selanjutnya Tersebar di Mana-mana (25 September 2000)
New Economy - Perpaduan Iklan dengan Geographic Information System (25 September 2000)
Komentar Ekonomi - Pangsa Pasar Dominan Tidak Selalu Buruk.... (25 September 2000)
Kolom - Mengoperasikan VoIP yang Legal untuk Perusahaan (25 September 2000)
Ekonomi Umum - Tetap Impor meski Pasar Kecil (25 September 2000)
Komentar Ekonomi - Jadikan Jubilee 2000 Pintu Masuk Pemotongan Utang (18 September 2000)
Ekonomi Umum - Awas, Transgenik Lahirkan Monster! (18 September 2000)
Ekonomi Umum - "Peneliti Kita Sudah Dibayar" (18 September 2000)
Ekonomi Umum - Gaya "Orang Kita" Menjajal Pasar Mancanegara (18 September 2000)
Ekonomi Umum - "Cuma Sekadar Buka Cabang" (18 September 2000)
New Economy - "E-Government untuk Memenuhi Tuntutan Pasar" (18 September 2000)
Liputan Utama - "Yang Terlibat Dibebastugaskan" (18 September 2000)
Liputan Utama - "Sudah Dua Tersangka di Bank Aspac" (18 September 2000)
Komentar Ekonomi - Pemerintah Sebaiknya Berperan Melalui BPPN (18 September 2000)
New Economy - "Semuanya Tergantung Leadership Pemda" (18 September 2000)
Liputan Utama - Berapa Jumlah BLBI, Tidak Jelas (18 September 2000)
New Economy - Bakal Terkoreksi juga (18 September 2000)
Prokon - Regulasi VoIP: Perlu atau Tidak? (18 September 2000)
Liputan Utama - Nikmat BLBI Membawa Sengsara (18 September 2000)
New Economy - Ada Bisnis di Balik Penggerebekan (18 September 2000)
New Economy - Mimpi Indah yang Menjadi Kenyataan? (18 September 2000)
New Economy - Selamat Tinggal Mesin Ketik, Selamat Datang E-Government (18 September 2000)
Kolom - Garuda dan Patung Buddha (18 September 2000)
Kolom - Kuncinya Mengedukasi Pasar (18 September 2000)
e-Company - Nikmatnya Sayuran Aeroponik (18 September 2000)
Sorotan - Goliath vs David (18 September 2000)
Prokon - Regulasi VoIP: Perlu atau Tidak? (18 September 2000)
Ekonomi Umum - Demi W@rtel, Telkom Rela Merugi (18 September 2000)
Liputan Utama - "Negosiasi dengan IMF Biasa-biasa saja" (11 September 2000)
New Economy - Melepas Kepala Menangkap Ekor (11 September 2000)
New Economy - Menghemat Ongkos Sampai 15% (11 September 2000)
New Economy - "Tidak Ada lagi Permainan Harga" (11 September 2000)
New Economy - Ramai-ramai Beralih ke Pasar Maya (11 September 2000)
New Economy - Masalah Lain yang juga Besar (11 September 2000)
New Economy - Kita Belum Cukup Matang (11 September 2000)
New Economy - "Kita Bisa Mundur 10 Tahun!" (11 September 2000)
New Economy - Saatnya Cepat Mengambil Peluang (11 September 2000)
Liputan Utama - Dari Satu Kontroversi ke Kontroversi Lain (11 September 2000)
Ekonomi Umum - "Sebaiknya Hak DBC tidak dibekukan" (11 September 2000)
Liputan Utama - Jurus Tim Underdog Melawan Krisis (11 September 2000)
Prokon - Perdagangan Rupiah di Pasar Internasional, Apa Mungkin Dibatasi? (11 September 2000)
New Economy - Mari Bermain Internet Melalui Televisi (11 September 2000)
Kolom - Beberapa Distorsi dalam Pengembangan UKM (11 September 2000)
New Economy - Cerita Perkawinan Satu Layar (11 September 2000)
Inovasi - Logis Berarti Impoten (11 September 2000)
Sorotan - Jutaan Pengguna TI Melanggar Hukum? (11 September 2000)
Komentar Ekonomi - Ekonomi Membaik, Saatnya Renegosiasi LoI (11 September 2000)
Ekonomi Umum - "Terlalu Banyak KAP, Perang Tarif" (11 September 2000)
Ekonomi Umum - Harap-harap Cemas, Menunggu Bos Baru Si Jempol (11 September 2000)
Ekonomi Umum - Barang Bekas yang Meresahkan (11 September 2000)
New Economy - Satu Hari Terjual 60 Unit! (11 September 2000)
Kolom - Kehebohan Dunia Telematika (11 September 2000)
Liputan Utama - "Tidakada mafia, yang ada kesimpangsiuran!" (17 April 2000)
Liputan Utama - Geger Jual Beli Vonis Pengadilan Niaga! (17 April 2000)
Liputan Utama - Lahir Atas Prakarsa IMF (17 April 2000)
Liputan Utama - "Bukan Mafia Peradilan tetapi Mafia Hukum" (17 April 2000)
Liputan Utama - "Saya siap memeriksa Hakim yang terlibat" (17 April 2000)
Liputan Utama - "Pengadilan Niaga Sumber Korupsi Baru" (17 April 2000)
Liputan Utama - "Penemu Teknologi tidak Perlu Dimusuhi"
Liputan Utama - Budaya Antre akan Lenyap
Liputan Utama - Buku Elektronik, Buku Masa Depan
Liputan Utama - "Yang Penting Ada Proteksi"
Liputan Utama - "Napster adalah Ancaman"
Liputan Utama - Selamat Datang Era Baru Industri Musik
Liputan Utama - "Pencipta Lagu Bisa Jadi Pelayan Restoran"
Ekonomi Umum - Perumisasi jangan Jadi Banci
Ekonomi Umum - "Kenaikan MKBD untuk Rasionalisasi"
Ekonomi Umum - "Bulog Jadi Perum akan Lebih Dinamis"
Ekonomi Umum - Terpental lantaran Cekaknya Modal
Ekonomi Umum - Harga Dasar Gabah Menghadang Bulog
New Economy - Memperebutkan "Gadis" Melalui Pameran
New Economy - Bermula dari Jakarta, Meluas ke Daerah
New Economy - "Memulai m-Commerce Lewat SMS"
New Economy - Di Mana saja, Kapan saja dan Siapa saja ....
New Economy - Saling Sodok Merebut Pasar
Komentar Ekonomi - Dilema Inovator
Prokon - Bagaimana Sebaiknya Menyikapi NDF?
Sorotan - Obat
Entrepreneur - Ingin Membentuk Entrepreneur TI yang Tangguh
Kolom - Otonomi dan Pemulihan Ekonomi
Kolom - Lindungi Hak Privasi Anda
e-Karir - Saya Bekas Pendaki Gunung
e-Commerce - Dulu Lewat Bawah Tanah, Kini Melayang di Udara
e-Commerce - Belanja Online

Ekonomi Umum - Tarif Tol Lebih Murah dari Harga Kerupuk (23 Juli 2001)
e-Commerce - E-Learning Otodidak (23 Juli 2001)
Liputan Utama - "Target Kami Selalu 10%-15% daripada Pertumbuhan Pasar" (23 Juli 2001)
Liputan Utama - "Tertinggi dari e-Business Solution!" (23 Juli 2001)
Liputan Utama - "Manufaktur paling Menguntungkan!" (23 Juli 2001)
Liputan Utama - Antara Peluang dan Kendala (23 Juli 2001)
Liputan Utama - Melesat di Sela Puing Dotcom (23 Juli 2001)
Ekonomi Umum - Pertarungan Kedua Hary vs Edwin (23 Juli 2001)
New Economy - Digital Work Force India (23 Juli 2001)
New Economy - "Ini Intimidasi Microsoft!" (23 Juli 2001)
New Economy - "Mereka Melakukan Illegal Copying" (23 Juli 2001)
Inovasi - Kisah Empat Istri (23 Juli 2001)
Liputan Utama - Melesat di Sela Puing Dotcom (23 Juli 2001)
Kolom - Pertumbuhan dan Potensi Pasar TI di Indonesia (23 Juli 2001)
New Economy - Bill Gates Versus Pedagang Mangga Dua, Siapa yang Menang? (23 Juli 2001)
e-Company - Sebuah Keyakinan untuk Memasuki Istana (23 Juli 2001)
e-Karir - "Nomor HP Saya 0812**LINUX!" (23 Juli 2001)
Profil - Work Hard, Play Hard (23 Juli 2001)
Sorotan - Pak Tirto (23 Juli 2001)
Prokon - Akuisisi BII: Menyehatkan atau Membebani Bank Mandiri? (23 Juli 2001)
Komentar Ekonomi - Ekonomi Pasca-SI (23 Juli 2001)
Kolom - Pertumbuhan dan Potensi Pasar TI di Indonesia (23 Juli 2001)
Ekonomi Umum - Procon Indah Dituduh Melanggar Hukum (16 Juli 2001)
e-Karir - Sang Pendidik yang Tercebur ke Dunia TI (16 Juli 2001)
Liputan Utama - "Harus Ada Kompensasi" (16 Juli 2001)
Liputan Utama - Naik, tidak, Naik.... (16 Juli 2001)
Liputan Utama - Penyebab Kegagalan Bisnis yang Bakal Menimpa Telkom Pascamonopoli (16 Juli 2001)
Kolom - PT Telkom dan Penjual Durian di Pinggir Jalan (16 Juli 2001)
Liputan Utama - Bilakah Ajal Menjemput Sang Dinosaurus? (16 Juli 2001)
Ekonomi Umum - "Sulitnya, Mereka tidak Mengerti" (16 Juli 2001)
Ekonomi Umum - Korban-Korban Sang Pengawas (16 Juli 2001)
Ekonomi Umum - "Tidak Seorang pun Merasa Keberatan" (16 Juli 2001)
e-Commerce - Biro Perjalanan Wisata-Online (16 Juli 2001)
Komentar Ekonomi - Network (16 Juli 2001)
New Economy - Stevie Wonder pun Bisa Surfing (16 Juli 2001)
New Economy - Enam Juta Menit (16 Juli 2001)
e-Company - Melihat Peluang Bisnis di Saat Krisis (16 Juli 2001)
Prokon - Dewan Pengawas BI: Membantu DPR atau Merampas Hak DPR? (16 Juli 2001)
New Economy - Kisah e-Srikandi di Puncak (16 Juli 2001)
New Economy - Mereka Para Wanita Bernyali Tinggi (16 Juli 2001)
New Economy - "Saya Bisa Lembut dan Keras" (16 Juli 2001)
New Economy - Wanita juga Berani Ambil Risiko (16 Juli 2001)
New Economy - "Tidak Semua Mengalami Penurunan" (9 Juli 2001)
New Economy - Kecil, Belia tetapi Berambisi Besar (9 Juli 2001)
Liputan Utama - Cetak Bank Nasional Terbaik (9 Juli 2001)
Liputan Utama - "Gaji di BUMN Lain belum Sebesar Kami" (9 Juli 2001)
Liputan Utama - Yang Mahal dan tak Tersentuh (9 Juli 2001)
Liputan Utama - "Astra Sudah seperti Bayi Saya Sendiri" (9 Juli 2001)
New Economy - e-KKN di Depkeh HAM? (9 Juli 2001)
New Economy - Ketika yang Besar dan yang Kecil Berbagi Untung (9 Juli 2001)
New Economy - Tidak Ada Perubahan Gaji! (9 Juli 2001)
Liputan Utama - "Tahun Ini Gaji Naik 60%" (9 Juli 2001)
Kolom - E-Government; Masih Sekadar Papan Pengumuman (9 Juli 2001)
e-Commerce - Belajar Menulis di Internet (9 Juli 2001)
Kolom - E-Government; Masih Sekadar Papan Pengumuman (9 Juli 2001)
e-Company - Tak Mau Sekadar Gede tapi Kosong (9 Juli 2001)
Entrepreneur - Pak Haji di Sarang Optima (9 Juli 2001)
Liputan Utama - Eksekutif Termahal di Antara yang Mahal (9 Juli 2001)
Sorotan - 3G NTT DoCoMo (9 Juli 2001)
e-Commerce - Nonton Film Sambil Berjalan (9 Juli 2001)
Prokon - Kebijakan Kenaikan Tarif Tol: Keharusan atau Ikut-ikutan? (9 Juli 2001)
Komentar Ekonomi - Komersialisasi Riset (9 Juli 2001)
New Economy - Layu Sebelum Berkembang (9 Juli 2001)
Komentar Ekonomi - Repatriasi Ekspor (2 Juli 2001)
New Economy - Masihkah Sekadar Mimpi Indah? (2 Juli 2001)
Liputan Utama - "Akan Dijadikan Virtual Distribution Network" (2 Juli 2001)
Liputan Utama - Dari Motor sampai Superwarnet (2 Juli 2001)
Liputan Utama - Tarif, Kecepatan, Lalu ...? (2 Juli 2001)
Liputan Utama - Rini Soewandi, Selamat Datang di Kancah Bisnis warnet Indonesia (2 Juli 2001)
Ekonomi Umum - Melejit Dikelola Generasi Ketiga (2 Juli 2001)
Ekonomi Umum - Balindo Menantang Christie's (2 Juli 2001)
New Economy - Saudara Kembar KepMenHub No. 19/2001 (2 Juli 2001)
New Economy - Satu Alat, Satu Bahasa (2 Juli 2001)
Prokon - Peradilan Pajak: Di Depkeu atau di Mahkamah Agung? (2 Juli 2001)
Sorotan - Sulap di Pasar Modal (2 Juli 2001)
Kolom - Mencari Bentuk Badan Regulasi Telekomunikasi (2 Juli 2001)
Kolom - Hadiah Utama yang terlalu Menarik (2 Juli 2001)
e-Commerce - Hemat Lewat Linux (2 Juli 2001)
e-Karir - Saya Dituduh Mau "Beternak" Komputer (2 Juli 2001)
Profil - Mencari Keselarasan dalam Gerak dan Profesi (2 Juli 2001)
New Economy - Bertahan Ditengah Badai (2 Juli 2001)
Ekonomi Umum - Membajak Nasabah Lewat Diskon Bunga (25 Juni 2001)
Ekonomi Umum - Bisnis yang Membidik para Pemeluk Agama (25 Juni 2001)
Ekonomi Umum - "APBN Menjadi Prioritas" (25 Juni 2001)
Liputan Utama - Menciptakan Desa Global Lewat Telepon Satelit (25 Juni 2001)
Liputan Utama - Berawal dari Satelit Bekas (25 Juni 2001)
Liputan Utama - Menghitung Peruntungan Sampai ke Desa (25 Juni 2001)
Liputan Utama - "Mencapai 50.000 Desa pada 2002!" (25 Juni 2001)
Liputan Utama - Telkom masih Punya Hak Eksklusif (25 Juni 2001)
Kolom - Jangan Remehkan Potensi Pasar di Sektor UKM! (25 Juni 2001)
New Economy - Dotcom Terancam di Bursa (25 Juni 2001)
Liputan Utama - "Justru Memberi Nilai bagi Indosat!" (25 Juni 2001)
Inovasi - Ketika TI Mengubah Jalan Hidup Saya (25 Juni 2001)
New Economy - Kiat dan Prospeknya (25 Juni 2001)
New Economy - Bagaikan Kain dan Penjahit (25 Juni 2001)
Komentar Ekonomi - e-Scale (25 Juni 2001)
Prokon - Menggugat Keberadaan Bank Ekspor Indonesia (25 Juni 2001)
Sorotan - Wade (25 Juni 2001)
e-Commerce - Membangun Kepercayaan dalam e-Commerce (25 Juni 2001)
e-Company - Ketika Teknologi Informasi Menuntut Hewlett-Packard (25 Juni 2001)
e-Commerce - Optical Chip: Secemerlang Cahaya (25 Juni 2001)
New Economy - "Oportunitas Bisnis Implementor Software sangat Besar" (25 Juni 2001)
Profil - Si Bandel yang Dinaungi Dewi Fortuna (25 Juni 2001)
New Economy - Dari Gosip Politik sampai Gambar Syur (18 Juni 2001)
New Economy - Akibat Kerja Sama, Pihak Lain Menderita (18 Juni 2001)
New Economy - Saat Menyewa Menjadi Pilihan Yang Lebih Baik (18 Juni 2001)
New Economy - Profil Perusahaan Penyedia Data Center (18 Juni 2001)
Ekonomi Umum - Invasi Asing ke Bank-bank Lokal (18 Juni 2001)
Liputan Utama - Jakob Oetama, Sang Filsuf di Tengah Kotornya Bisnis (18 Juni 2001)
Liputan Utama - Sebagian Bertahan, Lainnya Terseok (18 Juni 2001)
Liputan Utama - "Pandai-pandai Membawa Diri, bukan Menjual Diri" (18 Juni 2001)
New Economy - Trafik Naik, Lalu Lintas Padat (18 Juni 2001)
Ekonomi Umum - "Tidak Perlu Khawatir Berlebihan" (18 Juni 2001)
e-Commerce - Konsultan Modal Dengkul (18 Juni 2001)
e-Commerce - Dari Satu ke 24 (18 Juni 2001)
Komentar Ekonomi - Akademia dan Industri (18 Juni 2001)
Kolom - Siapa Bilang Dotcom Indonesia Hancur? (18 Juni 2001)
Profil - Tidak Mau Memberati Orang Tua (18 Juni 2001)
Kolom - Dicari Operator Kreatif! (18 Juni 2001)
e-Company - Pemasok Satpam untuk e-Business (18 Juni 2001)
e-Karir - Saya Seorang Eksekutif yang Gila Kerja (18 Juni 2001)
Sorotan - Kembali ke Setrika Arang? (18 Juni 2001)
Prokon - Benarkah PT Telkom Membohongi Publik dalam Kenaikan Pulsa 21,67%? (18 Juni 2001)
Liputan Utama - Regenerasi dan Anak Emas (18 Juni 2001)
Prokon - Bapepam: Berdiri Sendiri dan Langsung di Bawah Presiden atau Satu (11 Juni 2001)
New Economy - Sebuah Hobi yang Berujung Manis (11 Juni 2001)
Liputan Utama - "Kalau Kami Kesulitan Pasti Ada Bantuan dari Grup" (11 Juni 2001)
Liputan Utama - Kapten-kapten e-Business Grup Lippo (11 Juni 2001)
Liputan Utama - Kapten-kapten Lippo Melawan Badai Dotcom (11 Juni 2001)
Ekonomi Umum - "Kami Diminta Berkorban" (11 Juni 2001)
Ekonomi Umum - Kebijakan yang Berakibat Fatal (11 Juni 2001)
Ekonomi Umum - Matahari Menanti Matahari Baru (11 Juni 2001)
New Economy - Linux Membesar, Kami juga Membesar (11 Juni 2001)
Kolom - Aturan Beriklan di Internet (11 Juni 2001)
New Economy - Jurus Penguin Menerobos Jendela (11 Juni 2001)
e-Commerce - Membangun Citra dalam Bisnis Internet (11 Juni 2001)
Komentar Ekonomi - Tanpa IMF (11 Juni 2001)
Inovasi - Hati Penuh dengan Inspirasi (11 Juni 2001)
e-Company - Selamanya akan Menjadi Jembatan (11 Juni 2001)
Entrepreneur - Arsitek yang Jago Internet (11 Juni 2001)
Entrepreneur - Masa Depannya Ada di Bisnis MLM (11 Juni 2001)
Profil - Sentuhan Raja Midas pada Makro Asia (11 Juni 2001)
Sorotan - Kemerdekaan Informasi (11 Juni 2001)
Liputan Utama - "Memadukan Click dan Brick" (11 Juni 2001)
New Economy - Menunggu Bangkitnya e-Commerce B2B Indonesia (4 Juni 2001)
Liputan Utama - "Pendapatan Banyak Kami Peroleh dari Warnet" (4 Juni 2001)
Liputan Utama - Akan Beraksi pada Tahun ini (4 Juni 2001)
Liputan Utama - Menit-menit yang Menghasilkan Duit (4 Juni 2001)
Liputan Utama - Terus Menangguk Rupiah di Saat yang Lain Susah (4 Juni 2001)
Ekonomi Umum - Harry Termakan Omongan Sendiri (4 Juni 2001)
Ekonomi Umum - Seni Membidik Pasien VIP (4 Juni 2001)
New Economy - B2B or not B2B: Bagaimana di Indonesia? (4 Juni 2001)
New Economy - Menyongsong Era Globalisasi (4 Juni 2001)
Liputan Utama - "Mengakuisisi lagi? Mengapa tidak?" (4 Juni 2001)
Kolom - B2B or not B2B: Bagaimana di Indonesia? (4 Juni 2001)
Prokon - Campur Tangan Pemerintah dalam Sengketa Bisnis: Dibenarkan atau (4 Juni 2001)
Sorotan - eGossip (4 Juni 2001)
e-Commerce - Berpindah tanpa Kehilangan Tempat (4 Juni 2001)
e-Commerce - Trik dan Tip Ber-SOHO (4 Juni 2001)
Profil - Hidup dari Mengkomunikasikan Data (4 Juni 2001)
e-Karir - Guru Piano yang Haus Tantangan (4 Juni 2001)
e-Company - Transaksi Maya Diraih Melalui Proses Panjang (4 Juni 2001)
Komentar Ekonomi - Footloose (4 Juni 2001)
Kolom - Impian yang Jadi Kenyataan (4 Juni 2001)
Liputan Utama - "Semua Kreditur harus Duduk Bersama" (28 Mei 2001)
New Economy - Dari Warung Sampai Amazon.Com (28 Mei 2001)
New Economy - Tren e-Travel di Indonesia dan Pengalaman Travoo (28 Mei 2001)
New Economy - Supaya CRM Lebih Membumi (28 Mei 2001)
Ekonomi Umum - Terbang tanpa Parasut (28 Mei 2001)
Liputan Utama - Wajah Ganda Eka Tjipta (28 Mei 2001)
Liputan Utama - Bugar Fisiknya, tidak Bicaranya (28 Mei 2001)
Liputan Utama - Terbiasa dengan Big Ball Game (28 Mei 2001)
Liputan Utama - Empat Putra Penerus Bisnis (28 Mei 2001)
New Economy - Saatnya untuk Berubah (28 Mei 2001)
Liputan Utama - Pil Pahit di Usia Uzur (28 Mei 2001)
e-Company - Dari Bandung (Ingin) Menembus Dunia (28 Mei 2001)
New Economy - Beradu Strategi, Berebut Pasar (28 Mei 2001)
Entrepreneur - Saya Ingin Menjadi Bill Gates Indonesia (28 Mei 2001)
Profil - "Ular jangan Lepas dari Kandang" (28 Mei 2001)
Kolom - Tren e-Travel di Indonesia dan Pengalaman Travoo (28 Mei 2001)
e-Commerce - Perubahan Model Distribusi (28 Mei 2001)
Sorotan - IMF (28 Mei 2001)
Prokon - Kenaikan PKB: Demi APBD atau Kepentingan Birokrat? (28 Mei 2001)
Komentar Ekonomi - Larangan Diskriminasi (28 Mei 2001)
New Economy - Penyedia Reservasi Maya pun Berbenah (28 Mei 2001)
e-Commerce - Bersiap Memangsa Pasar PC (28 Mei 2001)
New Economy - "Kami adalah yang Pertama" (28 Mei 2001)
Ekonomi Umum - Dulu Lawan, Sekarang Kawan (21 Mei 2001)
New Economy - Ketika Menyewa Lebih Murah (21 Mei 2001)
New Economy - Kepuasan Diperoleh dengan Cara Membeli (21 Mei 2001)
New Economy - Transaksi yang Perlu Hati-hati (21 Mei 2001)
New Economy - Memilih ASP di Indonesia (21 Mei 2001)
New Economy - "Nilai Transaksi Naik 150%" (21 Mei 2001)
New Economy - "Perusahaan Besar juga Tertarik" (21 Mei 2001)
Komentar Ekonomi - Mendekati Global Optimum (21 Mei 2001)
Prokon - Independensi BI: Bebas dari Orang Parpol? (21 Mei 2001)
New Economy - "Sebagian Besar masih Konvensional!" (21 Mei 2001)
Kolom - Mencari Peluang di Balik Inpres Telematika (21 Mei 2001)
New Economy - Tambahan Distribution Channel (21 Mei 2001)
Liputan Utama - Menggandeng Orang-orang Kaya Berbisnis (21 Mei 2001)
Kolom - Memilih ASP di Indonesia (21 Mei 2001)
e-Commerce - Membuat Web Server Sendiri (21 Mei 2001)
Inovasi - Sayap-sayap Diri Sejati (21 Mei 2001)
e-Company - Membuka Pintu-pintu New Economy (21 Mei 2001)
Entrepreneur - Saya Ingin Kopitime Menjadi Yahoo! Indonesia (21 Mei 2001)
Profil - Kesempatan tak Datang Dua Kali (21 Mei 2001)
Sorotan - Pemerintah & RUU Penyiaran (21 Mei 2001)
e-Commerce - Resep Jitu Memilah Foto (21 Mei 2001)
Liputan Utama - "Kita Harus Bisa Menjual!" (14 Mei 2001)
Ekonomi Umum - Dari Kartel ke Kartel (14 Mei 2001)
Ekonomi Umum - "Mereka Membayar Agen...." (14 Mei 2001)
Kolom - Hukum Telematika atau Hukum Telekomunikasi? (14 Mei 2001)
Liputan Utama - Upaya Bertahan Setiap Detik (14 Mei 2001)
Liputan Utama - "Kita Harus Bisa Menjual" (14 Mei 2001)
Liputan Utama - Online Hanyalah Tools Penunjang (14 Mei 2001)
Liputan Utama - Kami Bertahan di Bidang Hiburan (14 Mei 2001)
Liputan Utama - "Tujuannya untuk Memperbesar Tabungan" (14 Mei 2001)
Ekonomi Umum - Kasih Tempo buat Koran Tempo (14 Mei 2001)
Liputan Utama - Orang Asing Dibidik, Keruntuhan pun Ditepis (14 Mei 2001)
Sorotan - Hari Buruh dan Gebrakan Nike (14 Mei 2001)
e-Commerce - P2P: Maraknya Tukar-menukar Lewat Komputer (14 Mei 2001)
New Economy - "Kami Masuk TI atas Desakan Klien" (14 Mei 2001)
Entrepreneur - Laris dengan Strategi Untung Tipis (14 Mei 2001)
e-Commerce - Perlakuan Pajak dalam e-Commerce (14 Mei 2001)
Prokon - Bank-bank Sakit: Haruskah Mereka Kawin? (14 Mei 2001)
Komentar Ekonomi - Lembah Silikon (14 Mei 2001)
Liputan Utama - Skenario Besar di Balik Goyangnya Detik.com (14 Mei 2001)
New Economy - Dan Bisnis Konsultan TI pun kian Ramai (14 Mei 2001)
New Economy - Pasar yang tidak akan Habis (14 Mei 2001)
New Economy - "Kami tidak Memulai dari Nol" (14 Mei 2001)
e-Company - Setelah Jaringan Data Dikuasai, Aplikasi Mulai Dijajaki (14 Mei 2001)
Liputan Utama - Komentar Mas Wigrantoro, mantan TKI TI di AS (7 Mei 2001)
Ekonomi Umum - Simalakama Kebijakan Uang Ketat (7 Mei 2001)
Ekonomi Umum - "Jangan Ulangi Kesalahan Lama" (7 Mei 2001)
Liputan Utama - Menunggu sang Aset tak Tampak Datang (7 Mei 2001)
Liputan Utama - Bergaji Besar di Negeri Orang (7 Mei 2001)
Liputan Utama - Yang Asing yang Dibayar Mahal (7 Mei 2001)
Liputan Utama - "Saya Mengelola Remote Worker" (7 Mei 2001)
Liputan Utama - Fenomena Brain Drain atau Brain Reserve? (7 Mei 2001)
Ekonomi Umum - Hero Menantang Carrefour (7 Mei 2001)
Ekonomi Umum - "Target Kami bukan Nilai Tukar" (7 Mei 2001)
e-Company - Melaju dengan Strategi Kolaborasi (7 Mei 2001)
e-Commerce - Roaming bukan lagi Hantu (7 Mei 2001)
Sorotan - Mengubah Impian Menjadi Profit (7 Mei 2001)
Prokon - Negosiasi Gagal: Bisakah PLN Tutup Kontrak Listrik Swasta? (7 Mei 2001)
Komentar Ekonomi - Stabilisasi Rupiah (7 Mei 2001)
Kolom - Mencari Format yang Ideal (7 Mei 2001)
Kolom - Fenomena Brain Drain atau Brain Reserve? (7 Mei 2001)
e-Commerce - Alternatif Berkarier di Dunia TI (7 Mei 2001)
New Economy - Ada yang Naik, Ada yang Turun (7 Mei 2001)
New Economy - "Samsung Ingin Menggeser Ericsson dan Motorola" (7 Mei 2001)
Ekonomi Umum - "Jangan Ulangi Kesalahan Lama" (7 Mei 2001)
New Economy - "Samsung Ingin Menggeser Ericsson dan Motorola" (7 Mei 2001)
Liputan Utama - "Untuk Apa Kabur dari Sini kecuali Diusir?" (30 April 2001)
New Economy - Cari Siasat atau Mati (30 April 2001)
New Economy - Kantor Maya bagi Eksekutif Nyata (30 April 2001)
New Economy - Ketika Era 9 to 5 Dianggap Usang (30 April 2001)
Liputan Utama - Mengejar Konsumen ke Negaranya (30 April 2001)
Liputan Utama - Ke Luar Negeri Mengail Investasi (30 April 2001)
Liputan Utama - Sampoerna tak pernah Basa-basi (30 April 2001)
New Economy - B2B di Simpang Jalan (30 April 2001)
Liputan Utama - Ekspansi Surut semenjak Krisis (30 April 2001)
Liputan Utama - Cara Gerilya Produsen Procold (30 April 2001)
e-Commerce - Mari Menulis di Layar (30 April 2001)
Liputan Utama - "Saya tidak Takut Bersaing" (30 April 2001)
New Economy - "B2B Kami Lebih Kencang Lajunya" (30 April 2001)
Kolom - Amankan Masa Depan Anda (30 April 2001)
e-Company - Mengubah Fokus untuk Arungi New Economy (30 April 2001)
e-Commerce - Pengakuan Penghasilan (30 April 2001)
Sorotan - Pasar Tradisional vs Modern (30 April 2001)
Prokon - Tepatkah TMP untuk Perkuat Rupiah? (30 April 2001)
Komentar Ekonomi - E-Learning bukan Alternatif (30 April 2001)
New Economy - Mengelak dari Suratan Nasib (30 April 2001)
New Economy - Model Bisnis Portal e-Commerce B2B (30 April 2001)
e-Karir - Sebelumnya Saya tidak Pernah Berpikir akan Sampai di Puncak (30 April 2001)
Liputan Utama - Revolusi Bisnis Komunikasi Singkat dan Murah (23 April 2001)
Ekonomi Umum - Ada yang Panik karena Kurs (23 April 2001)
Ekonomi Umum - "Lempar Handuk" sebelum Akhir Tahun (23 April 2001)
Ekonomi Umum - "Bank Swasta Rendah CAR-nya" (23 April 2001)
Liputan Utama - Apa itu SMS? (23 April 2001)
Liputan Utama - Serupa namun tak Identik (23 April 2001)
Liputan Utama - Si Kecil Berupaya Meraih Umat (23 April 2001)
Liputan Utama - Mencoba Bertahan dengan Inovasi (23 April 2001)
Liputan Utama - "Bisa Jadi Bagus, Bisa juga tidak" (23 April 2001)
Komentar Ekonomi - Badai Sempurna (23 April 2001)
Liputan Utama - "Kami Harus Ikuti Kemauan Pasar" (23 April 2001)
Prokon - Perlukah Exxon Diambil Alih? (23 April 2001)
Sorotan - Lebih Dekat (23 April 2001)
e-Company - Kembali ke Bisnis Inti demi Meraih Untung (23 April 2001)
Entrepreneur - "Saya pernah Membuat Jembatan Sepanjang Tiga Ratus Meter" (23 April 2001)
Inovasi - Bulan dalam Baskom (23 April 2001)
Kolom - SMS Membangun Industri m-Commerce Indonesia (23 April 2001)
e-Commerce - Belajar Internet Melalui Istilah Internet (23 April 2001)
e-Commerce - Benda (Detail) Mati pun Menjadi Bayangan Hidup (23 April 2001)
Ekonomi Umum - Bertukar Peran, Permana pun Ditukar? (23 April 2001)
Ekonomi Umum - "Semata untuk Penghematan" (23 April 2001)
New Economy - Co.id Terlalu Sulit Prosesnya! (16 April 2001)
Ekonomi Umum - Cobaan Bertubi di Bulan April (16 April 2001)
Ekonomi Umum - Persoalan Harga, Wewenang Perusahaan (16 April 2001)
Ekonomi Umum - "Dalam Waktu Dekat akan Dievaluasi" (16 April 2001)
Liputan Utama - ...Ramalan Masa Depan Perusahaan Telekomunikasi (16 April 2001)
Liputan Utama - Bisa Murah tetapi Ada Masalah (16 April 2001)
Liputan Utama - Murah Pulsanya, Murah pula Kualitas Suaranya (16 April 2001)
Liputan Utama - "Telkom Bisa Menjadi yang Terkuat di Bisnis VoIP" (16 April 2001)
Ekonomi Umum - Galau Menjelang Tenggat (16 April 2001)
Liputan Utama - "Punya Kita seperti Pesawat F-16" (16 April 2001)
e-Company - Kalau Sun Ingin Mendotcomkan Dunia (16 April 2001)
e-Karir - Saya masih Memiliki Banyak Impian (16 April 2001)
e-Commerce - Pemasaran Melalui Internet (16 April 2001)
New Economy - Ketika Nama Jadi Bisnis Spekulasi (16 April 2001)
Sorotan - Milton Friedman Menolak Pajak (16 April 2001)
Liputan Utama - Kian Murah dan Meriah tetapi juga Membuat Gerah (16 April 2001)
Prokon - Haruskah Tarif Pulsa Telepon Naik? (16 April 2001)
Profil - Pengabdi Setia di Roche (16 April 2001)
Komentar Ekonomi - Pengawasan Harga (16 April 2001)
New Economy - Karena Nama sangat Berharga (16 April 2001)
e-Commerce - Gunakan Telunjuk Anda untuk Menggantikan Mouse (16 April 2001)
New Economy - "Dari Luar Negeri juga Kami Layani" (9 April 2001)
New Economy - Ketika Kemewahan Jadi Lumrah (9 April 2001)
New Economy - Pilih PDA atau Ponsel? (9 April 2001)
New Economy - "Waiting List sampai Tiga Bulan" (9 April 2001)
New Economy - Tukang Obat Maya dan Pasien Nyata (9 April 2001)
New Economy - Resep pun Bisa Online (9 April 2001)
Ekonomi Umum - Bujet Nasional dalam Bahaya (9 April 2001)
Ekonomi Umum - "APBN Terganggu kalau Kami tak Capai Target" (9 April 2001)
Liputan Utama - Untung Ada Prinsipal (9 April 2001)
New Economy - Lebih Istimewa tapi Kalah Bersaing (9 April 2001)
Liputan Utama - Coca-Cola Wujudkan Impian (9 April 2001)
Liputan Utama - "Mereka ingin Memperkuat Distribusi" (9 April 2001)
Liputan Utama - Asing Tertarik Barang Murah (9 April 2001)
Inovasi - Wajah di Balik Wajah (9 April 2001)
New Economy - Berlomba Menuai Pelanggan (9 April 2001)
Liputan Utama - "Minat itu Dilihat dari Approval" (9 April 2001)
e-Karir - Semua Saya Lakukan karena Punya Ambisi (9 April 2001)
Kolom - Telepon Selular: Konsolidasi dan Transisi (9 April 2001)
Inovasi - Wajah di Balik Wajah (9 April 2001)
Sorotan - Pusat Informasi Daerah (9 April 2001)
Prokon - Kenaikan HJE Rokok: Terlalu Besar atau terlalu Kecil (9 April 2001)
Komentar Ekonomi - Lompatan ke Depan (9 April 2001)
Entrepreneur - Semua Saya Lakukan karena Punya Ambisi (9 April 2001)
e-Commerce - Runtuhnya Model Usaha B2C (9 April 2001)
e-Company - Penyaji Data Seketika untuk Keputusan Seketika (9 April 2001)
e-Commerce - Tak Sekadar Buku Telepon Konvensional (9 April 2001)
Sorotan - Pusat Informasi Daerah (9 April 2001)
Liputan Utama - "Punya Saya Kecil tetapi Dalam" (2 April 2001)
Ekonomi Umum - Menertibkan Raksasa-raksasa Nonprofit (2 April 2001)
Ekonomi Umum - "Kami Tidak Seperti yang Lain" (2 April 2001)
Ekonomi Umum - Perkuat Sinergi demi Menguasai Pasar (2 April 2001)
Liputan Utama - Adu Cepat Kuasai Bisnis Warnet (2 April 2001)
Liputan Utama - Persaingan Bisnis Warnet (2 April 2001)
Liputan Utama - Pemerintah pun Ikut Turun Tangan (2 April 2001)
Liputan Utama - "Internet Center Berikan Keuntungan Lebih" (2 April 2001)
Liputan Utama - "Selama masih Melihat Langit" (2 April 2001)
Komentar Ekonomi - Uniformitas yang Menciptakan Perbedaan (2 April 2001)
Liputan Utama - Mekar di Warung-warung (2 April 2001)
Profil - Telanjur Jadi "Dokter Farmasi" (2 April 2001)
New Economy - "Sebaiknya Di-rebuilt Dulu" (2 April 2001)
New Economy - PC Bekas Dibuang Sayang (2 April 2001)
e-Commerce - Merevolusi Total Kinerja Printer (2 April 2001)
e-Karir - Meraup Untung dari Bisnis Kemasan (2 April 2001)
e-Karir - Mengantarkan Telkom ke Dunia E-Commerce (2 April 2001)
Kolom - Revolusi Stephen King dan Nabi Musa (2 April 2001)
e-Company - Jika Samsung Jadi Sponsor Digital Era (2 April 2001)
Sorotan - Lahan (New) Economy yang Dijanjikan (2 April 2001)
Prokon - Menimbang Efektivitas DPR Ikut Mengawasi BPPN (2 April 2001)
e-Commerce - Pemilihan Produk (2 April 2001)
Liputan Utama - Berkompetisi secara Global (26 Maret 2001)
Liputan Utama - Jasa Penghibur Sungguh Menggiurkan (26 Maret 2001)
Liputan Utama - "Mereka Kelompok Terpandang" (26 Maret 2001)
Liputan Utama - Nonlitigasi Lebih Tajir (26 Maret 2001)
Liputan Utama - Hidup Mapan dengan Kerja Sambilan (26 Maret 2001)
Liputan Utama - Rezeki Melimpah dari Restrukturisasi (26 Maret 2001)
Liputan Utama - Menangkap "Kepala" Menangguk Dolar (26 Maret 2001)
Liputan Utama - "Kami Menjadikan Perusahaan Benar-benar Sehat" (26 Maret 2001)
Liputan Utama - MLM Bikin Makin Peduli Sesama (26 Maret 2001)
Liputan Utama - Tidak Ingin Merentalkan Hidup (26 Maret 2001)
Liputan Utama - "Programmer paling Besar Bayarannya" (26 Maret 2001)
Liputan Utama - Inilah Profesi-profesi Pencetak Dolar (26 Maret 2001)
Liputan Utama - Masih Terima 10 Telur Ayam (26 Maret 2001)
e-Karir - Ingin Membentuk Entrepreneur TI yang Tangguh (26 Maret 2001)
Ekonomi Umum - Berniaga di Pengadilan Niaga (26 Maret 2001)
e-Commerce - Tak Perlu lagi Melirik Stop Kontak (26 Maret 2001)
Kolom - Banderol Profesi di Era New Economy (26 Maret 2001)
Inovasi - Sampah di Sana, Pupuk di Sini (26 Maret 2001)
Sorotan - Waspadalah (26 Maret 2001)
New Economy - Yang Gratis, yang Diminati (26 Maret 2001)
Komentar Ekonomi - Liberalisasi untuk Siapa? (26 Maret 2001)
New Economy - Menjaga Wilayah Rahasia (26 Maret 2001)
New Economy - Konsumen Tetap Ingin Nyaman (26 Maret 2001)
New Economy - Maka e-Mail pun Di-outsourcing (26 Maret 2001)
Prokon - Kok Baru Sekarang Meminta BUMN Melepas Dolarnya? (26 Maret 2001)
e-Commerce - Membuat Infrastruktur Internet Sendiri (26 Maret 2001)
New Economy - Melirik Bisnis Sekolah Dunia Maya (12 Maret 2001)
Ekonomi Umum - Pemain Asing Merajai (12 Maret 2001)
Ekonomi Umum - "Sekarang sedang Bangkit" (12 Maret 2001)
Ekonomi Umum - Mendulang Utang di Gelora Senayan (12 Maret 2001)
Ekonomi Umum - Instrumen ini Mengandalkan Kepercayaan (12 Maret 2001)
Liputan Utama - Titik-titik Persaingan Telkom versus Indosat (12 Maret 2001)
Liputan Utama - Tukar-menukar Senjata demi Sebuah Duel (12 Maret 2001)
New Economy - Dari Kristal Menuju Komputer (12 Maret 2001)
Entrepreneur - Mencari Fulus dari Limbah Beracun (12 Maret 2001)
Liputan Utama - Akan Menerapkan GSM 1800 Tahun ini (12 Maret 2001)
Inovasi - Bunga Hidup tanpa Kata-kata (12 Maret 2001)
e-Karir - Saya Pernah Menjadi Penangkap Cacing (12 Maret 2001)
Liputan Utama - "Kami akan Bermain di Multimedia!" (12 Maret 2001)
e-Commerce - Merias Tampilan Warna Ponsel WAP (12 Maret 2001)
e-Commerce - Mengapa Harus Membajak? (12 Maret 2001)
e-Company - Ketika Kamar Mandi Pindah ke Kamar Tidur (12 Maret 2001)
Komentar Ekonomi - Anomali AFTA (12 Maret 2001)
Prokon - Betulkah Membudidayakan Kapas Transgenik Menguntungkan? (12 Maret 2001)
Sorotan - RUU Penyiaran (12 Maret 2001)
New Economy - Mengantarkan Suara hingga ke Ujung Bumi (12 Maret 2001)
New Economy - Dari Lokal Menuju Global (5 Maret 2001)
New Economy - "Dulu Semuanya Tergantung Honor!" (5 Maret 2001)
Ekonomi Umum - Semoga bukan cuma Ganti Baju (5 Maret 2001)
Ekonomi Umum - Membendung Keluarnya Surat Utang Daerah (5 Maret 2001)
Liputan Utama - Bertahan Hidup di Sarang Penyamun Internet (5 Maret 2001)
Liputan Utama - Strategi Mengatasi Cybercrime (5 Maret 2001)
Liputan Utama - Bisa Menolong, Bisa juga Mencelakakan (5 Maret 2001)
Liputan Utama - Si Kecil yang Menyebalkan (5 Maret 2001)
New Economy - Dari Bemo Menjadi Ferrari (5 Maret 2001)
Liputan Utama - Dan Hukum pun tak Berdaya (5 Maret 2001)
e-Karir - "Saya Pernah Divonis Mati" (5 Maret 2001)
Entrepreneur - Filsuf di Puncak Air Mancur (5 Maret 2001)
New Economy - Menuju Bandung Lautan TI (5 Maret 2001)
e-Commerce - Literatur Linux (5 Maret 2001)
Profil - Filsuf di Puncak Air Mancur (5 Maret 2001)
Kolom - Otak Encer Lokal Berorientasi Global (5 Maret 2001)
e-Company - Karena IT Minded Sang Pendiri (5 Maret 2001)
Entrepreneur - Si Unyil yang Enak Dikunyah (5 Maret 2001)
Sorotan - Menjual BUMN = Membuang Beban (5 Maret 2001)
Prokon - Jika Bankir Dilarang Punya Hubungan Darah dengan Pemilik (5 Maret 2001)
Komentar Ekonomi - Ekonomi Baru dan Low-trust Society (5 Maret 2001)
Ekonomi Umum - Menumpas Mafia Kuota (26 Februari 2001)
New Economy - Dari Remote Trading ke Online Trading (26 Februari 2001)
New Economy - Kini Pusatnya pada Manusia (26 Februari 2001)
Ekonomi Umum - Menumpas Mafia Kuota (26 Februari 2001)
New Economy - Jika Bursa Kehilangan Lantai (26 Februari 2001)
Ekonomi Umum - "Beri Sanksi bagi Setiap Pelanggar" (26 Februari 2001)
Ekonomi Umum - Berebut Kue BEJ (26 Februari 2001)
Liputan Utama - "Kita Tetap Menganut Rezim Devisa Bebas" (26 Februari 2001)
Liputan Utama - Kandang Rupiah belum Kukuh (26 Februari 2001)
Liputan Utama - Negara Jiran Mendikte Pasar (26 Februari 2001)
New Economy - Pengadilan yang Merenggut "Surga Musik" (26 Februari 2001)
e-Commerce - E-Commerce Indonesia pada 2010 (26 Februari 2001)
Entrepreneur - Jins Rahmat Hadir di Setiap Pojok Kampus (26 Februari 2001)
New Economy - MP3 dan Napster: Simalakama bagi Industri Rekaman (26 Februari 2001)
Kolom - E-Government dan Otonomi Daerah (26 Februari 2001)
e-Company - Berdamai dengan New Economy (26 Februari 2001)
e-Commerce - Menyulap Bahasa Asing Menjadi Bahasa Kita (26 Februari 2001)
Inovasi - "Dan", Sebuah Spirit Membahagiakan (26 Februari 2001)
Entrepreneur - Mengangkat Isu Gender lewat Statistik (26 Februari 2001)
e-Karir - Si Rocky yang Tersesat (26 Februari 2001)
Sorotan - i-Mobile Mamiko (26 Februari 2001)
Prokon - Ayam Impor dari AS Murah tapi tanpa Dada (26 Februari 2001)
Komentar Ekonomi - Kompetisi & Kolaborasi Sama Kuat (26 Februari 2001)
Kolom - Dari Remote Trading ke Online Trading (26 Februari 2001)
Liputan Utama - Persaingan akan Ramai (19 Februari 2001)
Ekonomi Umum - Bagi-bagi Harta Sinar Mas (19 Februari 2001)
Liputan Utama - Berharap dari Kotak Ajaib Kedua (19 Februari 2001)
Liputan Utama - Jadi Lambat karena Pajak (19 Februari 2001)
Liputan Utama - Kotak yang memang Top! (19 Februari 2001)
Liputan Utama - Selamat Datang TV Digital, TV Interaktif (19 Februari 2001)
Liputan Utama - Internet dari Atas Langit (19 Februari 2001)
Liputan Utama - "Bill Gates pun mungkin Terlibat" (19 Februari 2001)
Liputan Utama - Habis Tahun Telematika, Terbitlah Genetika (19 Februari 2001)
New Economy - ERP: Solusi untuk Efisiensi (19 Februari 2001)
Liputan Utama - Prospek Baik karena Penetrasi TV Bagus (19 Februari 2001)
Entrepreneur - Menciptakan Orang Kaya supaya Lebih Kaya (lagi) (19 Februari 2001)
Ekonomi Umum - Setelah Indosiar Benar-benar "Untuk Anda" (19 Februari 2001)
New Economy - Faktor Budaya sebagai Kendala Utama (19 Februari 2001)
e-Commerce - Polemik 2,4 gHz (19 Februari 2001)
Entrepreneur - Ingin Hadir di Seluruh Provinsi (19 Februari 2001)
Entrepreneur - Anak Emas yang Pernah Disingkirkan (19 Februari 2001)
Sorotan - Public Opinion (19 Februari 2001)
Prokon - T-bill: Menarikkah bagi Investor? (19 Februari 2001)
Komentar Ekonomi - Spekulasi (19 Februari 2001)
New Economy - Ramai-ramai Berebut Proyek Software Terpadu (19 Februari 2001)
e-Commerce - Selamat Datang Kamus Ajaib (19 Februari 2001)
New Economy - Bermain di Bisnis Permainan (12 Februari 2001)
Liputan Utama - Produsen Elektronik belum Puas (12 Februari 2001)
New Economy - Sebuah Ruang untuk Bermain (12 Februari 2001)
Ekonomi Umum - Bursa Sepi, Sekuritas Pilih Dagang Kursi (12 Februari 2001)
Ekonomi Umum - Antrean Penyewa makin Panjang (12 Februari 2001)
Liputan Utama - Reformasi Perpajakan masih Butuh Reformasi (12 Februari 2001)
Liputan Utama - Baru Siuman Sudah Ditonjok lagi (12 Februari 2001)
Entrepreneur - Terkena Hipnotis Teknologi (12 Februari 2001)
Liputan Utama - Orang Bijak (tak) Bayar Pajak Ganda (12 Februari 2001)
Liputan Utama - Konsumen lagi (yang) Menangis (12 Februari 2001)
Liputan Utama - Direm Saat Baru Melaju Kencang (12 Februari 2001)
Liputan Utama - Kejarlah Pajak sampai ke Dapur (12 Februari 2001)
e-Commerce - Broadcast Radio dan TV di Internet (12 Februari 2001)
e-Commerce - Selamat Datang Kamus Ajaib (12 Februari 2001)
e-Company - Menciptakan Software yang Simple tapi Efektif (12 Februari 2001)
e-Karir - Terkena Hipnotis Teknologi (12 Februari 2001)
Sorotan - Valentine (12 Februari 2001)
Komentar Ekonomi - Kepanikan Fiskal (12 Februari 2001)
New Economy - Ramai-ramai Menuai Efisiensi (12 Februari 2001)
New Economy - Belajar dari Perkawinan yang Ideal (12 Februari 2001)
New Economy - Merias Wajah Dunia Maya (12 Februari 2001)
Prokon - UU Pengampunan Pajak: Kebutuhan atau Kepentingan? (12 Februari 2001)
New Economy - Kian Menawan Desainnya kian Rumit Merancangnya (12 Februari 2001)
Liputan Utama - Musim Paceklik para Taipan (05 Februari 2001)
New Economy - Beranjak Meninggalkan Tahap Slogan (05 Februari 2001)
New Economy - Pasukan Ber-NIP Itu Mulai Berubah (05 Februari 2001)
New Economy - Rezeki di Lahan Birokrasi (05 Februari 2001)
Ekonomi Umum - Kibasan Mocin di Tahun Ular (05 Februari 2001)
Liputan Utama - Kisah Megautang di Awal Abad (05 Februari 2001)
Liputan Utama - Saham Seharga Uang Parkir (05 Februari 2001)
New Economy - Satu Tujuan, Beda-beda Alasan (05 Februari 2001)
e-Commerce - Lagi Tentang VoIP (05 Februari 2001)
Liputan Utama - "Mereka Minta Kelonggaran Waktu" (05 Februari 2001)
Kolom - Metromini dan Bisnis Dotcom (05 Februari 2001)
New Economy - Papan Ajaib bagi yang masih Rugi (05 Februari 2001)
e-Company - Mencuri Start Dunia Maya (05 Februari 2001)
New Economy - Ketika Musim "Melantai" Tiba (05 Februari 2001)
Inovasi - Membuat Diri Jadi Monyet (05 Februari 2001)
e-Karir - "Tiga Bulan Pertama Saya tak Mendapat Gaji" (05 Februari 2001)
Entrepreneur - Termakan Cerita Tetangga (05 Februari 2001)
Sorotan - Pers Melewati Batas? (05 Februari 2001)
Prokon - Tim Sinkronisasi Fiskal: Perlu atau Tidak? (05 Februari 2001)
Komentar Ekonomi - Pangkas-Maya Birokrasi (05 Februari 2001)
e-Commerce - Segepok Nomor Jadi Satu (05 Februari 2001)
e-Commerce - Membangun Infrastruktur Sendiri (29 Januari 2001)
New Economy - Bisnis Content WAP: Dilandasi Irama Optimisme (29 Januari 2001)
Liputan Utama - Tanda Tangan juga Terimbas Revolusi (29 Januari 2001)
Liputan Utama - Yang Murah masih Dimonopoli (29 Januari 2001)
Liputan Utama - Gelombang itu Milik Siapa? (29 Januari 2001)
Liputan Utama - Menjerat Cardholder Nakal (29 Januari 2001)
Liputan Utama - Rakyat masih Membeli Haknya (29 Januari 2001)
Liputan Utama - Rimba Cyber masih saja tak Bertuan (29 Januari 2001)
Ekonomi Umum - Makin Lincah dengan Waralaba (29 Januari 2001)
Ekonomi Umum - Cara Gampang yang Berbahaya (29 Januari 2001)
Liputan Utama - Peliknya Mengatur Dunia Cyber (29 Januari 2001)
Kolom - Mempertanyakan Kebijakan Telematika Indonesia (29 Januari 2001)
Kolom - Cyberlaw harus Bermula dari Masyarakat (29 Januari 2001)
Liputan Utama - Jangan Batasi Kreativitas dan Perkembangan (29 Januari 2001)
New Economy - Melaju Menuju Generasi Keempat (29 Januari 2001)
Inovasi - Chief Knowledge Officer (29 Januari 2001)
e-Company - ASP i-Banking Pertama di Indonesia (29 Januari 2001)
Entrepreneur - Orang Gombong Pengen Jadi Menteri (29 Januari 2001)
Sorotan - Hukum Rimba ala Simba (29 Januari 2001)
Prokon - Ekonomi Indonesia: Membaik atau Memburuk? (29 Januari 2001)
Komentar Ekonomi - C Minus (29 Januari 2001)
New Economy - Berlomba Menjemput Bisnis Masa Depan (29 Januari 2001)
Entrepreneur - "Aku Ingin seperti David Beckham" (29 Januari 2001)
Komentar Ekonomi - Resesi (22 Januari 2001)
Liputan Utama - Si Hitam Datang Menantang Bisnis TI Indonesia (22 Januari 2001)
Liputan Utama - Saingan Kami cuma Lippo (22 Januari 2001)
Liputan Utama - Menggandeng Mitra, Menembus Indonesia (22 Januari 2001)
Liputan Utama - M-Web di Mata Pesaing Utama (22 Januari 2001)
Liputan Utama - Pemain Dunia yang tak Terdengar (22 Januari 2001)
Ekonomi Umum - David Memilih Bergabung dengan Goliath (22 Januari 2001)
Komentar Ekonomi - Netralitas PNS (22 Januari 2001)
Prokon - Efektifkah Membatasi Rupiah di Tangan Asing? (22 Januari 2001)
Ekonomi Umum - Pembagian Rezeki yang Meresahkan (22 Januari 2001)
Sorotan - Carlos Goshn (22 Januari 2001)
e-Company - Raksasa yang Mengawinkan Old dan New Economy (22 Januari 2001)
Entrepreneur - "Semua Jabatan itu Memberi Kebanggaan dan Kesan" (22 Januari 2001)
Ekonomi Umum - Makin Tua makin Takut Bersaing (22 Januari 2001)
e-Commerce - Menelepon Murah ke Luar Negeri (22 Januari 2001)
Kolom - Netralitas PNS (22 Januari 2001)
New Economy - Boom Bisnis Hilir Industri Internet (22 Januari 2001)
New Economy - The Show Must Go On... (22 Januari 2001)
New Economy - Yang Taktis di Belakang Warnet (22 Januari 2001)
Ekonomi Umum - Mendulang Untung dari Barang Sisa (22 Januari 2001)
Ekonomi Umum - Dari Plaza Senayan hingga Sogo Jongkok (22 Januari 2001)
Ekonomi Umum - Berharap Orang Gila Merek (22 Januari 2001)
New Economy - Surfing Lewat Jaringan Listrik (22 Januari 2001)
Kolom - ISO dan E-Commerce (15 Januari 2001)
New Economy - "Bisnis Broadband bukan Bisnis Jual Makanan" (15 Januari 2001)
New Economy - Biometric - Badan Anda adalah Password (15 Januari 2001)
e-Commerce - Biometric - Badan Anda adalah Password (15 Januari 2001)
e-Commerce - ISO dan E-Commerce (15 Januari 2001)
Kolom - NETCO atau SERVCO? (15 Januari 2001)
e-Karir - Semua Ini Berkat Kegemaran Saya Mengambil Risiko (15 Januari 2001)
Entrepreneur - "Aku Memilih Pekerjaan yang Kusenangi" (15 Januari 2001)
Prokon - Pajak Tol: Kewajiban atau Pemajakan Ganda? (15 Januari 2001)
New Economy - Jika Three in One di Udara (15 Januari 2001)
Komentar Ekonomi - The Fed (15 Januari 2001)
Sorotan - Wawan (15 Januari 2001)
Liputan Utama - Berebut Si Burung Biru (15 Januari 2001)
New Economy - Di Udara (pun) Jaya (15 Januari 2001)
New Economy - Eh, Ada Peluang di Balik Terpuruknya B2C (15 Januari 2001)
Ekonomi Umum - Yang Kronis Biarlah Mati (15 Januari 2001)
Liputan Utama - "Berawal dari Konflik Pribadi" (15 Januari 2001)
Liputan Utama - "Saya tidak Mau Damai" (15 Januari 2001)
Liputan Utama - "Mintarsih Marah atas Surat Itu" (15 Januari 2001)
Liputan Utama - Mahabharata dari Amerika ke Burung Biru (15 Januari 2001)
Liputan Utama - Sejarah Bisnis Blue Bird (15 Januari 2001)
New Economy - Saling Salip di Jalur Cepat Internet (15 Januari 2001)
New Economy - Paman Sam Berkata, "I Love Broadband" (15 Januari 2001)
New Economy - Pelanggan tak Selebar Daun Kelor (8 Januari 2001)
New Economy - Adu Cepat Membangun Customer Base (8 Januari 2001)
e-Commerce - Telepon Internet yang Legal (8 Januari 2001)
Kolom - ISP, Harus Jadi Service Company (8 Januari 2001)
e-Company - Bertahan pada Cara Konservatif dan Menghindari Over Ambisius (8 Januari 2001)
Entrepreneur - "Bagi Saya, Prinsip Nomor Satu" (8 Januari 2001)
e-Karir - "Aku Disuruh Melihat Situs Porno" (8 Januari 2001)
Prokon - Untung Rugi Pertamina Jual BBM ke Industri dalam Dolar (8 Januari 2001)
New Economy - Yang tak Nyata Menjadi begitu Berharga (8 Januari 2001)
Komentar Ekonomi - Rasional? (8 Januari 2001)
Liputan Utama - Siapa Bilang New Economy hanya Internet? (8 Januari 2001)
New Economy - Marak sebagai Alternatif Penyelamatan (8 Januari 2001)
Inovasi - Melampaui Imajinasi (8 Januari 2001)
Liputan Utama - Sumber Pertumbuhan dalam New Economy (8 Januari 2001)
Liputan Utama - Mencari Rumusan New Economy (8 Januari 2001)
Sorotan - Imagine (8 Januari 2001)
Ekonomi Umum - Perang Tarif di Udara (8 Januari 2001)
Liputan Utama - Ada tetapi Seperti Apa? (8 Januari 2001)
Liputan Utama - New Economy di Probolinggo (8 Januari 2001)
Liputan Utama - Siapa Jadi Goliath, Siapa yang Sekarat? (8 Januari 2001)
Liputan Utama - "Kami tidak akan Menjual Indosat" (8 Januari 2001)
Liputan Utama - Benang Kusut di Hulu Industri (8 Januari 2001)
New Economy - Baru Tahap Membangun Komunitas (18 Desember 2000)
New Economy - Astaga, Astaga!Group akan Dijual! (18 Desember 2000)
New Economy - Mobile Web pun Menjelang (18 Desember 2000)
e-Commerce - Linux untuk Sistem Operasi (18 Desember 2000)
Kolom - Diary Akhir Tahun (18 Desember 2000)
Komentar Ekonomi - Ekonomi 2001 (18 Desember 2000)
Sorotan - Desakralisasi Kekuasaan (18 Desember 2000)
New Economy - Melelang Sampai ke Negeri Jiran (18 Desember 2000)
Inovasi - IT: Inspiration Technology (18 Desember 2000)
e-Company - Agar Si Gendut Tampak Langsing (18 Desember 2000)
Liputan Utama - Merangkak Mulai dari Floor Trading (18 Desember 2000)
New Economy - Menunggu Lahirnya eBay Lokal (18 Desember 2000)
Entrepreneur - Saya Memadukan Teknologi dan Seni (18 Desember 2000)
Liputan Utama - "Kami tidak Tergantung pada Soros" (18 Desember 2000)
Liputan Utama - Mencari Businessman of The Year (18 Desember 2000)
Liputan Utama - Sempat Dianggap si Kusta (18 Desember 2000)
Liputan Utama - Pioneer Rokok Generasi Ketiga (18 Desember 2000)
Liputan Utama - Gebrakan sang Jagoan Tua (18 Desember 2000)
Liputan Utama - Businessman Masa Depan (18 Desember 2000)
Ekonomi Umum - Econit dan Indef Bertarung Prediksi (18 Desember 2000)
New Economy - Akan Layu sebelum Berkembang (18 Desember 2000)
Liputan Utama - Jejak Hary Mengincar Deal-deal Raksasa (18 Desember 2000)
Prokon - Pilih Amandemen UU atau Tuntaskan Soal BLBI? (11 Desember 2000)
Ekonomi Umum - BI Digoyang, Rupiah makin Loyo (11 Desember 2000)
Entrepreneur - Ahli Fisika Ingin Jadi Ahli Indonesia (11 Desember 2000)
e-Company - Dari Tembi untuk Butik Dunia (11 Desember 2000)
e-Commerce - Teknik Meng-crack (2) (11 Desember 2000)
Kolom - Tiga e-Kecenderungan di Masa Depan (11 Desember 2000)
Kolom - Titik Balik Liberalisasi (11 Desember 2000)
New Economy - Lebih Banyak Muatan Emosional daripada Komersial (11 Desember 2000)
New Economy - Aku Tetap Ingin Menjadi Perias Pengantin (11 Desember 2000)
Ekonomi Umum - Setor Dua Dolar, Selanjutnya Terserah Anda (11 Desember 2000)
Ekonomi Umum - Texmaco Perkasa di Jalanan (11 Desember 2000)
Liputan Utama - Bersaing Menjadi Raja Kapling Frekuensi (11 Desember 2000)
Liputan Utama - GSM 1800: Frekuensi Besar, Jangkauan Sempit (11 Desember 2000)
Liputan Utama - Berlomba dengan Fasilitas Terbaik (11 Desember 2000)
Liputan Utama - Babak Baru Pertarungan para Raksasa GSM (11 Desember 2000)
New Economy - Ketika Linux Mulai Melaju (11 Desember 2000)
New Economy - Sukses dengan Model Unik (11 Desember 2000)
Prokon - Perlukah Jasa SGS Digunakan kembali? (4 Desember 2000)
New Economy - Yang Penting Adaptif terhadap Perubahan (4 Desember 2000)
Komentar Ekonomi - BI dan Inflasi (4 Desember 2000)
New Economy - Dari Jari Naik ke Mulut (4 Desember 2000)
e-Commerce - Dari Jari Naik ke Mulut (4 Desember 2000)
e-Commerce - Teknik Meng-crack (I) (4 Desember 2000)
Inovasi - Pembusukan-pembusukan Ide (4 Desember 2000)
Sorotan - Pompa Bensin (4 Desember 2000)
New Economy - Masterpiece dari Larry Ellison (4 Desember 2000)
Kolom - Menjadikan Hobi sebagai Pekerjaan (4 Desember 2000)
Liputan Utama - Yang Muda yang (Mencoba) Tampil Beda (4 Desember 2000)
New Economy - Diotaki Dua Orang Terkaya Dunia (4 Desember 2000)
New Economy - Hemat itu Ada Harganya (4 Desember 2000)
Liputan Utama - Melibas Simbol-simbol Lama (4 Desember 2000)
Liputan Utama - Meniru, tak Ada dalam Kamusnya (4 Desember 2000)
Liputan Utama - e-Srikandi di Lantai Bursa (4 Desember 2000)
Ekonomi Umum - Karena Baja, Semua Kena (4 Desember 2000)
Liputan Utama - Menuju IPO pada 2002 (4 Desember 2000)
Liputan Utama - Menjual Indonesia secara Online (4 Desember 2000)
Liputan Utama - "Curi Ilmu" Dulu sebelum Berdikari (4 Desember 2000)
Ekonomi Umum - Beras tak Kunjung Beres (4 Desember 2000)
Liputan Utama - Memiliki, Menjual dan Menjalankan (4 Desember 2000)
New Economy - Yang Muda, yang Idealis (27 November 2000)
New Economy - Mengubah UKM Menjadi e-UKM (27 November 2000)
New Economy - Pembawa Berkah bagi Internet (27 November 2000)
e-Karir - Nilai Tambah bagi Stasiun Radio (27 November 2000)
New Economy - Memeriksa Keamanan Situs (27 November 2000)
e-Commerce - Memeriksa Keamanan Situs (27 November 2000)
Prokon - Menjual Aset BPPN harus di Atas Nilai 50%. Realistiskah? (27 November 2000)
e-Company - Nilai Tambah bagi Stasiun Radio (27 November 2000)
New Economy - Ramai-ramai Menggarap Si Kecil (27 November 2000)
Sorotan - Komunikasi & Minat Baca (27 November 2000)
Entrepreneur - '"Aku juga Ingin Jadi Gubernur"' (27 November 2000)
Liputan Utama - "Saham di Manulife itu Aspal" (27 November 2000)
Komentar Ekonomi - Diplomasi dan Pemulihan Ekonomi (27 November 2000)
New Economy - "Pelanggan Puas, Revenue Naik" (27 November 2000)
Liputan Utama - "Kurator Terlibat" (27 November 2000)
Liputan Utama - Saham Kembar Manulife Bikin Heboh (27 November 2000)
Ekonomi Umum - Satu Merek Rame-rame (27 November 2000)
Ekonomi Umum - Kursi Terpanas di "Sarang Penyamun" (27 November 2000)
Ekonomi Umum - Citranya Sama, Jalannya Beda (27 November 2000)
New Economy - Mengincar Pasar Global (27 November 2000)
New Economy - Meraup Rezeki Berkat Boom TI (27 November 2000)
New Economy - Pelanggan adalah Pacar (27 November 2000)
Liputan Utama - "RGA itu Perusahaan Fiktif" (27 November 2000)
New Economy - Fasilitas Mata-mata Link Web (20 November 2000)
e-Karir - Dari Kalkuta Mencari Profit (20 November 2000)
New Economy - Cara Irit Menggunakan Software (20 November 2000)
New Economy - Sederhana tapi Kontroversial (20 November 2000)
Kolom - Virtual Outsourcing (20 November 2000)
Inovasi - Rezim-rezim Inovasi (20 November 2000)
Entrepreneur - Dia Dijuluki Arsitek Satu Miliar (20 November 2000)
Sorotan - Penghargaan (20 November 2000)
Komentar Ekonomi - Hati-hati.com (20 November 2000)
Ekonomi Umum - Meraup Untung lewat Sewa Lahan (20 November 2000)
Prokon - Bea Masuk Impor Kedelai Dinaikkan: Siapa Beruntung? (20 November 2000)
e-Commerce - Fasilitas Mata-mata Link Web (20 November 2000)
Ekonomi Umum - RUPSLB Gagal, Bisnis pun Hilang (20 November 2000)
Liputan Utama - ASP = Anti-Software Pembajak? (20 November 2000)
Liputan Utama - Mengincar Dotcom E-Commerce (20 November 2000)
Liputan Utama - Berharap dari Capital Gain (20 November 2000)
Liputan Utama - Ingin Melahirkan "Bill Gates" Indonesia (20 November 2000)
Liputan Utama - Amerika masih Bergairah (20 November 2000)
Liputan Utama - Menyelamatkan "Bayi Dotcom" yang tak Kunjung Besar (20 November 2000)
Liputan Utama - Menyambung Nyawa Bisnis Dotcom Indonesia (20 November 2000)
Ekonomi Umum - Satu Merek Rame-rame (20 November 2000)
Ekonomi Umum - Sampoerna, Bos Toko Kelontong (20 November 2000)
Ekonomi Umum - PLN Tersengat Setrum Swasta (13 November 2000)
Komentar Ekonomi - Ekonomi Baru? Baru Apanya? (13 November 2000)
Ekonomi Umum - "Panas"-nya Harga Kertas (13 November 2000)
Kolom - Manajer Ber-Polo Shirt dari Gadogado.net (13 November 2000)
Kolom - Membuka E-Mail di Wartel (13 November 2000)
Entrepreneur - Veteran Perang Malvinas di Puncak Manulife Indonesia (13 November 2000)
Sorotan - Warta Ekonomi & New Economy (13 November 2000)
Liputan Utama - Menjemput Sebuah Kata: Perubahan! (13 November 2000)
Prokon - Kebijakan Bebas Visa: Pilih Devisa atau Kedaulatan Negara (13 November 2000)
Ekonomi Umum - Jalan Keluar makin Sulit (13 November 2000)
Liputan Utama - Jagat Maya pun Harus Diatur (13 November 2000)
Liputan Utama - Kembali Ke Jalan Rasionalitas Ekonomi (13 November 2000)
Liputan Utama - Ketika Pundi-pundi Mulai Terisi (13 November 2000)
Liputan Utama - "Barang Baru" di Lantai Bursa (13 November 2000)
Liputan Utama - Bersiap-siap Membidik Pasar Mobile Commerce (13 November 2000)
Liputan Utama - Kreatif Mengembangkan Model Bisnis (13 November 2000)
Liputan Utama - Lipposhop, DialMart Jilid II? (13 November 2000)
Liputan Utama - Susahnya Merebut Hati "Raja-raja" Maya (13 November 2000)
New Economy - Reinkarnasi Raja Viking (6 November 2000)
New Economy - Kertas Tetap saja Dibutuhkan (6 November 2000)
Prokon - Benarkah Perekonomian Kini Terpisah dari Faktor Politik? (6 November 2000)
Sorotan - HOMO CONNECTUS (6 November 2000)
Entrepreneur - Ke Puncak Karier Menuruti Panggilan Hati (6 November 2000)
Entrepreneur - Si Jago Matematika Tersangkut di Dunia TI (6 November 2000)
e-Company - Melaju dengan Tenaga Muda (6 November 2000)
Kolom - Jumlah Pengguna Internet Tiga Tahun Mendatang (6 November 2000)
Komentar Ekonomi - Konsensus Washington tidak Ampuh lagi (6 November 2000)
Liputan Utama - Ambisi Jalur Cepat sang Raksasa Lokal (6 November 2000)
Inovasi - Revolusi dan Kesenjangan Imajinasi (6 November 2000)
New Economy - Tekanan Global itu Berwujud Tanda Tangan (6 November 2000)
Liputan Utama - Orang tak akan lagi Bersungut-sungut (6 November 2000)
Liputan Utama - Total untuk Broadband (6 November 2000)
Liputan Utama - Menuju Jalur Cepat New Economy (6 November 2000)
Liputan Utama - Pelayan Broadband Murah Meriah dari Hong Kong (6 November 2000)
Ekonomi Umum - Gara-gara Tergantung pada Alam (6 November 2000)
Ekonomi Umum - Edward Kembali Tersandung "Kerikil" (6 November 2000)
Ekonomi Umum - Menggoyang Raksasa Semen (6 November 2000)
Liputan Utama - Dari Maraton, Lalu Internet hingga Broadband (6 November 2000)
New Economy - Ketika Musim i-Banking makin Berkembang (30 Oktober 2000)
New Economy - "Misi Kita Padamu Negeri" (30 Oktober 2000)
New Economy - Membangun Pusat Data Sendiri, Siapa Takut? (30 Oktober 2000)
New Economy - Kami Memiliki 42.000 Nasabah (30 Oktober 2000)
New Economy - Perilaku Nasabah belum Siap (30 Oktober 2000)
New Economy - Boom TI, Siapa yang Berperan? (30 Oktober 2000)
New Economy - Berawal dari "Perseteruan" Microsoft dan IBM (30 Oktober 2000)
e-Company - Kreatif Menyiasati Krisis (30 Oktober 2000)
Debut - Manusia yang tidak Pernah Pintar (30 Oktober 2000)
Sorotan - Iklim (30 Oktober 2000)
Komentar Ekonomi - Kita Sudah di Jalur yang Benar, tetapi.... (30 Oktober 2000)
New Economy - Supaya tidak Lewat Amerika (30 Oktober 2000)
Liputan Utama - Dua Tahun ke Depan masih akan Tetap Hot (30 Oktober 2000)
Prokon - Perlukah TDL Listrik Konsumen Rumah Tangga Dinaikkan? (30 Oktober 2000)
Liputan Utama - "Tunggu sampai Tahun Depan" (30 Oktober 2000)
Liputan Utama - Bergairah karena Pengalaman Pahit (30 Oktober 2000)
Liputan Utama - Melaju di Atas Landasan yang Rapuh (30 Oktober 2000)
New Economy - Berlomba-lomba Mengisi Rak (30 Oktober 2000)
Liputan Utama - "Potensi Pasar masih Besar" (30 Oktober 2000)
Liputan Utama - Kembali ke Puncak Dua Tahun lagi (30 Oktober 2000)
Liputan Utama - "Si Jangkrik makin Diminati" (30 Oktober 2000)
Liputan Utama - Menuju Angka Lima Juta di Tahun 2001 (30 Oktober 2000)
Liputan Utama - Bangkit lagi di Tahun Naga (30 Oktober 2000)
Liputan Utama - Berpendar di Saat yang Lain Terkapar (30 Oktober 2000)
Liputan Utama - Bangkit setelah sempat Jatuh (30 Oktober 2000)
Liputan Utama - Tetap Jalan tanpa Pemerintah (30 Oktober 2000)
Liputan Utama - Menuju Era Baru (30 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Perang belum Usai (30 Oktober 2000)
Sorotan - Dari Konvensi Nasional CNI: Yang Terlupakan tapi Ampuh (23 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Putra "Begawan Dalem" (23 Oktober 2000)
New Economy - M-Business: Membidik Manusia Aktif (23 Oktober 2000)
New Economy - Keterbatasan M-Bisnis Ada di Bandwidth (23 Oktober 2000)
New Economy - Kita Memposisikan sebagai ISP (23 Oktober 2000)
New Economy - Mobile-Business: Dapatkah Menggantikan Lapangan Golf? (23 Oktober 2000)
Kolom - Langkah Sederhana untuk Membuat Web Sendiri (23 Oktober 2000)
Kolom - Cybercrime atau Santet Crime (23 Oktober 2000)
Komentar Ekonomi - Indonesia 2007: Kembali ke Titik Awal (23 Oktober 2000)
e-Company - Timbangan Jadi Batu Loncatan (23 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Ini Dia Empat "Dewa" Pelindung Mobil (23 Oktober 2000)
Prokon - Kapan Sebaiknya Pemerintah Melepas Saham BCA? (23 Oktober 2000)
Liputan Utama - "Konsultan TI sedang Naik Daun" (23 Oktober 2000)
Inovasi - Membuang Penghalang, Memeluk Kejernihan (23 Oktober 2000)
Liputan Utama - Metamorfosis Merancang Ekonomi Baru (23 Oktober 2000)
Liputan Utama - "Kita Ingin Membangun Entrepreneur" (23 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - AMAN Pasang Target 15 Ribu Mobil (23 Oktober 2000)
Liputan Utama - Ketika Dunia Terus Berubah (23 Oktober 2000)
Liputan Utama - "Pendapatan Konsultan Kita Sekitar US$400-US$1.200 per Hari" (23 Oktober 2000)
Liputan Utama - "Kita Bukanlah Pakar Komputer" (23 Oktober 2000)
Liputan Utama - Menangguk Rezeki dari Nasihat Teknologi Informasi (23 Oktober 2000)
Liputan Utama - Bangkit Untuk Berkuasa (23 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Putra "Begawan Dalem" (23 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Mobil Remuk, Siapa Takut? (23 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - "BPPN Menggugat Dirinya Sendiri" (23 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - "Kita akan Berlaku Seadil-adilnya" (23 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Sambutan Dingin untuk Insentif (23 Oktober 2000)
Liputan Utama - Dari Titik Nol Ke Titik Tinggi (23 Oktober 2000)
Prokon - Subsidi Kertas bagi Media Cetak dan Perbukuan: Mungkinkah? (16 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - "Urusan Uang, Urusan Samiaji" (16 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - "Lucu, Bagus, dan Menarik untuk Ditonton" (16 Oktober 2000)
New Economy - Belajar Memahami Pasar (16 Oktober 2000)
New Economy - Menuai Untung Tiga Tahun Berturut-turut (16 Oktober 2000)
New Economy - Transaksi Fiktif Masih Dominan (16 Oktober 2000)
New Economy - "Sekarang Realistis, ke Depan Challenging" (16 Oktober 2000)
Prokon - Subsidi Kertas bagi Media Cetak dan Perbukuan: Mungkinkah? (16 Oktober 2000)
Sorotan - Pajak: Jangan Berburu di Kebun Binatang (16 Oktober 2000)
Prokon - Subsidi Kertas bagi Media Cetak dan Perbukuan: Mungkinkah? (16 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Sebenarnya yang Bangkit Itu Konsumen (16 Oktober 2000)
Komentar Ekonomi - PMA, Batu Ujian dalam Otonomi Daerah (16 Oktober 2000)
Kolom - Evolusi Arsitektur Keuangan Internasional (16 Oktober 2000)
Liputan Utama - Tahun Ketiga Mendapat Laba Bersih (16 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Yuk...Rame-rame Nonton Ketoprak! (16 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - "Otomotif Jadi Pemicu" (16 Oktober 2000)
Liputan Utama - Jalan Tol bagi Grup Lippo (16 Oktober 2000)
Liputan Utama - Pembuktian sang Visioner (16 Oktober 2000)
Liputan Utama - Targetnya Kuasai Lima Persen Pasar Ritel Indonesia (16 Oktober 2000)
Liputan Utama - Ini adalah Natural Movement (16 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Kejarlah Proyek, Kau Kutalangi (16 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - "Proyek Tuban Bisa Dikaitkan ke Pertamina" (16 Oktober 2000)
New Economy - "Tidak Sekadar Kepentingan Hashim" (16 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Perseteruan Dua "Ratu Kecantikan" (16 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - "Jangan-jangan Ada Konspirasi" (16 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - "Mungkin Ini Kesalahan Kantor Merek" (16 Oktober 2000)
Liputan Utama - Lippo di Mata Peter Ong: Model Bisnisnya Bagus (16 Oktober 2000)
New Economy - "Mau Jungkir Balik juga Nggak Bisa" (9 Oktober 2000)
New Economy - Cukup dari Tempat Kos (9 Oktober 2000)
New Economy - Menanamkan Semangat (9 Oktober 2000)
New Economy - Membuat si Polan Melek Internet (9 Oktober 2000)
Komentar Ekonomi - Keluar dari Jebakan Utang, Mungkinkah? (9 Oktober 2000)
New Economy - Mewujudnya Masyarakat Global Village (9 Oktober 2000)
Kolom - Menguak Misteri BLBI (9 Oktober 2000)
Kolom - Masa Depan Kopi Dunia (9 Oktober 2000)
e-Company - Purnama pun Bersinar Terus (9 Oktober 2000)
Debut - LIN CHE WEI (9 Oktober 2000)
Sorotan - Kebijakan Telekomunikasi dan Penyiaran (9 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Terus Kebanjiran Kredit (9 Oktober 2000)
Prokon - BUMN: Sebaiknya Dikelola oleh Siapa? (9 Oktober 2000)
Liputan Utama - Dan Krisis pun Membentengi Langkah CMNP (9 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Untungnya jadi Konglomerat (9 Oktober 2000)
Kolom - Pergeseran Paradigma Menuju Knowledge Based Society (9 Oktober 2000)
Liputan Utama - "Di Jajaran Direksi Kami Harus Ada" (9 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Optimistis, tetapi Kurs tidak Sebesar Itu (9 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - "Itu Keputusan Depkeu" (9 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - "Anggota DPR/MPR Harus Punya NPWP" (9 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - "Kredit dari IFC belum Perlu" (9 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Kutunggu Keadilanmu, Pak Rizal! (9 Oktober 2000)
New Economy - Mal dalam Mal (9 Oktober 2000)
New Economy - Mal Indosat Dikunjungi Sampai 15 Juta Orang (9 Oktober 2000)
New Economy - Ada Persaingan dan Kerja Sama (9 Oktober 2000)
e-Karir - Bistek Browser (2 Oktober 2000)
New Economy - "Itu Bisnis yang tidak Punya Etika" (2 Oktober 2000)
Kolom - Posisi Industri TI Indonesia (2 Oktober 2000)
Kolom - Rimba Pembajakan Merek Terkenal (2 Oktober 2000)
Entrepreneur - Menantang Teka-teki Dotcom (2 Oktober 2000)
Sorotan - New Economy, Simpang Jalan bagi Eksekutif (2 Oktober 2000)
Prokon - Keringanan Pajak 30% bagi Debitur Kooperatif: Memadaikah? (2 Oktober 2000)
Komentar Ekonomi - Subsidi BBM: Saatnya Mengedepankan Pertimbangan Ekonomi (2 Oktober 2000)
New Economy - Shakespeare pun akan Keheranan (2 Oktober 2000)
Liputan Utama - Pernah Mengawal Direktur Citibank (2 Oktober 2000)
New Economy - "Kesempatan itu tidak Datang Dua Kali" (2 Oktober 2000)
Liputan Utama - "Kami Pakai Konsultan Asing untuk Melatih" (2 Oktober 2000)
Kolom - KONSULTASI E-COMMERCE (2 Oktober 2000)
Liputan Utama - "Asing Memicu Persaingan Kualitas" (2 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Menanggung Beban Berlebihan (2 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Resesi Dunia, Mungkinkah? (2 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Ramai-ramai Menghilangkan Bau Cendana (2 Oktober 2000)
New Economy - Makin Ramai makin Seru (2 Oktober 2000)
Liputan Utama - Bodyguard, Lahan Bisnis yang Menjanjikan (2 Oktober 2000)
Ekonomi Umum - Buah Jatuh tak Jauh dari Pohonnya (25 September 2000)
Liputan Utama - "Sekarang memang Era New Economy" (25 September 2000)
Ekonomi Umum - Bom di BEJ, Booming di BES (25 September 2000)
Ekonomi Umum - BES tidak Siap untuk Transaksi Besar (25 September 2000)
Liputan Utama - Konglomerat: Di Antara Peralihan Pola Ekonomi Baru (25 September 2000)
Liputan Utama - Tren Infrastruktur Telekomunikasi dalam New Economy (25 September 2000)
Liputan Utama - Lewat Cybercity, Edward Kembali ke Pentas (25 September 2000)
Liputan Utama - Jangan Lari atau Menghindar dari TI (25 September 2000)
Liputan Utama - Strategi Perang Grup Sinar Mas di Pasar Maya (25 September 2000)
Liputan Utama - Terjun Bebas di Dunia Maya (25 September 2000)
Liputan Utama - "Booming New Economy Sekarang Sudah Terasa" (25 September 2000)
Liputan Utama - Tak Mau Ketinggalan Zaman (25 September 2000)
Ekonomi Umum - Hati-hatilah Penguasa Pasar (25 September 2000)
Liputan Utama - Kita Punya Costumer Based (25 September 2000)
Inovasi - Tertawa Pangkal Kaya (25 September 2000)
Ekonomi Umum - Hati-hatilah Penguasa Pasar (25 September 2000)
Liputan Utama - "Kita bukan Orang Bodoh yang Buang-buang Uang" (25 September 2000)
Kolom - Mempercayai Pasar? (25 September 2000)
e-Company - Dari Linux Sampai Statistik (25 September 2000)
Entrepreneur - "Aku Tergelincir ke Dunia TI" (25 September 2000)
Sorotan - Rizal Ramli (25 September 2000)
Prokon - Pertanian Transgenik: Berkah atau Malapetaka? (25 September 2000)
Ekonomi Umum - Bukan KADI, tapi Klipi (25 September 2000)
New Economy - Dunia Selebar Telepon Selular (25 September 2000)
New Economy - Kendala justru pada Teknologi Ponselnya (25 September 2000)
New Economy - Pertama Dikhawatirkan, Selanjutnya Tersebar di Mana-mana (25 September 2000)
New Economy - Perpaduan Iklan dengan Geographic Information System (25 September 2000)
Komentar Ekonomi - Pangsa Pasar Dominan Tidak Selalu Buruk.... (25 September 2000)
Kolom - Mengoperasikan VoIP yang Legal untuk Perusahaan (25 September 2000)
Ekonomi Umum - Tetap Impor meski Pasar Kecil (25 September 2000)
Komentar Ekonomi - Jadikan Jubilee 2000 Pintu Masuk Pemotongan Utang (18 September 2000)
Ekonomi Umum - Awas, Transgenik Lahirkan Monster! (18 September 2000)
Ekonomi Umum - "Peneliti Kita Sudah Dibayar" (18 September 2000)
Ekonomi Umum - Gaya "Orang Kita" Menjajal Pasar Mancanegara (18 September 2000)
Ekonomi Umum - "Cuma Sekadar Buka Cabang" (18 September 2000)
New Economy - "E-Government untuk Memenuhi Tuntutan Pasar" (18 September 2000)
Liputan Utama - "Yang Terlibat Dibebastugaskan" (18 September 2000)
Liputan Utama - "Sudah Dua Tersangka di Bank Aspac" (18 September 2000)
Komentar Ekonomi - Pemerintah Sebaiknya Berperan Melalui BPPN (18 September 2000)
New Economy - "Semuanya Tergantung Leadership Pemda" (18 September 2000)
Liputan Utama - Berapa Jumlah BLBI, Tidak Jelas (18 September 2000)
New Economy - Bakal Terkoreksi juga (18 September 2000)
Prokon - Regulasi VoIP: Perlu atau Tidak? (18 September 2000)
Liputan Utama - Nikmat BLBI Membawa Sengsara (18 September 2000)
New Economy - Ada Bisnis di Balik Penggerebekan (18 September 2000)
New Economy - Mimpi Indah yang Menjadi Kenyataan? (18 September 2000)
New Economy - Selamat Tinggal Mesin Ketik, Selamat Datang E-Government (18 September 2000)
Kolom - Garuda dan Patung Buddha (18 September 2000)
Kolom - Kuncinya Mengedukasi Pasar (18 September 2000)
e-Company - Nikmatnya Sayuran Aeroponik (18 September 2000)
Sorotan - Goliath vs David (18 September 2000)
Prokon - Regulasi VoIP: Perlu atau Tidak? (18 September 2000)
Ekonomi Umum - Demi W@rtel, Telkom Rela Merugi (18 September 2000)
Liputan Utama - "Negosiasi dengan IMF Biasa-biasa saja" (11 September 2000)
New Economy - Melepas Kepala Menangkap Ekor (11 September 2000)
New Economy - Menghemat Ongkos Sampai 15% (11 September 2000)
New Economy - "Tidak Ada lagi Permainan Harga" (11 September 2000)
New Economy - Ramai-ramai Beralih ke Pasar Maya (11 September 2000)
New Economy - Masalah Lain yang juga Besar (11 September 2000)
New Economy - Kita Belum Cukup Matang (11 September 2000)
New Economy - "Kita Bisa Mundur 10 Tahun!" (11 September 2000)
New Economy - Saatnya Cepat Mengambil Peluang (11 September 2000)
Liputan Utama - Dari Satu Kontroversi ke Kontroversi Lain (11 September 2000)
Ekonomi Umum - "Sebaiknya Hak DBC tidak dibekukan" (11 September 2000)
Liputan Utama - Jurus Tim Underdog Melawan Krisis (11 September 2000)
Prokon - Perdagangan Rupiah di Pasar Internasional, Apa Mungkin Dibatasi? (11 September 2000)
New Economy - Mari Bermain Internet Melalui Televisi (11 September 2000)
Kolom - Beberapa Distorsi dalam Pengembangan UKM (11 September 2000)
New Economy - Cerita Perkawinan Satu Layar (11 September 2000)
Inovasi - Logis Berarti Impoten (11 September 2000)
Sorotan - Jutaan Pengguna TI Melanggar Hukum? (11 September 2000)
Komentar Ekonomi - Ekonomi Membaik, Saatnya Renegosiasi LoI (11 September 2000)
Ekonomi Umum - "Terlalu Banyak KAP, Perang Tarif" (11 September 2000)
Ekonomi Umum - Harap-harap Cemas, Menunggu Bos Baru Si Jempol (11 September 2000)
Ekonomi Umum - Barang Bekas yang Meresahkan (11 September 2000)
New Economy - Satu Hari Terjual 60 Unit! (11 September 2000)
Kolom - Kehebohan Dunia Telematika (11 September 2000)
Liputan Utama - "Tidakada mafia, yang ada kesimpangsiuran!" (17 April 2000)
Liputan Utama - Geger Jual Beli Vonis Pengadilan Niaga! (17 April 2000)
Liputan Utama - Lahir Atas Prakarsa IMF (17 April 2000)
Liputan Utama - "Bukan Mafia Peradilan tetapi Mafia Hukum" (17 April 2000)
Liputan Utama - "Saya siap memeriksa Hakim yang terlibat" (17 April 2000)
Liputan Utama - "Pengadilan Niaga Sumber Korupsi Baru" (17 April 2000)