Jurus Menembus Pasar Ekspor

Sumber: Tabloid "PELUANG"

Edisi: No. 27/Tahun I/20 Mei 1999

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Syarat-syarat yang harus dipenuhi eksportir:

1. Memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang bisa diperoleh dari Kantor Wilayah Depperindag tingkat propinsi atau tingkat kabupaten/kotamadya.
2. Memiliki Tanda Daftar Perusahaan (TDP) yang diperoleh melalui Depperindag tingkat propinsi atau kabupaten/kotamadya.
3. Memiliki Surat Izin Usaha dari Departemen Teknis/Lembaga Non-Departemen, menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sedangkan bagi pengusaha kecil yang baru akan memulai ekspor, disarankan untuk bekerjasama dengan eksportir lokal yang mempunya produk sejenis. Misalnya, pengusaha pakaian jadi, agar menggunakan jasa eksportir pakaian jadi sebelum mereka siap melakukan ekspor sendiri.

Dokumen yang diperlukan:

1. Kontrak penjualan (sales contract), yaitu dokumen yang berisi kesepakatan antara eksportir dan importir yang berisi tentang:

a. Uraian lengkap tentang barang diekspor

b. Jumlah barang

c. Harga satuan dan total harga

d. Pelabuhan tujuan

e. Syarat pembayaran

f. Syarat lain yang dianggap perlu

2. Faktur perdagangan (commercial Invoice), yaitu dokumen yang dikeluarkan pihak eksportir untuk importir, yang berisi informasi lengkap barang yang diekspor. Faktur ini dipakai sebagai bukti transaksi.

3. Letter of Credit (L/C), yaitu alat bukti pembayaran atas satu transaksi antara eksportir dan importir. Dokumen ini dikeluarkan oleh bank devisa atas permintaan importir untuk memberi hak kepada eksportir menarik uang atas beban importir.

4. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), merupakan dokumen utama pada setiap peristiwa ekspor barang. Dokumen ini ditandatangani eksportir, pejabat bea dan cukai, dan pejabat bank devisa. Fungsi PEB adalah:

a. Sebagai pencatat ekspor

b. Menetapkan besarnya PE dan PET

c. Mendapatkan izin muat ke kapal oleh bea dan cukai.

5. Bill of Leading (B/L), merupakan tanda terima barang yang dikeluarkan oleh perusahaan pelayaran sebagai bukti pemilikan atas kepemilikan barang yang sudah dimuat di kapal laut.

6. Polis Asuransi, adalah surat bukti pertanggungan yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi untuk menjamin keselamatan barang yang dikirim.

7. Packing List, adalah dokumen rincian lengkap tentang barang yang terdapat dalam peti, jenis bahan pengemas, serta cara pengemasan.

8. Certificate of Origine/Surat Keterangan Asal (SKA), yaitu surat pernyataan yang menyebutkan asal suatu barang.

9. Surat Pernyataan Mutu (SPM), dokumen yang menjelaskan mutu barang ekspor berdasarkan pengujian laboratorium.

10. Wesel Ekspor (Bill of Exchange), ialah dokumen yang diterbitkan oleh eksportir yang ditujukan pada bank pembuka L/C yang merupakan surat perintah untuk membayar tanpa syarat sejumlah uang sesuai dengan harga yang tercantum pada L/C

Prosedur Ekspor:

Untuk melakukan ekspor, harus melalui urutan-urutan sebagai berikut:

1. Korespondensi, yaitu eksportir melakukan korespondensi dengan importir di luar negeri untuk menawarkan komoditas yang mau dijual.

2. Pembuatan Kontrak Dagang, setelah importir setuju dengan semua kondisi yang ditawarkan oleh eksportir, kontrak dagang segera dibuat.

3. Penerbitan Letter of Credit (L/C), importir membuka L/C melalui bank koresponden di negaranya dan mengirimkan L/C tersebut ke bank devisa yang ditunjuk eksportir di Indonesia.

4. Mempersiapkan barang ekspor, dengan diterimanya L/C, eksportir segera mempersiapkan barang yang dipesan importir.

5. Mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), pendaftaran dilakukan ke bank devisa dengan melampirkan keterangan sanggup membayar apabila barang ekspornya terkena pajak ekspor.

6. Pemesanan ruang kapal, dilakukan eksportir ke Perusahaan. Pelayaran Samudera atau perusahaan penerbangan.

7. Pengiriman barang ke pelabuhan. Tahapan ini dapat dilakukan oleh eksportir sendiri melalui perusahaan jasa pengiriman barang.

8. Pemeriksaan Bea Cukai, pihak Bea Cukai akan memeriksa barang-barang yang akan di ekspor beserta dokumennya. Setelah itu ia akan mendatangani pernyataan persetujuan muat yang ada pada PEB.

9. Pemuatan barang ke kapal. Setelah PEB ditandatangani oleh pihak Bea Cukai, barang bisa dimuat ke kapal. Kemudian pihak pelayaran akan memberikan B/L kepada Eksportir.

10. Surat Keterangan Asal Barang (SKA), surat ini bisa diperoleh dari Kanwil Depperindag atau kantor Depperindag setempat.

11. Pencairan L/C, apabila barang sudah dikapalkan, eksportir bisa mencairkan L/C ke bank dengan menyerahkan syarat B/L, faktur, packing list.

12. Pengiriman barang ke importir.

(Diolah dari buku "Dengan Wirausaha Menepis Krisis" tulisan Rusman Hakim)

Kunci Sukses Menembus Pasar Ekspor

• Pelajari berbagai hal yang berkaitan dengan prosedur ekspor
• Jalin hubungan baik dengan kolega dan instansi terkait
• Cermati peluang yang masih terbuka
• Kualitas produk sesuai dengan standar ekspor
• Berpromosi lewat pameran atau membuat brosur yang lengkap dan menarik
• Ikuti kebijakan perdagangan di setiap negara
• Jaga kontinuitas produksi
• Untuk produk makanan, sebaiknya diprioritaskan ke negara yang sering dikunjungi warga Indonesia, sebagai tes pasar.

Produk-Produk yang Berpeluang Ekspor

• Barang-barang kerajinan (kayu, rotan, bambu, daur ulang dll)
• Mebel
• Garmen
• Buah-buahan tropika
• Makanan
• Minuman kaleng
• Sayuran (paprika, timun, tomat, dll)
• Hasil perikanan (ikan, udang dll)

Judul: Soal Ekspor? BPEN Jagonya

Sumber: Tabloid "PELUANG"

Edisi: No. 27/Tahun I/20 Mei 1999

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Bagi para pemula yang siap memasuki pasar ekspor ada baiknya konsultasi dengan BPEN. Lembaga ini siap memberi bimbingan seluk beluk ekspor secara cuma-cuma.

Untuk menembus pasar ekspor, terutama bagi pemula, diperlukan usaha keras. Pasalnya, persaingan antar produsen memang ketat. Selain itu pengimpor semakin jeli memilih produk dengan kualitas yang memadai. Untuk itu menurut Ali Imran, Kepala Divisi Distribusi Informasi dan Publikasi Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN), calon eksportir harus ulet. Mereka tidak saja harus mengejar kualitas, tapi juga terus membina relasi.

Imran menyarankan agar pemula yang siap melakukan ekspor menjalin kemitraan dengan eksportir yang telah berpengalaman. Dari situ pemula bisa belajar tentang berbagai hal. Mulai dari korespondensi yang memerlukan kecakapan berbahasa asing sampai mengetahui kualitas produk yang layak ekspor. Selain itu, para pemula juga bisa berkonsultasi dengan BPEN. Bersama United Nation Development Program (UNDP), lembaga ini membuka bimbingan gratis. Pengajarnya antara lain mantan anggota Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) yang telah berpengalaman di pasar internasional. Di sini para pemula akan mendapatkan petunjuk mengenai proses dan tata cara ekspor, cara melakukan promosi sampai informasi pasar luar negeri yang masih terbuka. Untuk itu, bagi yang berminat silakan mengubungi Kantor BPEN di Jalan Gajah Mada No. 8, Jakarta. Di situ bisa bertemu dengan Wayan Sweden dan kawan-kawan di bagian Export Promotion Consultant.

Selintas BPEN

BPEN merupakan pengembangan dari LPEM (Lembaga Pengembangan Ekspor Nasional) yang didirikan pemerintah pada tahun 1971. Secara struktural, BPEN merupakan salah satu unit di Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Badan ini bertugas mengkoordinasikan, membina, dan melaksanakan pengembangan ekspor non migas. BPEN juga bertugas melayani informasi ekspor, pengembangan produk dan pemasaran, promosi ekspor pelayanan pembeli luar negeri, pelayanan permintaan hubungan dagang, serta pusat informasi perdaganan Indonesia di luar negeri.

Kegiatan dan pelayanan BPEN

Kegiatan dan pelayanan BPEN berorientasi pada tujuan membina dan membantu para pengusaha/eksportir dalam rangka meningkatkan ekspor non migas melalui.

1. Pelayanan Informasi Ekspor

Informasi yang dapat diberikan meliputi informasi yang berkaitan dengan usaha peningkatan ekspor, baik informasi dalam negeri seperti profil eksportir Indonesia maupun informasi luar negeri seperti profil importir, permintaan hubungan dagang (inquiry), harga serta data statistik untuk semua jenis barang yang diperdagangkan di dunia melalui CD ROM.

2. Pengembangan Produk dan Pemasaran

Upaya pengembangan produk dan pemasaran dilaksanakan untuk membantu para produsen/eksportir dalam memproduksi barang sesuai permintaan pasar, baik dalam hal mutu, desain, kemasan, dan lain-lain serta memberikan bimbingan bagi peningkatan pemasaran. Upaya dimaksud terutama melalui pemanfaatan bantuan teknik luar negeri, antara lain dari Lembaga/Badan Internasioan seperti ITC, MEE, JETRO, APC, GTZ, Kotra, NORIMPOD, TPO, serta pemerintah beberapa negara maju dengan mengadakan berbagai kegiatan berupa:

- Bimbingan langsung kepada pengusaha eksportir/produsen mengenai mutu produk, desain, kemasan, dan lain-lain.

- Mengadakan seminar mengenai seluk beluk memasuki dan memasarkan produk ke pasaran internasional.

- Membantu keikutsertaan pengusaha eksportir dalam kegiatan partisipasi pada pameran dagang internasional yang disponsori oleh lembaga/badan internasional di luar negeri.

3. Promosi Dagang

Kegiatan promosi dagang merupakan upaya terobosan pasar yang tepat guna lebih memantapkan serta meningkatkan pemasaran produk, baik di dalam maupun di luar negeri. Pelayanan kepada pengusaha eksportir melalui kegiatan promosi dagang ini meliputi:

- Mengkoordinir partisipasi pengusaha eksportir pada pameran dagang internasional/misi dagang di luar negeri.

- Menyelenggarakan pameran dagang internasional yakni Pameran Produk Ekspor (PPE) di Jakarta dan Pameran Produk Ekspor Daerah (PPED) di beberapa kota besar lainnya.

Disamping itu BPEN Departemen Perindustrian dan Perdagangan dapat memberikan pelayanan langsung, baik kepada calon pembeli luar negeri maupun pengusaha eksportir melalui:

1. Pelayanan pembeli luar negeri, melayani para calon pembeli luar negeri yang pertama kali datang ke Indonesia. Pelayanan yang diberikan antara lain, mengantur pertemuan para calon pembeli dengan para eksportir di Indonesia, booking hotel, penjemputan di airport mendampingi kunjungan, mengkoordinir mini display untuk para pembeli besar/group dalam misi pembeliannya.

2. Pelayanan permintaan hubungan dagang (Inquiry), Pelayanan Inquiry diberikan berupa informasi permintaan hubungan dagang kepada importir maupun dalam upaya mendapatkan mitra dagang.

Bambang Mulatho

Lebih Aman Dengan Hak Paten

Sumber: Tabloid "PELUANG"

Edisi: No. 33 Tahun I - 1 Juli 1999

Mengurus hak paten sebenarnya tidak sulit. Tapi, kenapa yang tertarik sedikit sekali? Munkin belum banyak masyarakat Indonesia yang tahu apa itu hak paten. Bahkan mereka yang berhasil menciptakan sesuatu, kebanyakan tidak mempatenkan hasil temuannya. Mereka belum menyadari kerugian yang diderita dikemudian hari bila ada orang lain yang meniru hasil temuannya. Menurut Parlagutan Lubis, hak paten merupakan hak khusus yang diberikan kepada orang atas hasil temuannya di bidang teknologi untuk selama jangka waktu tertentu. Orang tersebut bisa melaksanakan sendiri penemuannya atau memberikan persetujuannya kepada orang lain untuk melaksanakannya.

Hak paten diberikan agar penemuannya dapat mengajukan klaim apabila ada yang meniru hasil karyanya yang diberikan dalam jangka waktu 20 tahun. Begitu penjelasan Parlagutan, Staf Seksi Hukum, Direktorat Paten, Direktorat Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual Departemen Kehakiman. Lebih jauh diungkapkan, suatu hasil temuan dapat dipatenkan apabila telah memenuhi beberapa syarat. Antara lain, hasil karya tersebut belum pernah di ciptakan oleh orang lain atau merupakan suatu langkah kemajuan yang tidak diperkirakan sebelumnya dan dapat di terapkan dalam industri. Hasil temuan itu bisa berupa teknologi paling sederhana sampai yang mutakhir.

Apabila seseorang ingin mendaftarkan hasil temuannya cukup datang ke Direktorat Paten. Pendaftaran ini dapat dilakukan sendiri atau menggunakan jasa konsultan. Sebelum mendaftarkan hasil temuan, pemohon harus membuat semacam deskripsi. Pembuatan deskripsi ini dapat juga diserahkan pada konsultan paten.

Deskripsi tersebut berisi latar belakang teknologi yang ditemukan, disertai dengan gambar hasil teknologi yang diciptakan. Cukup diketik di kertas HVS jenis A4 atau berukuran 29,7 cm x 21 cm dengan berat minimum 90 gram. Batas pinggir atas dan bawah ketikan 2 cm, batas kiri 2,5 cm dan batas kanan 2 cm. Setelah mendaftarkan hasil temuan, selanjutnya petugas dan Direktorat Paten akan melakukan penelitian. Dari situ akan diketahui apakah teknologi yang dibuat benar-benar hasil karya murni atau mencontoh hasil karya orang lain. Penelitian tersebut memerlukan waktu yang relatif cukup lama. Berdasarkan undang-undang, maksimal 3 tahun. Persoalan akan muncul kalau si penemu tidak mempatenkan hasil temuannya. Pasalnya, kalau dikemudian hari ada orang lain yang meniru, ia tidak bisa menuntut ke pengadilan. Lebih runyam lagi, selama hasi karyanya dipakai orang lain, penemu asli tidak boleh mengklaim.

Untuk mendaftarkan hasil temuan memang butuh biaya yang lumayan besar. Namun kalau dilihat manfaatnya tentu bisa dimaklumi. Sejauh ini, tarifnya kurang lebih Rp.200.000,- Sedangkan untuk biaya pemeriksaan substantif diperlukan biaya Rp.750.000,-. Semua biaya yang dikeluarkan dibayarkan ke Bank BRI Cabang Tangerang.

Hingga kini memang belum banyak yang mengajukan hak paten. Tak jelas apa kendalanya. Data yang dikeluarkan Direktorat Paten, Ditjen HAKI Departemen Kehakiman menunjukkan, dari 24 ribu item yang mengajukan paten di seluruh dunia, Indonesia tak lebih dari 3% alias baru 720-an. Kecil Amat!

Proses Pendaftaran Paten

A. Pengajuan permintaan paten

1. Pribadi paten membeli stofmap pendaftaran di kantor Ditjen Paten, Departemen Kehakiman.

2. Mengisi formulir pendaftaran yang telah disediakan dilampiri dengan diskripsi yang ditulis dengan bahasa Indonesia, yang di dalamnya berisi abstrak, klaim yang diajukan dan gambar hasil karya. Khusus untuk gambar harus rangkap tiga, terdiri asli dan satu copy.

B. Prosedur permintaan paten

1. Pribadi mengajukan permohonan untuk meminta paten.

2. Direktorat Paten akan mengadakan pemeriksaan formalitas.

3. Setelah dilakukan pemeriksaan secara formalitas kemudian dipublikasikan.

4. Pribadi mengajukan permohonan untuk pemeriksaan substantif.

5. Pemeriksaan paten akan melakukan pemeriksaan substantif paling lama 3 tahun.

6. Direktorat Paten akan memberikan sertifikat apabila karya tersebut benar-benar memenuhi syarat.

7. Diumumkan dalam berita resmi paten.